"Masa lalu bisa pahit, bisa manis. Yang manis biarlah dikenang. Yang pahit, maafkanlah. Ingat, Tuhan telah menolongmu melewati semua itu. Bukankah itu membuatmu lebih kuat sekarang? Olah hatimu dengan kebaikan Tuhan, bukan kemarahan pada masa lalu.” – Pdt. Daniel K Gunawan.
“Kamu, anak kecil! Bisa apa kamu?”
Kata-kata itu terus terngiang di benak Tita, seorang gadis muda yang biasanya terlihat selalu ceria. Sejak kata-kata itu dilontarkan oleh salah satu orang yang dia hormati, bisa dibilang Tita mengalami mental breakdown.
“Aku anak kecil. Aku bisa apa?”
“Bener, aku anak kecil. Aku nggak bisa apa-apa!”
Berhari-hari Tita tampak murung, jauh berbeda seperti biasanya. Tita yang biasanya membawa keceriaan bagi orang-orang sekelilingnya, belakangan ini lebih banyak diam. Dia menyimpan lukanya sendiri rapat-rapat. Hingga di suatu sore, tidak sengaja Tita bertemu dengan seorang tante yang belum lama ini ia kenal. Tante Merry namanya. Ia meminta bantuan Tita untuk terlibat dalam sebuah pelayanan hari besar gerejawi.
“Tapi kan Tita belum pernah terlibat dalam pelayanan hari besar gerejawi ini sebelumnya, Tante. Kenapa harus Tita? Memangnya panitia percaya kalau Tita bisa melakukannya?”
“Sudah panitia bicarakan dengan segala pertimbangan, Tita. Bukan Tante sendiri yang pilih, tapi mereka. Kami percaya kalau Tita bisa mengambil peran ini dengan baik. Nah, ini pas ketemu kamu di sini, sekalian Tante sampein.”
“Aduh Tante, tapi Tita nggak yakin Tita bisa. Kalau ada orang lain, yang lain dulu aja ya Tante.”
“Kalau Tita mau, Tuhan pasti mampukan kok. Ditunggu konfirmasinya ya, Tita sayang. Kami percaya kamu.”
“Tuhan pasti mampukan.”
“Kami percaya kamu.”
Dua kata itu kembali berkecamuk dalam benak Tita. Beradu perang dengan kata-kata menyakitkan yang pernah diucapkan pada Tita beberapa waktu lalu.
“Aku anak kecil. Aku bisa apa? Apa benar Tuhan akan mampukan aku?”
Tita kembali berpikir dan membawa hal itu menjadi pergumulannya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang ingin menerima dan mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Namun di sisi lain, Tita masih belum mau percaya bahwa dirinya mampu mengemban kepercayaan tersebut.
Dia teringat tentang cerita alkitab "Daud dan Goliat" di masa Sekolah Minggu dulu. Kalau dipikir dengan logika, mana bisa Daud mengalahkan Goliat yang super hebat dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya? Daud juga sempat dicemooh banyak orang karena dia ‘sok’ berani bertanding melawan Goliat. Tapi Daud lebih memilih untuk beriman dan percaya kepada Tuhan, hingga Tuhan yang memampukannya untuk menjadi pemenang.
Akhirnya Tita menghubungi Tante Merry dan menyanggupi permintaannya untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan hari besar gerejawi tersebut. Tita tahu prosesnya tidak akan mudah. Tapi ia yakin dan percaya bahwa Tuhan akan memampukan dirinya untuk dapat menjalankan peran dengan baik. Tuhan kembali menyembuhkan luka Tita dengan memberinya kepercayaan baru lewat orang-orang yang dipilih-Nya. Kepercayaan yang diberikan kepada Tita seolah menjadi panggilan Allah untuk memanggil Tita kembali melayani.
“Terima kasih banyak, Tita. Kamu hebat! Kami nggak salah pilih orang untuk mengambil peran ini. Nggak semua orang mampu melakukannya sebaik kamu. Seluruh tim panitia menyampaikan banyak terima kasih untuk Tita. Tante tunggu di pelayanan-pelayanan berikutnya ya. Tuhan menyertai Tita selalu.”
Pesan singkat itu diterima Tita sehari setelah ia menyelesaikan tugas pelayanan hari besar gerejawi untuk pertama kalinya. Kini, Tita tidak lagi ambil pusing tentang berbagai tanggapan negatif yang pernah ia terima. Tita belajar untuk lebih mengandalkan Tuhan daripada dirinya sendiri.
Kadang kita tidak sadar akan cara Tuhan untuk memanggil kita kembali melayaninya dengan sepenuh hati. Tapi Tuhan selalu punya cara terbaik untuk menyertai dan memulihkan anak-anakNya yang sangat Ia kasihi.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: