Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil c dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (2 Timotius 4:3-5)
Berdasarkan data dari Deloitte dan juga CNBC, depresi untuk kaum muda (Gen Z – Kelahiran 1996-sekarang) jauh lebih tinggi di antara generasi-generasi sebelumnya. Hal ini tentu didukung banyak faktor seperti media sosial yang membuat kita nyaris wajib memiliki persona di internet, maupun tuntutan jaman yang memang lebih kompetitif dan keras. Depresi dan kesulitan mengakutalisasi diri memang bukan masalah baru. Baik kaya maupun miskin, tua maupun muda, intinya sama seperti film kartun Mickey Mouse – dia ada untuk semua orang. Kesulitan mengembangkan diri menjadi lebih baik kerap diasosiasikan dengan kehidupan yang buruk. Maksudnya kehidupan yang buruk adalah: kesulitan bergaul, tidak bisa mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan, lingkar sosial yang negatif, serta masalah lainnya. Tentu kalau ada masalah maka kita akan berusaha mencari solusinya, dong? Nah, bagaimana mengenai hal ini?
Part 1: Self-help
Self-help dan Gerakan Aktualisasi Potensi Diri
Tung Desem Waringin dalam Seminar Financial Revolution tentang memulai bisnis.
Gue berkenalan dengan gerakan, praktisi dan peminat Self Help sejak tahun 2005. Pada saat itu, gue sendiri ngelihat poster Tung Desem Waringin. Buat yang enggak tahu, beliau adalah motivator kenamaan di Indonesia. Tung Desem (TDW) dahulu pegawai Bank BCA yang beralih menjadi pebisnis. Namun, ia mungkin jauh lebih dikenal sebagai motivator dan pembicara. Dia selalu berbicara tentang aktualisasi diri, berpikir positif, dan membentuk citra diri yang kuat untuk menghasilkan kekayaan lewat bisnis.
Salah satu gerakan tergokil menurut gue adalah ketika dia melempar uang beberapa ratus juta lewat helikopter di sebuah kota di Indonesia. DIa melakukan ini untuk promosi buku baru sambil memberi pesan “Anda bisa menghasilkan uang lebih banyak bila beli buku Financial Revolution”—yang merupakan karyanya.
Bukunya sendiri memang cukup informatif kalau kamu mau belajar dasar memulai usaha. Mungkin mirip-mirip Rich Dad Poor Dad-nya Robert Kiyosaki. Isinya adalah berbagai saran alias advice untuk kamu membalikkan nasib dari banyak kesulitan keuangan hingga menjadi kaya.
Setelah gue lebih dewasa, kira-kira 19 atau 20 tahun, gue diajak oleh seorang teman untuk ikut seminar pengembangan diri. Ruangannya ada di sebuah gedung gereja dalam ruko. Sebagai freshman kuliah, tentu gue mau-mau aja. Fee-nya sebesar lima puluh ribu untuk dengerin seminar ini.
Sama kayak beberapa mahasiswa tahun awal, gue ternyata mengikuti seminar yang ujungnya adalah MLM. Memang ada motivasinya, mereka memang ngajarin kuadran income dan pentingnya sadar dari muda untuk berkomitmen bekerja keras untuk meraih masa depan, lumayan berguna lah.
Selain ini, gue juga beberapa kali diajak ke acara-acara motivasi dari pembicara seperti Bong Chandra, Merry Riana, dan Eloy Zalukhu. Mereka punya sesi-sesi yang bercerita gimana mereka dahulu menghadapi masalah “Sama seperti kamu yang hadir di sini” dan sekarang sukses. Puncaknya adalah ketika gue ikut pelatihan bareng Merry Riana. Beliau motivator dan pengusaha yang memang inspiratif. Dalam satu sesi, pelatih Associate dari Merry Riana membuka dengan beberapa perintah untuk kita ikuti. Setelah itu, sesi yang paling gue inget dimulai. Dia meminta untuk kita menuliskan dan menggambarkan kehidupan ideal kita. Apakah punya mobil, punya usaha, atau bergelimang harta. Mereka juga meminta kita untuk menuliskan hambatan-hambatan apa yang membuat kita sulit melaksanakan hal itu.
Tony Robbins dalam seminar A Date with Destiny. Salah satu kegiatan populer adalah sesi memecahkan masalah dan juga berjalan di atas bara api asli tanpa mengenakan alas kaki.
Beberapa waktu setelah training motivasi itu, gue sempat nonton cuplikan Tony Robbins-salah satu motivator kelas kakap di dunia. Dia juga meminta hal yang sama, “Tuliskan apa masalah kamu, tujuan kamu, dan alasan kenapa kamu ga bisa mencapai atau menyelesaikannya?”
Dia mendekati seseorang lalu menanyakan, “Masalah kamu apa?” sambil berdiri sangat dekat dengan orang yang ia ajak bicara baik laki-laki maupun perempuan. Orang-orang yang awalnya cuma bilang, “Gue ada masalah diet,” akhirnya mulai terbuka dan sambil nangis berkata jujur bahwa dia ga bisa move on dari mantan pacar. Orang lain bahkan mengungkap bahwa dia marah sama ortunya.
Tony menghibur mereka sedikit lalu setelah mereka tenang, dia bertanya, “Kamu tahu ga apa yang bisa jadi solusi untukmu?” si peserta sambil terisak berkata, “Aku tahu, cuma ga tahu aku kuat melakukan itu apa engga.” Mendengar hal itu, Tony membalas, “Kalau gitu di sini kita akan buat komitmen, kami akan mendukung kamu dan kamu harus berkomitmen untuk berubah dan berani ambil tindakan… crush it!”
Ketika si partisipan yang diajak bicara berteriak mengambil komitmen—baik untuk memaafkan dan akan berusaha ngelupain si mantan, atau memilih untuk mengunjungi orang tuanya dan akan siap memaafkan mereka—seluruh penonton bertepuk tangan seraya mendukung.
Oke, itu cerita pengalaman gue, tapi poin gue di sini adalah gerakan-gerakan ini baik melalui buku, seminar, pelatihan dan lain-lain bisa membantu masyarakat. Paling enggak, untuk berusaha membuat kita menginjak langkah awal untuk memperbaiki hidup kualitas hidup kita.
Sisi Gelap: Eksploitasi, Kultus dan Saran tanpa Iman
Di atas, gue berani nyebut nama karena selain pernah mengalami sendiri, menurut gue apa yang dilakukan Tony Robbins, Merry Riana, dan TDW itu bisa dibilang ga bermasalah sama sekali. Mereka memang bukan psikiater dan sebenarnya “hanya” menggunakan trik dan showmanship untuk membantu kita, namun selama kamu datang dengan mindset yang tepat, mereka punya dampak positif yang membantu.
Kultus yang Eksploitatif
Baller Busters - Akun yang menyediakan informasi tentang "Business Guru" Penipu yang menawarkan motivasi, pelatihan dan kesempatan bisnis palsu.
Hal ini lain berbeda dengan beberapa pemain lain. Misalnya, ada seorang motivator bisnis asal Kanada keturunan Hong Kong di internet yang melakukan eksploitasi terhadap partisipan. Ia menjual pelatihan semahal US$2500 untuk dilatih menjadi salesman unggul. Program ini berlanjut ke program komunitas “Lingkar Dalam” yang menjanjikan komunitas yang saling mendukung bisnis satu sama lain. Untuk join di komunitas ini, anggota wajib bayar US$2500 di awal dan biaya keanggotaan sebesar US$200 per-bulan. Hal ini mungkin ga jadi masalah di permukaan. Sure, harga segitu memang cukup mahal namun kalau ga punya duit atau memang merasa ga guna tinggal ga usah beli kan? Nah ini yang menjadi sisi eksploitatifnya: melalui komunitas – motivator ini membentuk orang yang loyal hanya pada dirinya.
Masalahnya, target market mereka kerap kali merupakan orang-orang yang justru ga punya uang. “Kalau lu ga punya uang segitu, ya itu alasan lu harus masuk—biar bisa belajar dapet duit,” begitu ungkapnya di salah satu sesi pelatihan. Ini dia sampaikan ke orang yang ingat, ga punya duit buat makan.
Mereka juga kerap menjual diri di awal sebagai “kelas motivasi”, memberikan kamu alasan untuk berusaha keras. Dilanjutkan dengan menawarkan pelatihan bisnis atau tiket masuk komunitas/WA Group tertentu yang membuat kalian merasa “eksklusif” dan menawarkan komunitas yang positif.
Di balik itu, mereka kerap menyebar rumor kalau ga join “komunitas” maka ga usah diajak ngomong lagi. Atau kalau ada yang mempertanyakan kebenaran si motivator maka kalian ga boleh ngomong sama orang itu. Ada juga, “Kalau ada orang yang bilang ada hal negatif di komunitas kita, maka pikiran orang itu negatif–jangan didengerin!–cukup dengerin kita orang dalam aja.”
Kalau begitu aja, itu bukan eksplotasi. Ironisnya, hal ini berujung pada banyaknya orang yang enggak mampu atau sedang memiliki masalah finansial dipaksa untuk bayar dan mengikuti tingkatan yang lebih tinggi. Yang lebih menyedihkan, mereka bahkan telah terpaksa berhutang atau sedang tinggal di rumah teman karena diusir dari kontrakan.
Bad Faith: Iman yang Salah, Saran yang Jahat
Keith Ranierre (Tengah-Atas) Menjanjikan pengalaman spiritual dan motivasi bisnis bagi korbannya (sekeliling).
Salah satu komunitas motivasi yang menjadi lebih buruk adalah NXIVM (Nexium) yang didirikan oleh Keith Rainerre di Amerika. Ia memulai menyelenggarakan seminar “motivasi”, lalu membentuk komunitas dengan iming-iming ia akan membantu permasalahan mereka. Ia memberi saran dan berupaya membentuk kepercayaan mereka bahwa Keith adalah “mesias”.
Awalnya, kita bisa berpikir, “Ah, semua orang juga bisa ditipu,” tetapi cara yang dilakukan Keith dan NXIVM cukup mengerikan: ia menciptakan situasi dimana mereka harus percaya dan menuruti segala yang Keith ucapkan sebagai kebenaran absolut. Jadi memang tidak semua orang targetnya; ia justru mencari orang yang depresi dan masih mencari jati diri—intinya sedang berada di titik rendah hidup untuk dimanipulasi olehnya.
Jadi, sasaran pasar mereka merupakan orang-orang, utamanya perempuan yang stress atau sedang mengalami masalah dalam hidup. Melalui hal itu, mereka diberikan sesi curhat dan Keith akan berusaha memberi solusi pada masalah-masalah yang mereka alami. Dari motivasi dan "kotbah" tersebut, Keith menjadi orangyang dipercaya oleh beragam perempuan ini.
Setelah orang-orang ini percaya pada Keith, ia membuat mereka semakin loyal dengan serangkaian tes yang membuat para anggotanya harus mau memberikan rahasia, uang atau bahkan hal-hal pribadi yang menjadikan mereka berkomitmen pada Keith dan melakukan apapun (termasuk yang anda pikirkan).
Bahkan setelah Keith dipenjara, banyak orang yang dieksploitasi olehnya malah terus membelanya meskipun bukti sudah diberikan bahwa ia terbukti melakukan hal itu. Beberapa orang hadir setiap hari di penjara untuk menari dalam mendukung kebebasan Keith Ranierre.
Berawal dari motivasi, menjadi iman dan kepercayaan yang salah berujung saran yang jahat.
Lalu...apa sigfinikansi atau relevansinya dengan kita Jemaat Kristus?
(Berlanjut ke bagian 2)
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: