Dan bukan hanya handal, kabar terbaiknya adalah Ia merupakan penulis yang begitu mengasihi kita.
Cerita kita selalu dimulai dengan suara tangisan pertama sebagai penanda awal dari sebuah kehidupan dan kemudian bergerak mengikuti alurnya masing-masing. Layaknya setiap cerita, kisah hidup pun memiliki dinamika dan temponya sendiri. Mungkin kita tengah menghidupi bab yang menyedihkan—kehilangan pekerjaan, gagal memiliki anak; atau bab yang menyakitkan—dikhianati sahabat; bab yang menguras tenaga—bertaruh demi usaha yang baru, berjuang masuk ke universitas idaman; atau bahkan kita tengah menikmati bab demi bab yang indah dalam hidup. Namun, berada dalam fase apa pun kita saat ini, kita sama-sama tengah menghidupi kisah yang telah dan sedang ditulis oleh Sang Pencipta.
Hari-hari yang kita jalani tentu lebih sering tidak terasa bagaikan sebuah cerita yang indah. Tumpukan pekerjaan, tanggung jawab yang semakin berat, masalah yang silih berganti. Begitu banyak plot-plot yang terasa mengganggu; aneh, membingungkan, dan tidak kita pahami, hingga sering kali kita ingin menjadi editor dalam kisah kita sendiri. Berharap dapat memegang tinta merah dan mencoret bagian-bagian yang kita anggap menyebalkan dan tidak perlu. Bahkan ingin rasanya melompati begitu saja beberapa bagian bab yang tidak menyenangkan—bab-bab yang terasa melelahkan, atau mungkin menakutkan.
Photo by Roberto Tumini on Unsplash
Di saat-saat seperti itu, mungkin kita perlu mencoba untuk mengingat, bahwa tak ada kisah heroik yang akan membekas di hati kita tanpa terlebih dulu merasakan hangatnya jatuh dan bagaimana nikmatnya untuk kembali bangun. Kemenangan Harry Potter atas Voldemort tak akan menyentuh tanpa perjuangannya berdamai dengan rasa kehilangan orang-orang yang dicintainya. Kekuatan Iron Man tak akan terbentuk tanpa perjuangannya untuk mempertahankan nyawanya. Kekuatan Spiderman tak akan berarti tanpa pergumulannya menyadari bahwa dengan kekuatan yang besar, muncul pula tanggung jawab yang besar. Pun demikian dengan Yusuf, ia tak akan menjadi pahlawan bagi saudara dan bangsanya tanpa terlebih dahulu mengalami masa-masa pembuangan.
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.—Yeremia 29:11
Ayat yang sudah begitu tak asing bagi kita, namun mungkin menjadi tantangan tersendiri untuk kita imani. Berada di tengah derasnya arus hidup dan masalah yang menempa tak jarang membuat kita lupa bahwa hari ini adalah bagian dari rencana Allah yang besar. Semua tokoh utama dalam cerita memiliki perjuangannya masing-masing, dan ditengah perjuangan itu, mereka pun kadang sulit melihat, bahwa pergumulan mereka saat itu dapat menjadi titik awal dari sebuah kisah yang maha besar. Thomas Alfa Edison dipandang sebelah mata dan dikeluarkan dari sekolah, Oprah Winfrey putus asa saat dirinya menerima pelecahan seksual, dan Zakharia meragu ditengah usianya yang sudah lanjut.
Seperti tulisan Pemazmur, “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya” (Mazmur. 37:23). Kalau sekarang halaman dalam cerita kita terasa berat, kalimat-kalimat yang tercipta terasa kosong, alur yang ada seakan tak bergerak, atau bahkan menyebalkan, ingatlah bahwa Allah yang sedang menulis kisah, adalah Penulis terbaik yang pernah ada—Penulis Mahaagung yang telah menuliskan jutaan bahkan milyaran kisah dalam sejarah umat manusia. Dan bukan hanya handal, kabar terbaiknya adalah Ia merupakan penulis yang begitu mengasihi kita. Pergumulan akan tetap ada, namun ingatlah, selama Ia masih memegang pena, pergumulanmu hari ini dapat menjadi sebuah langkah awal untuk kisah yang lebih indah.
Photo by Allef Vinicius on Unsplash
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: