Dalam hatiku yang paling dalam, aku berkata, “Tuhan, anak-Mu yang lemah ini perlu Engkau untuk mengampuni dan dipulihkan.” Saat ini, ketika hatiku terasa berat, aku akan datang kepada Tuhan karena aku tahu Ia pun juga sedang menungguku untuk datang kepada-Nya, bukan mencari pelampisan untuk "menyelesaikan" masalah.
Bila hati terasa berat
Tak seorang pun mengerti bebanku
Kutanya Yesus
Apa yang harus kuperbuat
Lagu ini yang selalu kudengarkan ketika hatiku kecewa, khawatir, dan terasa berat untuk dipikul. Aku jadi merenung, karena terkadang sebagai manusia, bukan Tuhan yang aku tuju saat merasa down. Setiap ada masalah atau sedang khawatir, aku membuka TikTok dan media sosial lainnya untuk mencari pengalihan bahkan membenarkan rasa sakit hatiku dan kegelisahan hatiku. Mungkin ada di antara Ignite People punya pengalaman serupa denganku?
Bukan munafik atau pencitraan, ternyata dengan datang bersujud di hadapan Tuhan membuat hatiku tenang. Masalahnya tidak langsung selesai, tetapi Ia memberikan ketenangan untuk menghadapinya dengan hati yang damai, bahkan tidak ada kekecewaan atau kekhawatiran berlebih.
Sujud di altar-Nya
Kubawa hidupku
Kuterima anugerah-Nya
Dia ampuniku dan bebaskanku
Terkadang, aku mencari kedamaian di tengah penatnya kehidupan ini. Aku tidak betul-betul mencari kedamaian itu, melainkan justru mengalihkan diri dari masalah dengan dalih “merasa damai sejenak”. Ya, dengan sujud di hadapan Tuhan dan membawa semua kehancuran, kekecewaan, ke-aku-anku, malunya aku, rencanaku, kegelisahanku, kebingunganku, dan—yang paling susah adalah—pengakuan, aku belajar untuk merengkuh diri yang rapuh tetapi juga dikasihi Tuhan. Walaupun demikian, entahlah... hati ini masih sering tertutup dengan gengsi untuk mengakui semua kerapuhanku.
Di akhir tahun 2023, aku berdoa dan meminta Tuhan menyertai segala rencanaku di tahun 2024 dan meminta kedamaian hati. Namun, memasuki bulan kedua di tahun 2024, banyak hal yang menyakiti yang datang dari orang terdekat. Aku sempat berpikir, apakah Tuhan tidak mau memberiku damai sejahtera di tahun 2024?
Apakah harus mereka...?
Mengapa!?
Aahh! Ini salah-Nya Tuhan!!
Iya, itu pikiran liarku ketika yang kudapati hanyalah kekecewaan. Sempat aku mengumpat di media sosialku, seakan-akan aku yang paling menderita dan aku akan membenci mereka semua. Ah, ya. Bahasa kerennya adalah playing victim. Namun, lagi-lagi aku tertohok dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan dan—yang mungkin— sangat berat untuk dilakukan, yaitu “mengampuni”.
Salah satu pengajaran Yesus tentang pengampunan ada di dalam Matius 18:21-22. Ketika Petrus menanyakan batasannya untuk mengampuni saudara-saudaranya, Tuhan Yesus memberikan jawaban "Bukan! Bukan sampai 70 kali, melainkan sampai 70 kali tujuh kali." Bagi masyarakat Yahudi saat itu, "tujuh" merupakan angka sempurna, kegenapan dari segalanya, bahkan angka yang kudus. Artinya, Tuhan Yesus sedang menegaskan bahwa tidak ada batasan untuk mengampuni. Ya, mengampuni dan memberikan belas kasihan kita yang tak terbatas untuk mereka yang telah menyakiti dan mengecewakan kita.
Apakah sangat berat untuk melakukannya?
Ya! Sangat berat, tetapi aku mendapatkan jawaban saat aku mencari saat datang ke hadapan-Nya:
“Penghakiman mereka tidak akan mengambilmu dari-Ku, anak-Ku."
Penghakiman mereka tidak akan mengambil hidupku dari Sang Pencipta. Dengan demikian, keputusan yang kuambil untuk mengampuni mereka seperti Bapaku yang sudah melakukannya membebaskanku dari rasa khawatir. Namun, aku tidak akan bisa mengampuni jika Tuhan tidak memberikanku kekuatan dan pemulihan.
Dalam hatiku yang paling dalam, aku berkata, “Tuhan, anak-Mu yang lemah ini perlu Engkau untuk mengampuni dan dipulihkan.”
Saat ini, jika hatiku terasa berat, aku akan datang kepada Tuhan karena aku tahu Ia pun sedang menungguku untuk datang kepada-Nya, bukan mencari pelampisan untuk "menyelesaikan" masalah. Kuharap, pengalaman yang masih perlu kuproses ini juga menguatkanmu.
With Love,
Child of God
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: