Kala cilik dulu, dia yang paling sering membelaku
membela dari kemurkaan sang kepala keluarga
membela dari gangguan kedua kakak
pula membela saat ribut dengan adik semata wayang
Aku tak akrab dengan ayah sendiri
Sering bertengkar dengan saudara kandung pula
Namun hanya dengan dia, aku bisa cair
Kuakui, aku pernah pula ribut
Beda opini terjadi beberapa kali
tapi segera reda
Dia begitu istimewa
Aku sering terlibat obrolan dengan dia
Apa pun itu
Dia pula yang merekomendasikan satu-dua sekolah untukku
Waktu SD, setia mengantar-jemput aku
Aku sayang dia
Mami aku
Mami,
maaf beberapa tahun terakhir sering mendongkolkan Mami
Bukan bermaksud durhaka,
tapi aku ingin membuktikan kemandirian aku
Aku mampu pilih jalan hidup sendiri
Aku mampu mempertanggungjawabkannya pula
Aku hanya ingin terlihat tangguh dan cekatan
Maaf pula selalu rahasia-rahasia
Tak bermaksud seperti itu
Kelak akan kuberitahukan jika telah jelas
Mami sendiri yang menyaksikan kebanggaan itu
Anak yang selama ini selalu dibantu,
kini malah membantu orangtuanya sendiri
Aku tidak tahu kapan itu
Tak ada satu orang pun yang tahu
Jika Tuhan berkehendak
semoga Mami panjang umur
terbebas dari jeratan kanker sialan
Hatiku nyeri lihat kondisi Mami
terbelit kabel-kabel
darah keluar dari pencernaan
sungguh kebas
Bicara Mami pun selalu bikin aku menitikkan air mata
Tak kuasa aku menengok kondisi Mami
berat rasanya
Mami yang dulu lincah, tegar, dan kuat
mengapa jadi seperti ini?
Mengapa Tuhan tega?
Sudah tiga minggu Mami di rumah sakit
Aku tidak tahu kapan itu
Jika Tuhan berkehendak
akan kupersembahkan segala kerja terbaikku pada Mami
bukti aku tak salah jalan
bukti bahwa aku mampu mandiri
bukti bahwa aku mampu mempertanggungjawabkan segala keputusan aku
Mami di sana yang kuat, yah!
di kamar 718
seperti yang kukatakan beratus kali,
yang sabar!
Selalu sabar
Tetap tegar dan tabah!
Aku belum siap natalan tanpa Mami
Tahun depan aku tak mau merayakan ulang tahun Mami di depan batu nisan
Mami yang kuat
Tetap percaya sama rencana Tuhan
Pasti ada titik terang
Pasti ada mukjizat
Aku percaya itu!
Tuhan, aku mohon, sembuhkan Mami aku!
Tangerang, 23 Juli 2015
-----
Didedikasikan untuk Mami yang akan berulang tahun di tanggal 9 Maret yang lalu. Tak terasa, sudah delapan tahun beliau pergi.
Puisi ini sendiri dibuat sebelum kematiannya yang jatuh pada hari jumat. Aku selalu mengingat tanggal kematiannya. Tidak akan pernah bisa lupa, walau diminta untuk melupakan. Saat itu, kukira, beliau masih bisa bertahan dari ganasnya sel-sel kanker menyiksa batin dan raganya. Di saat seperti itulah, puisi ini tercipta.
Percaya atau tidak, salinan puisi ini sengaja aku taruh di liang lahatnya.
Puisi ini ada pula di:
Oh iya, Happy Internasional Women's Day. Aku baru tahu ulang tahun mendiang satu hari setelah hari perempuan internasional. Mendadak aku teringat satu kejadian di tahun 2012 yang silam. Di tanggal 8 Maret, aku menjalani yudisium, dan itu berbarengan dengan Hari Perempuan Internasional. Wow!