"Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan" Ulangan 7:9
In Collaboration with Kinanti Dea
Aku memiliki seorang kekasih yang sangat mencintaiku. tetapi karena pandemi covid -19 belum berakhir, kami terpaksa menjalani hubungan LDR (Long Distance Relationship). Kami terpisah dalam jarak dan ruang. Tetapi keterpisahan ini tidak membuat kasih sayang kami memudar. Justru kami bisa saling memperhatikan dan mendukung untuk melalui masa-masa sulit ini.
Beberapa waktu yang lalu, kami menghadapi suatu pergumulan yang nyaris membuat kami berpisah. Aku justru melukai perasaannya dengan mendekati perempuan lain. Padahal kekasihku ini sangat menyayangiku dan tidak pernah sehari pun tidak menghubungiku. Tidak hanya sekali, tetapi dua kali.
Mendengar kabar bahwa aku mendua, kekasihku sangat sakit hati. Bahkan dia meminta untuk mengakhiri hubungan ini sesuai dengan perjanjian yang kami buat. Hatiku hancur rasanya. Penyesalan kurasakan selama berhari-hari lamanya.
Selama kurang lebih satu minggu aku merenungkan kembali apa yang kulakukan. Disitu aku juga terus membawa masalah ini dalam doaku kepada Tuhan. Seminggu kemudian, kekasihku menghubungiku kembali dan aku menyampaikan penyesalan dan permohonanku untuk kembali menjalin hubungan ini. Entah apa yang terjadi; kekasihku mau memaafkan kesalahanku dan menerimaku kembali menjadi kekasihnya.
Setelah kejadian yang tidak menyenangkan itu, kami berusaha untuk menjaga hati agar tetap setia. Bahkan, hubungan kami menjadi sangat intens seperti sudah bertemu.
Aku teringat dengan seorang nabi di Alkitab yang memiliki cerita yang mirip denganku, yaitu Hosea. Hosea adalah seorang nabi yang berasal dari Israel Utara. Ia berkarya pada zaman raja-raja utara sebelum kehancuran Samaria tahun 722 SM oleh Asyur. Kisahnya yang menarik dan menjadi perhatian terdapat pada Kitab Hosea pasal 1-3. Ketiga pasal tersebut menceritakan bagian penting kehidupan keluarga Hosea. Uniknya terdapat dua cerita perkawinan Nabi Hosea dengan seorang perempuan sundal.
Pada pasal 1, Tuhan memerintahkan Hosea untuk mengawini Gomer, seorang perempuan sundal. Kemudian Hosea juga diperintahkan untuk memperanakkan anak-anak dari hasil perkawinan itu (1:2). Selanjutnya di pasal 3, Tuhan memerintahkan kembali agar Hosea mengawini seorang perempuan yang suka bersundal dan berzinah (3:1).
Tetapi perempuan tersebut tidak diketahui namanya. Ini menjadi perdebatan di antara para ahli. Ada yang menduga bahwa perempuan itu adalah Gomer. Mereka berpendapat bahwa Hosea telah menceraikan Gomer sebab ia tidak setia. Ada juga yang berpendapat bahwa perempuan itu bukanlah Gomer, tetapi perempuan sundal lain. Terlepas dari siapa perempuan yang dimaksud di pasal 3 ini, alasan mengapa Tuhan menyuruh Hosea menikahi perempuan sundal menjadi topik utama.
Keterangan teks memberi kesan kuat bahwa Gomer menjadi perempuan sundal sebelum dinikahi. Ada dugaan bahwa Gomer adalah pelacur atau pelacur bakti dalam kultus religius ritus Baal. Penyembahan kepada Baal menunjukkan betapa cemarnya bangsa Israel di mata Tuhan.
Bangsa Israel digambarkan sebagai mempelai wanita bagi Allah, namun melakukan perzinahan dan penyembahan terhadap dewa-dewa lain dengan maksud untuk memperoleh kesuburan dan kekuatan. Hal tersebut menjadi bukti ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah. Padahal selama ini Tuhan sangat mengasihi Bangsa Israel karena perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub.
Para ahli berpendapat cerita Nabi Hosea adalah visi profetik atau tidak sungguhan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa ini adalah historis dan dimaksudkan untuk memberikan suatu tindakan simbolis sebagai simbol hubungan antara Allah dan Israel.
Jika kita mencermati pasal 1 dan pasal 3, maka kita akan menemukan kesamaan perintah Tuhan, yaitu Hosea diperintahkan untuk menikahi perempuan sundal. Uniknya, di pasal 3 Tuhan tidak hanya menyuruh Hosea untuk menikahi, melainkan juga menyuruhnya untuk mencintai wanita itu.
Hosea memberikan gambaran nyata bahwa ia mau kembali mengasihi istrinya yang berzinah dan tidak setia itu. Seperti halnya Tuhan Allah yang tetap mengasihi Israel walaupun tindakannya menyeleweng dengan menyembah ilah lain. Tuhan Allah tidak pernah meninggalkan bangsa Israel karena perjanjianNya.
Melalui cerita Nabi Hosea ini, kita belajar akan kasih dan kesetiaan Tuhan. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, seberapa buruknya perbuatan kita di hadapan-Nya. Dia mengasihi kita, walaupun kita menyakiti hati-Nya. Dia tetap setia walaupun kita melupakan-Nya. Dia setia oleh karena kasih-Nya yang selalu ada untuk kita. Ia tidak mau kita binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (bdk. Yoh 3:16). Sebagai respon akan kesetiaan Allah, kita juga harus setia kepada-Nya.
Bagaimana cara kita untuk setia kepada Allah? Kita harus terus mencari Allah dan bersandar penuh pada-Nya. Carilah Allah dalam doa dan Firman Tuhan. Renungkanlah terus kasih Allah yang telah terjadi dalam hidup kita. Kemudian, berilah hati kita kepada-Nya. Selalu minta kepada Roh Kudus agar selalu memampukan kita untuk tetap setia memegang teguh Firman-Nya.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: