Disclaimer sebelumnya, tulisan ini murni pengalaman saya ketika beribadah di era new normal dan telah menerima ijin dari Majelis Jemaat tempat dimana saya meliput. Meskipun saya tidak meliput suasana ibadah New Normal Di Gereja saya sendiri (Re : Gereja tempat saya berjemaat) namun saya senang mendapat kesempatan untuk merasakan ibadah tatap muka (Onsite) bersama Jemaat di tempat yang saya kunjungi. Sekali lagi, tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya pribadi dan bukan bermaksud untuk membandingkan gereja yang saya datangi dengan gereja lain namun ini merupakan experience saya dalam beribadah di era new Normal.
"Ibadah seharusnya memelihara kehidupan bukan malah mengancam kehidupan"
Minggu 16 Agustus 2020
GKI Harapan Jaya Bekasi
Suasana pagi yang sedikit mendung mengawali perjalanan saya menuju daerah Harapan Jaya, Kota Bekasi pagi itu. Hanya dalam kurun waktu 15 menit, saya tiba di GKI Harapan Jaya Bekasi. Sebuah perjalanan yang menurut saya, sangat cepat, mungkin karena jalan yang sepi dan tidak terlalu ramai, yang menemani langkah saya untuk beribadah Minggu.
Saya sempat kesulitan saat mencari GKI Harapan Jaya, karena letak Gereja ini berada di dalam Perumahan Harapan Jaya. GKI Harapan Jaya, termasuk dalam Klasis Jakarta Timur, bersamaan dengan gereja lain, seperti: GKI Agus Salim yang minggu lalu saya kunjungi, namun tidak terlalu besar dan ramai. Persebaran jemaat mungkin hanya berada di sekitar komplek Harapan Jaya Bekasi. Namun, rata-rata jemaat bertempat tinggal di sekitar gereja. Sehingga saya hanya melihat beberapa kendaraan saja yang terparkir di area parkir GKI Harapan Jaya. Selebihnya jemaat yang datang saat itu, mungkin saja datang dengan berjalan kaki. Setibanya di gedung gereja, saya memarkirkan kendaraan. Seperti biasa, sesuai dengan Protokol Kesehatan pencegahan COVID-19 Majelis Jemaat GKI Harapan Jaya juga menyediakan tempat-tempat untuk mencuci tangan dengan sabun hingga bersih. Cukup banyak juga tempat-tempat yang dipersiapkan untuk mencuci tangan. Setelah mencuci tangan, saya kemudian disambut oleh Penatua yang bertugas, lalu memastikan di mana saya akan duduk.
Sebagai informasi, sebelumnya, saya sudah mendaftarkan diri sebagai pengunjung ibadah pada hari Minggu ini dalam Google Form yang disediakan oleh pihak gereja, jauh sebelum ibadah Hari Minggu berlangsung. Kemudian, Penatua memberikan informasi mengenai nomor kursi yang akan saya duduki hari ini, dan mempersilakan saya untuk masuk dalam ruang ibadah.Sama seperti yang saya lihat di GKI Agus Salim minggu lalu, pihak gereja menyediakan Kotak Persembahan juga bagi jemaat yang telah mempersiapkan persembahannya di dalam amplop.
Saya pun menginjakan kaki ke dalam ruang ibadah. Lalu, saya bergegas menuju tempat duduk yang telah ditentukan tadi. Tetap dengan berjarak dan menerapkan prinsip Physical Distancing, Majelis Jemaat telah menata ulang setiap tempat duduk yang ada di dalam ruang Ibadah. GKI Harapan Jaya memiliki jendela yang sangat sedikit, sehingga, Majelis Jemaat pun memutuskan untuk tetap menyalakan Air Conditioner (AC). Namun, selain AC, Majelis Jemaat juga telah menyediakan exhaust fan sebagai penyaring udara, agar udara tetap bisa tersirkulasi secara baik dan udara bergerak menuju kedua pintu yang ada di GKI Harapan Jaya. Kapasitas ruang ibadah di gereja ini yang semula dapat menampung dua ratus orang, kini dikurangi kapasitasnya hanya untuk enam puluh jemaat dan penatua. Ini merupakan sebuah pengurangan kapasitas jemaat yang cukup drastis.
Pada Ibadah minggu ini, tema yang diangkat oleh GKI Harapan Jaya adalah "Kasih Lintas Batas", yang dilayani oleh Pdt. Alexander H. Urbinas, selaku Pendeta Jemaat GKI Harapan Jaya Bekasi. Ibadah kali ini juga bertepatan dengan momen hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke-75 tahun, sehingga Majelis Jemaat memutuskan untuk menggunakan warna liturgi merah. Jam ibadah minggu di GKI Harapan Jaya sejauh ini masih berganti-ganti. Majelis Jemaat serta Tim Gugus COVID-19 GKI HarJa (singkatan bagi GKI Harapan Jaya) terus mengevaluasi jam ibadah yang tepat untuk jemaat setiap minggunya. Namun, sejauh ini GKI HarJa memilih mengadakan ibadah pada pukul 08.00 WIB, walaupun demikian Majelis Jemaat masih akan terus melakukan evaluasi terhadap pemilihan jam ibadah, dan belum menjadikan jam ibadah yang tetap.
Ibadah di GKI HarJa berlangsung selama hampir satu jam. Bagi saya, ada yang menarik dalam ibadah kali ini. Petugas hari Minggu ini, hanya ada satu orang pemandu lagu saja. Suara musik dan lagu dalam ibadah kali ini semuanya telah direkam dan diatur oleh pihak multimedia, sehingga tidak ada pemusik yang bertugas. Jemaat juga hanya diajak untuk menyanyikan beberapa bait saja, selebihnya pujian dipandu oleh pemandu pujian saja. Setelah berkat, jemaat diajak untuk menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa sebagai lagu nasional dalam rangka Hari Kemerdekaan. Setelah itu, pendeta dan penatua yang bertugas memberikan salam persekutuan dari mimbar dan kembali menuju ke ruang konsistori. Jemaat kemudian diarahkan untuk keluar dari dua pintu yang ada dan diharapkan untuk langsung pulang ke rumah masing-masing.
Menurut keterangan Pdt. Alex, masih banyak jemaat yang lebih memilih untuk beribadah secara online. Namun, GKI HarJa memiliki kendala untuk mengadakan Ibadah secara Live Streaming. Jadi, Majelis Jemaat tetap memberlakukan ibadah online di kanal Youtube GKI Harapan Jaya, berupa hasil dari rekaman yang dilakukan pada hari sebelumnya, sehingga jemaat yang masih memilih untuk beribadah secara online masih dapat mengikutinya dari rumah masing-masing.
GKI HarJa sejauh ini masih melakukan ibadah onsite di hari Minggu saja. Untuk Ibadah Anak, Pemuda dan Remaja masih dialihkan secara online. Hal ini juga berlaku pula pada kegiatan-kegiatan gerejawi lainnya. Kegiatan pemberian sakramen seperti Perjamuan Kudus, dan Baptis, serta agenda lainnya, seperti: Sidi, Pelantikan dan Peneguhan penatua jemaat serta pernikahan hingga saat ini belum dilaksanakan oleh Majelis Jemaat.
Secara keseluruhan GKI Harapan Jaya telah menerapkan protokol kesehatan yang baik. Mereka tetap memperhatikan dan terus mengevaluasi diri serta terus mencairkan diri untuk terus bergerak dan berubah sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan. Menurut saya, ini sudah cukup untuk menjaga kehidupan jemaat dan simpatisan yang akan bergereja kembali.
Bersambung ke Eps 5..........................
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: