Bisa bersama Bapa

, What's Next, 07 August 2024
"Semusim berlalu. Namun Kau s'lalu di dekatku. ... Lebih luas dari samud'ra, kebaikanMu, Bapa, takkan habis di hidupku." - NDC Worship

Dalam ibadah perjamuan kudus di sebuah gereja, ada pendeta yang (kurang lebih) berkata demikian:

"Perjamuan kudus juga berbicara tentang rekonsiliasi, khususnya dengan Bapa. Sayangnya, tidak semua orang bisa punya relasi yang sedekat itu dengan ayah sendiri yang ada di dunia ini. Ketika saya masih kecil, saya tidak punya banyak kenangan manis bersama Papa karena beliau mendidik saya dengan keras. Makanya, ketika menyanyikan lagu Bapa, Engkau Sungguh Baik, saya enggak bisa paham. Gimana bisa ada bapa yang baik kalau Papa saya aja enggak demikian?"

Hanya oleh karena anugerah Tuhan, pendeta tersebut mengalami pemulihan dan pelan-pelan berdamai dengan masa lalunya—termasuk figur Papa yang dibencinya selama bertahun-tahun. Sekarang, jika mendengarkan maupun menyanyikan lagu yang memuat kata "Bapa", beliau teringat bahwa tidak ada ayah di dunia ini yang sempurna karena hanya Bapa surgawi yang demikian adanya. Happy ending yang diharapkan oleh banyak orang, tetapi perjalanan imannya tentu berliku. Berkaca dari pengalaman pendeta itu, Minbi jadi bertanya ke diri sendiri, "Mungkinkah lagu-lagu gereja yang ada saat ini benar-benar bertujuan memperkenalkan identitas Allah Tritunggal (khususnya Allah Bapa) yang selalu dekat denganku, atau hanya untuk memuaskan telinga pendengarnya?"


Ed letter kali ini terbit berdekatan dengan peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-79 tahun. Ya, sudah hampir sepuluh windu Indonesia hadir sebagai sebuah negara, tetapi nyatanya berbagai konflik masih terjadi baik di antara daerah-daerah maupun pimpinan kita sendiri. Mungkin ada di antara kita yang pernah berharap bisa mendirikan negara sendiri atau tinggal di pulau di luar teritori negara mana pun (karena Minbi pernah punya cita-cita absurd ini). Well, berandai-andai enggak ada salahnya, sih... Masalahnya, sering kali kita berandai-andai hingga lupa daratan.


Disadari atau tidak, gereja maupun komunitas Kristiani membahas tentang Bapa yang selalu mengasihi, mengayomi, memelihara, dan mendidik anak-anakNya. Pertanyaannya, benarkah setiap pengetahuan dari doktrin para teolog tentang diriNya itu cukup untuk membentuk pengenalan kita terhadapNya? Jika tidak semua orang punya relasi yang dekat dengan ayah yang ada di dunia ini (baik yang masih hidup maupun sudah tiada), mungkinkah proses mengenal Bapa yang penuh kasih dan keadilan itu akan jauh lebih banyak lika-liku dan celah? Atau sebaliknya: mungkinkah bagi mereka yang punya relasi yang "dekat" dengan ayah di dunia ini akan jauh lebih dibekali "modal keberanian dan keterbukaan hati" untuk memahami kehendak Bapa surgawi dan mau mempercayakan hidupnya kepadaNya?


Selalu ada kemungkinan dalam hidup ini, dan itulah yang juga sering diekspresikan melalui lagu yang kita dengarkan, bukan? Nah, bagaimana kalau Ignite People juga mengekspresikan diri melalui tulisan dengan tema "Bisa bersama Bapa"? Sejauh apa lagu-lagu yang kita kenal benar-benar menjadi sarana Bapa untuk menguatkan kita agar tetap percaya dan taat kepadaNya? Lalu, mungkinkah kita punya ruang untuk ragu-ragu terhadapNya dalam peziarahan hidup ini?


Kami tunggu karyamu, ya!

Salam enam belasan karena besok tujuh belasan,

Minbi

 

RELATED TOPIC

LATEST POST

 

Kecemasan tidak akan mengambilku dari TuhanAnxiety atau kecemasan merupakan suatu respon d...
by Yessica Anggi | 14 Oct 2024

"Danau terindah yang akan pernah anda lihat", isi dari sebuah billboard besar di suat...
by Karl Joshua | 14 Oct 2024

Tidak terasa bahwa hari ini, 4 Oktober 2024, Album Kidung Keesaan yang ketiga telah tayang. Album in...
by Tabita Davinia Utomo | 14 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER