Di Kala Aku Bertanya Kepada Tuhan…

Best Regards, Live Through This, 06 July 2021
Jika Tuhan itu Maha Baik, mengapa penderitaan karena COVID-19 ini terus melanda? Jika Tuhan itu Maha Kasih, mengapa keluargaku menjadi korban dari COVID-19? Jika Tuhan itu Maha Kuasa, mengapa Dia tidak segera menghentikan COVID-19?

In collaboration with Marcella Liem 


Beberapa waktu belakangan, kita menyaksikan kabar perkembangan COVID-19 di Indonesia yang semakin parah melalui media massa : varian baru menyebar; rumah sakit penuh hingga tidak mampu melayani pasien baru; banyak dokter dan perawat meninggal dunia akibat tertular COVID-19; masyarakat yang abai protokol kesehatan. Tidak hanya menyaksikan lewat layar kaca, kita juga melihat dan merasakan secara langsung betapa ganasnya virus ini. Sebagian kita terpapar dan harus diisolasi, beberapa anggota keluarga dan teman-tema yang kita sayangi juga terpapar dan ada pula yang meninggal dunia akibat virus ini

Meskipun demikian, sebagian masyarakat masih abai dengan protokol kesehatan, seolah-olah COVID-19 tidak ada atau sudah menghilang. Tetapi mereka  justru tidak terpapar sama sekali. Melihat realitas ini, kita  menjadi geram, emosi, jengkel terhadap Tuhan. Belum lagi jika kita juga mengalami dampak lain dari COVID-19. Krisis hingga kebangkrutan perusahaan, PHK massal, hingga KDRT dan perceraian akibat krisis ekonomi. 


Kasus-kasus yang mengoyakkan kehidupan diatas jelas menimbulkan pertanyaan yang sudah ada sejak dahulu : mempertanyakan dimanakah Tuhan berada dengan situasi seperti itu : “Di manakah Tuhan?” Tidak berhenti sampai disini saja. Pertanyaan ini berkembang menjadi suatu gugatan : “Mengapa Tuhan membiarkan penderitaan dan kegagalan terjadi?” “Apakah Tuhan tertidur hingga tidak peduli dengan umat-Nya?” “Mengapa Tuhan diam saja?”. 


Pertanyaan-pertanyaan ini kedengarannya mudah untuk dijawab karena sudah sangat umum diucapkan. Apalagi pertanyaan ini muncul dari penderitaan setiap orang di dunia, walaupun bentuknya berbeda-beda. Tetapi pada kenyataannya, pertanyaan-pertanyaan ini cukup sulit untuk dijawab.


Seringkali pertanyaan ini tidak dijawab dengan sebuah jawaban, melainkan dengan sebuah penghakiman, seperti :


“Pasti kamu kurang iman itu!”
 “Alay banget sih sampe nanya Tuhan dimana? Mau jadi ateis??”

“Sudah ketahuan kalo kamu ga pernah berdoa dan ke gereja!”

“Kamu banyak dosa itu namanya”. 


Dengan jawaban seperti itu, bukannya mendapatkan jawaban yang memuaskan dan semakin kuat beriman, orang yang bertanya justru akan semakin terpuruk di dalam kegoncangan hatinya akibat penderitaan, bahkan dapat kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan!



Padahal,orang-orang yang sampai bertanya demikian sedang dalam kondisi dan situasi yang membuat fisik, mental, bahkan spiritualitasnya down. Justru mereka seharusnya dirangkul dan bukannya dihakimi, seolah-olah kita merasa paling kuat imannya dan tidak akan pernah jatuh dalam kondisi seperti yang mereka alami. Lalu, bagaimanakah caranya?


Pertama, kita harus mengubah mindset kita tentang orang-orang yang bertanya tentang Tuhan. Selama ini, orang yang bertanya tentang Tuhan dianggap meragukan Tuhan, tidak beragama, calon ateis baru, imannya goyah, dsb. Padahal, tidak semua orang yang bertanya dan berdiskusi tentang Tuhan adalah ateis atau akan menjadi ateis. Justru orang-orang yang bertanya demikian adalah orang-orang yang berani keluar dari zona nyaman kehidupan ritualisme agamanya dan menginginkan pemahaman dan spiritualitas yang baru dengan Tuhan. Dalam konteks ini, mereka yang sedang bertanya tentang Tuhan sedang berada dalam krisis iman karena Tuhan dirasa tidak adil terhadap mereka. Maka sangat wajar mereka bertanya tentang keadilan Tuhan yang maha adil. Maka, kita harus memaklumi mereka bertanya demikian karena kondisi yang sedang mereka alami.


Kedua, bertanya tentang Tuhan memang menjadi sarana untuk memperkuat keyakinan terhadap Tuhan. Tetapi ada peluang juga untuk mengaburkan kepercayaan terhadap Tuhan. Maka, perlu adanya pendampingan bagi mereka yang sedang dalam masa krisis oleh kita yang tidak mengalami krisis. Kita perlu untuk mendoakan dan menghiburnya, maka kita mewujudkan kasih Allah padanya.

    

Lalu bagi Ignite people yang saat ini sedang bergumul karena kondisi yang sedang tidak baik dan bertanya dimanakah Allah, teman-teman mungkin tidak akan langsung mendapat jawaban, bahkan bisa jadi tidak akan mendapat jawaban sama sekali. Tetapi percayalah, teman-teman mengalami kondisi ini bukan karena Allah tidak ada atau Allah jahat kepada teman-teman. Tidak ada yang tahu mengapa Allah membiarkan penderitaan pada manusia terjadi. Kita seperti Ayub yang menderita hingga menggugat keadilan Allah (bdk. Ayub 24). Kita juga sama seperti para murid yang mempertanyakan kepedulian Yesus ketika badai mengancam nyawa mereka (Markus 4 :35-38). 


Tetapi kita tahu bahwa Allah tidak tinggal diam terhadap penderitaan mereka. Walaupun tidak memberi jawaban bahkan justru bertanya balik, Allah tetap mengasihi Ayub dan memberkatinya (bdk. Ayub 38-42). Walaupun Yesus tidak menjawab mereka dengan perkataan, Yesus tetap menunjukkan kepedulian-Nya dengan menenangkan badai itu (Markus 4:39). 



Begitu juga dengan kita saat ini. Allah selalu ada merengkuh kita dalam kondisi apapun. Dan kita akan merasakan karya kasih-Nya dalam kehidupan kita dengan bentuk apapun. Jadi, jangan berhenti untuk bertanya sebagai bentuk pencarianmu terhadap Tuhan di dalam setiap doamu. Carilah orang-orang yang dapat dipercaya untuk menemanimu dalam bergumul bersama Tuhan. Jika kamu tidak mendapatkan jawaban, jangan putus asa. Tetaplah bertanya kepada Tuhan dan percayalah bahwa Tuhan akan menjawab segala pertanyaan itu tidak dengan jawaban langsung melalui perkataan, namun dalam kegiatan  yang akan kamu lakukan atau peristiwa yang akan terjadi dalam hidupmu kedepannya. Walaupun kamu merasa jauh dari-Nya, percayalah bahwa Tuhan selalu dekat dan senantiasa memelukmu.

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

TAGS

 

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER