Berbagi Cerita: Memeluk Realita

Going Deeper, God's Words, 24 July 2019
Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika...

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.

Pengkhotbah 3:1 

Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika sahabat terbaik kita meninggal secara tiba-tiba.

Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika ayah berselingkuh dan ibu harus mengasuh adik sambil bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga. 

Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika kita sudah menginjak kepala tiga dan terus menerus ditanya, “Kapan nikah?”

Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika kita kehilangan pekerjaan namun teman satu kampus sudah sukses.

Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika kita dibully oleh karena fisik kita yang berbeda.

Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika kita pernah “dimainin” sama mantan kita dan dia pergi tanpa jejak.

Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika kita divonis dokter sakit kanker padahal usia kita masih muda.

Tentu tak mudah untuk bilang “I’m okay” ketika kita adalah salah satu LGBT, lalu kita ditolak di gereja, sekolah, dan dimanapun kita berada.


Iya aku tahu Tuhan itu baik. Dia Allah yang berkuasa. Dia Allah yang penuh kasih. Namun mengapa ada penderitaan dalam hidup manusia-yang-Dia-kasihi? Pertanyaan ini menghantui. Nestapa ini melekat. Kenyataan ini menghancurkan. Dalam keputusasaan, kita semua tahu jerih payah dan hidup kita adalah sia-sia. Tekanan hidup serta kesepian membuat kita berkata:


“Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.”

Dalam bahasa sekarang perkataan itu seperti, “Ngapain sih gue hidup?” Perkataan itulah yang dilontarkan pengkhotbah. Dia melihat pahit-manis kehidupan. Dari lahir sampai mati, terpapar manusia yang tertawa dan sedih. Yang di satu waktu bisa menari, yang di masa lainnya bisa meratap (ayat 4). Dia mengetahui bahwa segala sesuatunya adalah sia-sia dan melelahkan. Lalu apa respon pengkhotbah ketika mengetahui hal tersebut? 

Pengkhotbah menulis:


 “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”


Mungkin saat ini kita tidak bisa melihat apa rencana baik Allah (Roma 8:28). Mungkin saat ini kita tidak bisa melihat apa maksud dari semua tekanan hidup yang kita alami. Mungkin saat ini kita gagal paham akan pengakuan iman bahwa “Tuhan selalu menyertai.”


Image by Kat J on Unsplash

Namun percayalah, di tengah depresi yang kita alami. Ketika semua orang tak bisa memahami. Ketika kita tidak tahu kepada siapa kita harus bercerita. Ketika keputusan bunuh diri sudah semudah membalikkan telapak tangan, Tuhan hadir. Dia tahu depresi kita. Dia tidak tertawa melihat kita. Dia mendengar doa dan ratapan kita. Dia bahkan turun ke dunia dan menjadi manusia.

Tak berhenti di situ, Dia mengambil rupa seorang hamba. Dihina oleh ciptaan-Nya, diludahi, disakiti, dipaku, dicambuk, bahkan mati di kayu salib (Filipi 2:7-8). Melalui penebusan-Nya kita berubah menjadi manusia baru, dan dikuatkan untuk sabar dalam kesesakan. Karya salib di Kalvari menyatakan Allah yang bersama kita, Allah yang merasakan penderitaan.


Hidup tak selalu mendung. Terbit pelangi sehabis hujan. Ada hal-hal baik yang tetap Tuhan beri dalam hidup kita. Mungkin itu bukanlah hal besar. Ada waktu dimana kita bisa tertawa dan menikmati hidup. 


Image by Thomas Q on Unsplash


Ada waktu dimana kita bisa berkata:


“Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.
 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.”


Dalam penderitaan, Allah tetap ada. Kebahagiaan kita bukan berdasar pada keadaan. Kebahagiaan kita berdasar pada Allah yang tetap menemani kita dalam segala keadaan, termasuk penderitaan. 

LATEST POST

 

Respons terhadap Progresive ChristianityIstilah progresive Christianity terdengar belakangan ini. Ha...
by Immanuel Elson | 19 May 2024

 “…. terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari...
by Rivaldi Anjar | 10 May 2024

Tanpa malu, tanpa raguTanpa filter, tanpa suntinganTiada yang terselubung antara aku dan BapaApa ada...
by Ms. Maya | 09 May 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER