Kelak kita akan melihat betapa indahnya perjalanan yang penuh ketidakpastian ini karena kita tahu bersama Siapa kita melangkah.
Namun 'ku tahu yang kupercaya dan aku yakin
'kan kuasaNya, Ia menjaga yang kutaruhkan hingga hari-Nya kelak!
Penggalan lirik di atas sungguh menggugah dan menyentuh hati saya. Setiap liriknya menjadi doa yang mampu menguatkan saya secara pribadi juga mengingatkan untuk tetap percaya. Hidup sering menawarkan ketidakpastian dan itulah yang menjadi ketakutan terbesar saya.
Bagaimana saya bisa berjalan kalau jalan ini terhalang oleh batu ketidakpastian?
Bagaimana saya bisa melihat kalau kabut ketidakpastian itu begitu pekat?
Jujur saja, ada kalanya saya meragukan dan kurang percaya dengan Tuhan yang sesungguhnya akan dan terus bekerja untuk hidup saya. Apalagi untuk hal-hal yang sedang digumulkan dan direncanakan. Rasanya seperti Tuhan sedang menutup mata dengan apa yang saya alami. Tidak ada tanda apapun yang diberikan. Tuhan diam dan abai. Yang saya lalui setiap harinya hanyalah sesuatu yang sekadar lewat, tanpa pernah lagi berlutut lalu mengucap syukur. Hidup menjadi tidak teratur. Bisa melewati satu hari saja sudah cukup, pikir saya. Ini adalah sebuah kebenaran yang tidak bisa ditolak bahwa kenyataannya di dalam berbagai situasi yang seringkali tidak berjalan dengan mulus, saya masih mempertanyakan kuasa dan keberadaan Tuhan. Kehadiran-Nya tampak nihil dan kuasa-Nya pun seperti tidak bekerja. Tuhan tidak melakukan apa-apa. Pun doa yang saya selalu serukan mungkin tidak didengar oleh Tuhan sehingga hidup menjadi semakin tidak pasti. Mau melangkah, bingung harus berjalan ke mana. Mau diam di tempat pun, toh waktu akan terus berputar dan ketidakpastian itu tetap harus dilalui. Namun di dalam perenungan saya tentang ketidakpastian, saya menemukan bahwa Tuhan adalah Allah yang bekerja dengan cara yang misterius untuk setiap ketidakpastian dalam hidup.
Photo by Ruben Hutabarat on Unsplash
Setiap hari tentunya kita berdoa dan meminta supaya Tuhan segera menjawab doa kita dan memberikan yang “pasti-pasti” saja. Lagipula, siapa juga yang suka dengan hal yang tidak pasti? Namun, memang kenyatannya Tuhan seringkali membuat kita menunggu. Tuhan tidak langsung menjawab apa yang kita doakan, melainkan Ia mau melatih kita memiliki seni menunggu. Tidak ada yang suka menunggu, tetapi menunggu menjadi cara untuk menjauhkan kita dari sikap hidup yang tergesa-gesa. Menunggu menolong kita untuk semakin mengasah kepekaan untuk mendengar jawaban doa. Lebih lagi, menunggu akan membuat kita semakin bergantung kepada Tuhan dalam menantikan jawaban doa yang “pasti”.
Sejatinya, berdoa adalah sikap tunduk dan berani merisikokan hidup ini kepada Tuhan. Artinya, kita tahu siapa yang memegang kendali atas hidup ini; baik dari masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Setiap bagian dari diri kita–hati, pikiran, kerinduan, pergumulan–bahkan yang "terkecil" kita serahkan kepada Tuhan dan biarkan Dia memproses semuanya sehingga kita siap menghadapi segala hal yang akan terjadi nanti. Dia sedang mempersiapkan kita saat ini untuk berada di ruang tunggu kepastian supaya kelak kita dapat menjadi serupa dengan Dia dan meladani ketaatan-Nya serta penyerahan diri-Nya untuk kemuliaan Bapa di Surga. Tentu, bukan berarti kita hanya berpangku tangan karena menganggap hanya Tuhan yang pegang kendali, padahal sebenarnya kita juga punya andil dalam mengambil keputusan di tengah ketidakpastian hidup ini.
Dalam proses menunggu kepastian dan pergumulan untuk memutuskan sesuatu, di sanalah Tuhan bekerja dan menuntun kita dengan hikmat-Nya. Ia tidak diam dan menutup mata. Iman yang kita miliki akan menolong kita untuk percaya pada pekerjaan Tuhan yang tidak terlihat. Itulah sebabnya kita memerlukan "kacamata" iman dalam melihat setiap rencana Tuhan yang masih samar. "Kacamata" iman akan menolong kita untuk melihat semua realitas dengan perspektif bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya menurut waktu-Nya (Pengkhotbah 3:11, Roma 8:28-29).
Sayangnya, ketika berdoa, kita mungkin masih sering “memaksa” Tuhan untuk segera mengabulkan doa dan memberikan kepastian—walaupun kita mengaku beriman dan percaya kepada-Nya. Wahai, Ignite People, Tuhan bukanlah Pribadi yang bisa diatur oleh manusia. Tuhan tidak punya kewajiban untuk segera memberikan apa diminta oleh anak-Nya. Tuhan punya cara kerja-Nya sendiri yang melampaui segala akal budi manusia yang terbatas itu, sehingga Ia pun akan mengabulkan doa kita menurut dengan kehendak-Nya. Toh sejatinya iman yang benar itu memang bukanlah iman yang memaksa, tetapi iman yang berserah dan bergantung penuh kepada Yang Maha Patut Dipercaya. Tentu, semuanya juga perlu diiringi dengan usaha A, B, dan C untuk mempersiapkan segala kemungkinan di depan—atau yang kita kenal dengan ungkapan ora et labora.
Photo by Emmanuel Phaeton on Unsplash
Di akhir tulisan ini, saya menyadari bahwa ternyata bukan Tuhan yang sedang menutup mata. Sayalah yang menutup mata untuk melihat pekerjaan Tuhan yang misterius itu. Karena itu, mari, Ignite People, kita belajar bersama merangkul ketidakpastian sambil tetap menaruh percaya kepada dan di dalam Tuhan melalui doa yang kita naikkan, ya. Seperti penggalan pujian di atas, biarlah kita dapat memiliki keyakinan untuk melangkah ditengah ketidakpastian dan melihat karya Tuhan dengan kacamata iman. Kiranya Tuhan menolong dan mengaruniakan hikmat kepada setiap kita untuk tetap dapat mengalami Tuhan di dalam ketidakpastian, terkhususnya dalam menghadapi masa yang akan datang. Kelak kita akan melihat betapa indahnya perjalanan yang penuh ketidakpastian ini karena kita tahu bersama Siapa kita melangkah.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: