Kalimat ini sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari, bahkan seringkali kita tidak sadar telah mengucapkan kalimat ini. Namun tanpa kita sadari, sedikit dari kita yang sungguh-sungguh memahami arti dari kalimat ini. Menurut saya, kalimat “aku percaya” diutarakan seseorang untuk menunjukkan kepercayaannya terhadap fakta yang disampaikan oleh lawan bicaranya.
Kalimat ini juga dapat digunakan untuk memberikan mandat atau tugas kepada seseorang, seperti yang tertulis pada Kejadian 39:22,
“Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya.”
Kalimat ini terkadang juga dapat menunjukkan rasa jengkel, bosan, atau terpaksa, seperti para lelaki yang terpaksa berkata percaya pada ocehan pacarnya hanya demi ia berhenti mengoceh, atau seperti kita yang terpaksa berkata percaya pada bualan teman-teman kita hanya karena kita merasa jengkel dan berharap ia segera berhenti membual.
Namun, jika kalimat ini digunakan untuk menggambarkan relasi antara Tuhan dan manusia, menurut saya makna yang tepat dari kalimat ini adalah saat kita menyerahkan kehidupan kita kepada kehendak-Nya. Ketika kita mengucapkan “Aku Percaya” kepada Tuhan, di situlah kita seharusnya menyerahkan kehidupan kita, segala pergumulan kita, ke dalam tangan Tuhan. Kalimat ini juga menggambarkan iman kita kepada-Nya. Lalu apa akibatnya jika kita tidak percaya kepada rencana Tuhan? Di Alkitab, khususnya dalam Matius 13:58, tertulis,
“Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.”
Akhir-akhir ini saya mengalami pergumulan pribadi tentang jurusan kuliah yang akan saya ambil selepas SMA nanti. Saya akui bahwa saya orang yang sangat gampang merasa stress saat menghadapi situasi yang kurang menyenangkan. Sudah 2 tahun saya jalani masa SMA yang penuh dengan rintangan. Rintangan terbesar adalah saat saya dinyatakan bahwa saya harus tinggal kelas.
Saat itu saya merasa sedih, bingung, bahkan hampir putus asa. Saya masih sangat ingat wajah kecewa kedua orang tua saya melihat kalimat “tidak naik” yang tertera pada laporan hasil belajar saya. Saya sempat meragukan kehadiran Tuhan dalam hidup saya, lalu saya tersadar dan saat itu juga saya berdoa kepada Tuhan, memohon ampun karena saya telah sekali lagi meragukan keputusan-Nya, dan agar saya diberi kekuatan untuk menghadapi permasalahan ini. Akhirnya saya mencapai kesimpulan bahwa Tuhan berikan waktu tambahan satu tahun lagi untuk kembali memikirkan tentang masa depanku, untuk lebih mempersiapkan diri.
Kali ini saya kembali dihadapkan pada rintangan yang lebih besar lagi, yaitu pertanyaan dari semua orang, “Mau kuliah apa nanti?” Jujur, dari dulu saya sangat yakin dengan pilihan saya untuk mengambil jurusan Kedokteran, dan saya bukan tipe orang yang gampang terpengaruh oleh perkataan orang lain. Tetapi akhir-akhir ini saya justru malah meragukan pilihan saya dan terus menerus terbayang-bayang perkataan opa saya yang menyuruh saya untuk mengambil jurusan Teologi, karena beliau ingin melihat cucu kesayangannya menjadi seorang pendeta. Padahal, dari dulu saya selalu menolak usulan opa saya tersebut, dengan dalih, “Jadi pendeta itu bukan pekerjaan yang mudah, opa. Pendeta adalah wakil Tuhan, perpanjangan tangan Tuhan, sebagai gembala untuk menuntun dan merawat para jemaat-Nya. Aku rasa ini bukan tugas yang mudah, dan aku tidak yakin apakah aku bisa jadi contoh yang baik bagi mereka, apakah aku bisa membimbing mereka ke jalan yang benar.”
Saya juga melihat perjuangan saya selama ini, betapa besar pengorbanan yang saya lakukan demi mewujudkan impian masa kecil saya, mulai dari meluangkan waktu bermain saya untuk belajar, hingga mengeluarkan uang yang cukup besar untuk membeli buku-buku kedokteran. Saya dihadapkan kepada dua pilihan besar yang menyangkut tentang masa depan saya. Entah apa yang membuat saya tiba-tiba meragukan pilihan saya yang sudah saya pegang teguh selama 10 tahun terakhir ini, hingga tiba-tiba saya dibuat pusing oleh jurusan lain. Kalau kata generasi milenial, masalah saya ini ibarat seperti mantan yang ketika putus langsung memblokir semua sosial media kita, lalu disaat kita sudah menemukan pasangan baru, dia tiba-tiba muncul kembali. Sungguh mengherankan...!
Beberapa hari terakhir ini saya selalu tidak bisa tidur di malam hari, hanya karena saya selalu memikirkan tentang kedua pilihan ini. Setiap malam saya bergumul dengan ketidakpastian, hingga secara tidak sadar air mata selalu menetes. Saya hanya bisa berdoa pada Tuhan, “Tuhan, aku harus bagaimana? Apa sebenarnya rencana Tuhan untuk hidupku? Apa sebenarnya panggilan hidupku? Tuhan tolong aku cari jalan keluar dari masalah ini.” Bahkan ada saat di mana saya sendiri sudah tidak mampu untuk menangis maupun berdoa, hingga saya hanya terduduk diam, termenung.
Saya sempat bercerita tentang masalah ini kepada salah satu sahabat saya yang sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri, dan dia berkata, “Sudah lah, serahkan saja segala masalahmu pada Tuhan, biar Tuhan yang bantu kamu cari jalan keluar. Didoakan, digumulkan bersama dengan Tuhan, aku sih yakin, kalau Tuhan memanggil kamu, Tuhan pasti sudah mempersiapkan dirimu. Setiap orang bisa berproses jika kita mau. Kadang dalam iman kita boleh meragu, tapi jangan sampai kita berhenti di titik itu. Ingat, hanya dalam Tuhan ada pemulihan dan ketenangan. Bahkan ketika kamu sudah nggak mampu buat nangis lagi, nggak bisa doa, Roh Kudus berdoa untuk kamu.”
Saya mengikuti saran teman saya untuk selalu berdoa secara khusus setiap malam, hingga suatu saat saya teringat akan beberapa bacaan Alkitab yang akhirnya sedikit menenangkan pikiran saya. Ada tertulis dalam Matius 17:20, Yesus berkata:
“Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
Dan juga Markus 11:24, bahwa Yesus berkata:
“Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”
Yesus selalu berkata “Percayakah engkau?” saat Ia akan membuat mujizat, dan Yesus selalu menegur orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya. Injil Markus juga menuliskan tentang perkataan Yesus kepada para murid-Nya, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
Tulisan inilah yang langsung menyadarkan saya, bahwa selama ini saya selalu ragu dengan kehendak Tuhan atas hidup saya. Saya belum percaya sepenuhnya kepada Tuhan, bahkan bisa dikatakan bahwa iman saya lebih kecil daripada sebutir biji sesawi. Memang, manusialah yang harus membuat keputusan dalam hidupnya, tetapi menurut saya, Tuhan selalu membantu kita, Tuhan dapat berbicara pada kita melalui orang-orang disekitar kita.
Mungkin, pada saat ini, Tuhan memakai sahabat saya untuk mengingatkan saya mengapa saya terus meragukan Tuhan dalam hidup, juga mengingatkan saya untuk kembali percaya pada kehendak-Nya. Raja Daud juga pernah berkata dalam Mazmur 55:22,
“Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.”
Bahkan rasul Petrus pun pernah menulis surat pada jemaat-jemaatnya, dalam 1 Petrus 5:7,
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
Hal ini menyadarkan saya bahwa Tuhan sudah berkali-kali mengingatkan saya melalui firman-Nya maupun melalui orang-orang disekitar saya, bahwa saya harus percaya penuh dan berserah pada Tuhan, sebab Tuhan punya rencana yang indah untuk hidup kita. Tertulis dalam kitab Pengkotbah 3:11,
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
Hal ini mengingatkan kita bahwa semua indah pada waktu Tuhan, bukan waktu manusia, dan manusia tidak dapat memahami rencana Tuhan bagi hidupnya.
Apakah kita sudah percaya kepada kehendak Tuhan atas hidup kita? Semoga refleksi ini dapat membantu kita untuk merenungkan kembali kepercayaan kita kepada Tuhan. Tuhan yang pegang kendali atas hidup kita. Selamat berproses, Tuhan memberkati kita semua.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: