Meneladani William Tyndale

Best Regards, Live Through This, 14 May 2020
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu." - 1 Korintus 10:13


Kitab suci umat Nasrani terdiri dari 66 kitab (39 kitab perjanjian lama, 27 kitab perjanjian baru). Konon dalam kanonisasi hingga penerjemahan, harus mengalami proses yang luar biasa berat nan sulit sampai akhirnya kita bisa nikmati kapanpun dan di manapun.

Rata-rata kitab itu ditulis dengan menggunakan bahasa Ibrani dan Yunani. Dan, pada zaman dahulu, Alkitab hanya bisa dibaca oleh golongan-golongan tertentu saja. Sudah begitu, untuk menerjemahkannya juga tak mudah. Orang itu harus mendapat izin dari otoritas-otoritas tertentu, salah satunya pihak Vatican. Menerjemahkan dan menyalinnya juga tak mudah. Berhubung belum ada mesin cetak, jika ada kesalahan tulis, dia wajib tulis ulang, mulai dari awal lagi. Karena itulah, betapa kerinduan yang luar biasa untuk beberapa orang agar bisa membaca Alkitab. Atas dasar itulah, William Tyndale memutuskan untuk nekat.


Mengenal William Tyndale

Siapa William Tyndale itu? Dia adalah seorang akademisi Inggris yang menjadi seorang tokoh ternama dalam reformasi Protestan. Tyndale dilahirkan pada sekitar tahun 1494, diduga di salah satu desa dekat Dursley, Gloucestershire. Di kalangan kerabat dekatnya, keluarga Tyndale saat itu dikenal sebagai Hychyns (Hitchins), dan William Tyndale menggunakan nama William Hychyns sewaktu bersekolah di Magdalen Hall, Oxford. Kemudian, Tyndale meraih gelar Bachelor of Arts dari Oxford University pada tahun 1512 dan tahun itu juga ia menjadi subdeacon. Ia menjadi Master of Arts (Oxbridge and Dublin) pada bulan Juli 1515, tiga bulan setelah diangkat menjadi pendeta. Gelar M.A. memungkinkannya mulai belajar teologi, tetapi pelajaran resminya tidak termasuk studi Alkitab. Hal ini membuat Tyndale terkejut. Karena itulah, dirinya membentuk suatu kelompok eksklusif dalam rangka studi Alkitab.


Tyndale ini sangat berbakat dalam hal berbahasa. Dia bisa delapan bahasa seperti Inggris, Perancis, Yunani, Ibrani, Jerman, Italia, Latin, dan Spanyol. Dia mahasiswa yang sangat digemari oleh banyak dosen. Prestasinya juga segudang, yang salah satunya "Enchiridion Militis Christiani " (Panduan untuk Pejuang Kristen, 1503).


Gerak Pelayanan William Tyndale

Dalam perjalanan hidupnya, Tyndale kemudian menjadi pendeta di rumah Sir John Walsh di Little Sodbury sekitar tahun 1521, dan menjadi tutor untuk anak-anak tuan rumah. Sejumlah pendapatnya membuatnya terlibat dalam kontroversi dengan pendeta-pendeta sejawatnya, dan sekitar tahun 1522 ia dipanggil di hadapan Kanselir (Chancellor) Anglican Diocese of Worcester dengan tuduhan sesat.

Segera sesudah itu, ia memutuskan untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Ia yakin bahwa jalan kepada Allah adalah melalui Firman-Nya dan Alkitab seharusnya tersedia juga untuk orang-orang biasa. Mungkin pemikirannya itu terlahir karena dirinya pernah bekerja sebagai tutor untuk anak-anak tuan rumah. Hal itu mendorong Tyndale untuk meninggalkan London pada tahun 1523 semata demi meminta izin menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris dan untuk meminta bantuan lain dari Gereja.


Tentangan atas William Tyndale

Salah satu uskup memandang rendah kredensial ilmiah Tyndale. Uskup itu curiga akan teologinya. Uskup itu merasa kurang suka dengan gagasan adanya Alkitab dalam bahasa daerah. Walaupun mendapatkan tentangan dari banyak kalangan, Tyndale tak menyerah. Secara diam-diam, Tyndale memulai proyek rahasianya di London selama beberapa waktu. Di kemudian hari, Tyndale meninggalkan Inggris dengan nama samaran dan mendarat di Hsmburg, Jerman pada tahun 1524. Setahun kemudian, ia berhasil menerjemahkan Perjanjian Baru dengan bantuan biarawan bernama William Roy.

Lagi-lagi perjalanan hidup Tyndale tak mulus. Walau sempat diinterupsi, karya Perjanjian Baru ciptaannya itu mulai mendapatkan tempat di masyarakat. Dari Jerman akhirnya banyak peminatnya di Antwerpen. Lalu, Tyndale berpikiran untuk menyelundupkan ciptaannya ke Inggris dan Skotlandia. Sukses memang. Sayangnya, karta itu dicela pada bulan Oktober 1526 oleh Tunstall (uskup yang tak memberikan ijin tersebut sehingga Tyndale kabur ke Jerman), yang mengeluarkan peringatan kepada para penjual buku serta membakar buku-buku itu di depan umum. Kardinal Thomas Wolsey mencibir Tyndale sesat, lalu meminta agar Tyndale ditangkap.

Tyndale diadili dengan tuduhan sesat pada tahun 1536 dan dijatuhi hukuman mati. Ia sempat dibela oleh Thomas Cromwell dan beberapa tokoh lainnya. Sayangnya, takdir berkata lain. Dia dihukum dengan cara diikat pada tiang kayu, lalu dicekik sampai mati, hingga akhirnya mayatnya dibakar. 


Melanjutkan Perjuangan William Tyndale

Sungguh luar biasa perjuangan William Tyndale dan orang-orang yang berjuang agar Alkitab bisa dinikmati oleh banyak kalangan. Kita harus meneladani perjalanan hidupnya terutama dalam masa sulit seperti ini. Mungkin ada orang-orang yang menentang tindakan kita dalam menyebarkan kasih Kristus bagi sesama, ada pula kelompok tertentu yang mencibir kita ketika kita berusaha memuliakan Tuhan lewat peribadatan dan sikap hidup kita. Namun jangan menyerah. Ingat, Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan yang melebihi kemampuan manusia. Pasti ada jalan, dan selalu berdoa serta berpengharapan ke Tuhan.

Dalam masa pandemi ini, gunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya untuk menyebarkan kasih Allah. Mulai dari hal yang terkecil, yaitu meningkatkan quality time kita dengan keluarga, menghubungi rekan-rekan yang mungkin jauh dari keluarga, serta memberikan sebagian berkat Tuhan bagi orang-orang yang sedang berkesusahan di masa pandemi ini.


LATEST POST

 

Hari ini, 10 November, adalah Hari Pahlawan. Sebagai orang Kristen kita juga diajak untuk meneruskan...
by Christo Antusias Davarto Siahaan | 10 Nov 2024

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER