If something gives you a false sense of security, it makes you believe that you are safe when you are not. - Collins Dictionary
Ketika aku hidup sentosa aku pernah berkata,
"Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!"
TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah menempatkan aku di atas gunung yang kokoh;
ketika Engkau menyembunyikan wajah-Mu, barulah aku terkejut. (Mazmur 30:7-8)
Seketika artikel ini ditulis, baru saja 1 hari yang lalu game Wuthering Waves dirilis. Sejak setahun yang lalu, saya yang hanya dapat membayangkan lewat youtube saja untuk memainkannya, akhirnya game ini sudah terinstall dalam laptop saya. Kegelisahan yang telah tertabung, kini tersalurkan sedikit dalam 4 jam saya melampiaskan diri dengan game tersebut. Begitu amannya saya rasakan investasi ini, hingga saya mau tukar semua waktu yang saya punya untuk bersenang-senang di game tersebut.
Tetapi membaca bagian ini, saya kembali ingat pengalaman 1, 2, 4 tahun lalu atau bahkan pola yang sudah terbentuk sejak kecil. Setiap saya install game atau baru menonton suatu serial, saya akan sangat fokus dengan game/serial tersebut hingga lupa posisi saya di mana. Sekolah, magang, ujian, bahkan pekerjaan, semua menjadi terbengkalai. Belum lagi, mata sakit, asam lambung naik, tangan yang kram, dan masalah fisik lainnya. Jangankan saat teduh, mungkin ingat Tuhan lebih untuk tawar-tawaran, “Tuhan, ikuti keinginan saya saja ya”. Ini membuat saya merefleksikan kembali, apakah salah investasi waktu, hati, pikiran saya terhadap game dan serial tersebut?
Melalui Mazmur 30, saya perlu menerima fakta bahwa memang di dalam dunia ini, ada suatu perbedaan:
Beda orientasi hidup.
Saya akui bahwa semua hal yang baik dalam dunia ini (termasuk game, serial) merupakan anugerah umum Tuhan. Bahkan sejak dahulu kala, dituliskan keturunan Kainlah yang memajukan peradaban dunia (Kej. 4:17-24). Sama seperti “bapak penemu telepon”, “bapak penemu teori gravitasi”, di sini ada “bapak pembuat kemah dan peternak” (Kej. 4:20), “bapak kecapi dan seruling” (Kej. 4:21), dan “bapak tukang tembaga dan tukang besi” (Kej. 4:22). Pada umumnya, dituliskan pola keturunan Kain membangun kota, meninggikan nama (Kej. 4:17), namun kian menjadi sombong dan jahat (Kej. 4:23-24).
Hal ini kontras dengan keturunan perempuan yang tidak dicatat pencapaiannya dalam dunia (Kej. 5:1-20). Tetapi, dari keturunan perempuanlah ada manusia berdosa yang masih memanggil nama YHWH (Kej. 4:26; 5:29), bergaul dengan Allah (Kej. 5:22), dan mendapat kemurahan hati TUHAN sehingga diselamatkan dari air bah (Kej. 6:8). Walau demikian, jika keturunan perempuan menyatukan pola hidupnya dengan keturunan Kain, maka tidak menutup mereka juga akan terkilir, hidup seperti keturunan ular (Kej. 6:1-6).
Bagi pembaca mula-mula (Israel di bawah pimpinan Musa), Musa ingin mereka mengidentifikasi pola kehidupan keturunan Kain seperti Mesir, sedangkan keturunan perempuan seperti mereka (Israel). Mesir & keturunan Kain pada akhirnya akan diadili Allah, sedangkan Israel & keturunan perempuan diperkenan oleh Allah. Tidak heran, orientasi hidup Mesir & keturunan Kain ialah meninggikan diri sendiri, tetapi orientasi hidup Israel & keturunan perempuan (termasuk kita yang percaya) ialah untuk meninggikan TUHAN (Mzm. 30:10). Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga Israel untuk terkilir, kembali hidup seperti Mesir. Akhirnya, generasi pertama Israel tidak masuk Kanaan.
Apa kata pemazmur?
Saya rasa, kalimat yang saya warnai biru juga tidak terhindarkan bagi pemazmur. Frasa dalam Mazmur 30:6 mirip dengan apa yang ada dalam Mazmur 10:6,
Ia berkata dalam hatinya, "Aku takkan goyah.
Aku tidak akan ditimpa malapetaka turun-temurun."
Ini dikatakan oleh orang fasik, yang menentang Allah (Mzm. 10:4-5). Seolah-olah ia merasa aman, tetapi sebenarnya ia tidak aman. Dalam Mazmur 30, pemazmur menyimpulkan suatu rasa aman berdasarkan pengalamannya: bagaimana dramanya ia diangkat menjadi raja, kesalahan yang ia lakukan setelah menjadi raja, termasuk juga menghitung jumlah Israel (1 Taw. 21). Inilah yang ia kemukakan semasa penahbisan Bait Suci: rasa aman yang sejati ialah seketika TUHAN tidak menyembunyikan wajah-Nya sesuai perkenanan-Nya (Mzm. 30:7-8). Rasa aman dan sukacita ini dapat hadir di tengah situasi yang tidak mendukung untuk merasa aman maupun sukacita (Mzm. 30:12). Hal ini datangnya dari TUHAN, tidak bergantung pada situasi sekitarnya.
Kendati demikian, saya rasa bacaan ini masih relevan bagi saya. Mungkin situasi pergumulan saya dengan pemazmur berbeda, tetapi Allah tetaplah sama. Sumber rasa aman dan sukacita yang dirujuk sepanjang Mazmur 30, tetaplah sama.
Dengan demikian, apakah rasa dan sukacita yang saya miliki di tengah situasi yang relatif aman dan tidak mencekam, datangnya dari perkenanan Tuhan? Atau, lebih bergantung pada dunia sekitar saya? Kenapa jika saya tidak main game/menonton serial, rasanya gelisah sekali? Apakah rasa aman saya melalui game ini merupakan rasa aman palsu yang akan mendatangkan kebinasaan pada hari kelak? (Yer. 22:21-22; Yeh. 16:49-50).
Kalau begitu, rasa aman dan sukacita saya berdasarkan apa?
Berbeda dengan game dan serial yang “mati”, TUHAN yang hidup bisa menyelamatkan jiwa dari dunia orang mati. Mungkin game, serial, orang lain, saya rasa bisa “menyembuhkan”, tetapi apakah bisa benda “mati”, manusia berdosa yang pada dasarnya juga “mati”, menghidupkan? Hanya TUHAN yang hidup, yang bisa menghidupkan saya yang mati (Mzm. 30:3-4). Ini semua hanya karena kasih karunia-Nya, perkenanan-Nya, bagi yang mau menerima-Nya dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, di mana pun posisi kita berada, di tengah keterkiliran kita, gejolak perasaan kita, maukah kita kembali memuji Dia melalui hidup kita, segala tindakan dan perenungan kita di pagi maupun malam hari? Sebab lebih baik jatuh ke dalam tangan TUHAN dibandingkan jatuh ke dalam tangan manusia, oleh karena begitu besar belas kasihan-Nya (1 Taw.21:13; Mzm. 30:6).
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: