Pada jaman di mana gerakan perempuan atau gerakan feminisme yang sering kita dengar saat ini belum dimulai, Yesus telah menjungkirbalikkan pandangan masyarakat tentang keberadaaan perempuan. Perempuan diberi peranan yang sangat penting dalam karya kelahiran, kematian, dan kebangkitanNya. Yesus memperjuangkan peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada sebuah hal yang menarik ketika membaca kisah kebangkitan Yesus yang tertulis di dalam keempat Injil. Bukan murid laki-laki melainkan perempuan yang menjadi saksi pertama yang melihat dan menyaksikan kebangkitan Yesus. Kenapa hal ini menarik?
Dua ribu tahun yang lalu masyarakat Yahudi memiliki budaya patriaki yang sangat kuat. Semua hal dikuasai oleh laki-laki. Semua jabatan penting, termasuk jabatan keagamaan ada di tangan laki-laki. Perempuan dianggap sebagai kasta di bawah laki-laki yang lebih rendah, tidak dianggap, tidak masuk dalam hitungan, tidak berperan, tidak berpendidikan dan lain sebagainya. Perempuan tidak diperhitungkan, bahkan anak perempuan hampir tidak pernah dituliskan atau disebutkan dalam silsilah keturunan.
Menariknya, dalam teks kisah kebangkitan Yesus, perempuan merupakan saksi pertama yang menjumpai Yesus setelah bangkit. Kenapa perempuan? Kenapa bukan kesebelas murid Yesus?
Lantas di mana para murid laki-laki? Mereka bersembunyi, dengan perasaan takut dan kecewa, karena guru mereka telah mati. Mereka kecewa karena guru yang mereka harapkan sebagai pemimpin untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan pemerintah Romawi, ternyata mati. Mereka juga takut kalau pemerintah Romawi ikut membunuh mereka juga karena mereka murid Yesus.
Tapi kenapa para perempuan ini berani pergi ke kubur Yesus? Karena perempuan adalah golongan kelas dua, jika mereka ketahuan sebagai murid Yesus, tidak akan menjadi masalah bagi orang di sekitar, karena mereka adalah golongan kelas bawah yang suaranya tidak didengar dan tidak dianggap. Namun, keberanian para perempuan ini tetap saja mengagumkan, mereka tetap setia mengikut Yesus sejak peristiwa penyaliban sampai ke kuburNya. Para perempuan inilah yang akhirnya menguatkan dan memberitakan kepada para murid laki-laki bahwa Yesus bangkit serta memberikan harapan baru kepada mereka.
Jika dalam narasi awal Perjanjian Lama, seorang perempuan yang bernama Hawa dianggap sebagai sosok yang mengakibatkan manusia jatuh di dalam dosa dan maut. Seorang perempuan yang mudah terbujuk oleh bujuk rayu si ular untuk melanggar perintah Allah. Namun dalam Perjanjian Baru hal yang kontras terjadi. Harapan akan kehidupan yang baru dimulai dari seorang gadis dari desa Nazaret di Galilea, Maria ibu Yesus yang menjadi perempuan terpilih untuk mengandung dan melahirkan Yesus Sang Mesias. Maria hanyalah seorang gadis biasa, bukan dari golongan keluarga imam. Tidak hanya berhenti sampai itu saja, karya penyelamatan Allah terhadap manusia dilanjutkan dengan melibatkan Maria yang lain sebagai saksi pertama kebangkitan Yesus.
Pada jaman di mana gerakan perempuan atau gerakan feminisme yang sering kita dengar saat ini belum dimulai, Yesus telah menjungkirbalikkan pandangan masyarakat tentang keberadaaan perempuan. Perempuan diberi peranan yang sangat penting dalam karya kelahiran, kematian, dan kebangkitanNya. Yesus memperjuangkan peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menjadi saksi Kristus bukan hanya tugas para pendeta, majelis, dan laki-laki saja. Siapapun kita, apapun gender kita, kita yang mengaku percaya Kristus adalah saksi Kristus di manapun kita berada.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: