Kita bukan hanya hidup di bawah matahari saja. Tapi ada Pencipta alam semesta yang nyata dan Maha hadir memerhatikan kita yang hidup seolah tanpa Tuhan.
Tentang Kristen “Ateis” dan Hidup di Luar Tuhan (bagian 1)
You can only find a lasting meaning to your life by looking above the sun and bring God back into the picture. – Derek Neider
Ketika kita melihat kehidupan hanya dari sudut pandang diri sendiri, semua yang dikatakan Salomo menjadi masuk akal. Hidup di bawah matahari itu adalah hal yang menyusahkan (Pkh. 2:17), dan bahkan dia membenci hidup yang demikian. Hidup di bawah matahari atau di bumi ini menyusahkan karena apapun yang kita lakukan di dunia ini tidak ada gunanya dan sia-sia. Justru malah merepotkan diri kita sendiri dan membuat hidup kita menderita. Tidak heran banyak orang yang putus asa dalam hidup ini dan mengakhiri hidupnya, tidak peduli miskin atau kaya, terkenal atau tidak, dan sebagainya.
Kenapa kehidupan di dunia ini bisa menjadi begitu suram? Apakah Tuhan menciptakan dunia ini supaya manusia menderita dan sia-sia saja hidupnya? Tidak. Dunia di taman Eden yang Tuhan ciptakan sebelum manusia jatuh dalam dosa adalah dunia yang indah dan berarti. Namun, semuanya berubah di Kejadian pasal 3, manusia jatuh dalam dosa, lingkungan menjadi rusak, hubungan antar sesama menjadi rusak, dan hubungan manusia dengan Penciptanya juga menjadi rusak.
Photo by W A T A R I on Unsplash
Manusia akan terus berdosa dan berdosa selama hidupnya (7:20) karena dosa ada di luar kontrol kita. Dosa adalah natur manusia, sebuah cara hidup bagi manusia. Sehingga, ketika kita memandang hidup ini hanya sebatas di bawah matahari saja, maka kita akan terus hidup di bawah kekuatan yang memperbudak kita dalam kerusakan dan kesia-siaan.
Oleh karena dosa tidak akan pernah memuaskan hidup kita, maka kita akan terus-menerus mencari kepuasan. Dan celakanya, segala yang kita cari dan kita lakukan itu tidak akan bisa berhasil. Malah, kita akan terus berkubang dalam dosa, dan ujung-ujungnya kita akan mati konyol setelah menghabiskan seluruh hidup mencari kepuasan dan mengakhirinya dengan tangan kosong.
Maka dari sanalah, ada seorang Raja yang mau turun ke dunia yang rusak dan penuh penderitaan ini, memberikan kita kepuasan sejati, hidup yang tidak akan sia-sia. Raja itu memiliki segalanya namun Dia meninggalkannya, berkuasa namun memakai kuasa-Nya bukan untuk diri-Nya sendiri. Raja itu adalah Yesus Kristus.
Dia bukan sekadar dongeng ataupun sejarah, tetapi Dia sungguh nyata, hidup, dan terus memandang kita dari atas matahari itu hingga detik ini. Kita memerlukan Dia yang ada di atas matahari itu. Walaupun kita tidak dapat melihat-Nya dengan kasat mata, tapi Dia benar-benar nyata!
Photo by Samuel McGarrigle on Unsplash
Syukurlah hidup kita tidak sia-sia di dunia ini. Kita tidak perlu tanpa henti mencari-cari apa artinya hidup, karena kita memiliki seorang Raja yang berkuasa atas apa yang ada di bawah matahari, apa yang ada di atas matahari, bahkan berkuasa atas matahari itu sendiri. Setelah berbagai penderitaan dan kesia-siaan karena istri-istrinya yang mempengaruhi Salomo menjadi seorang penyembah berhala, akhirnya dia sadar bahwa ada sesosok pribadi di atas matahari itu yang bisa memberikan kepuasan yang selama ini dia cari-cari (8:12; 16-17).
Hadirat Tuhan bagi Salomo adalah yang terpenting setelah dia melalui hidupnya sampai tua, mencari arti hidup. Dia menuliskan kesimpulan penutup dalam kitab Pengkhotbah di pasal 12:13-14, “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.”
Sekalipun segala sesuatu akan menjadi sia-sia karena tidak ada yang abadi di dunia ini, Tuhan kita tidak sia-sia karena Dia kekal dan segala perbuatan kita di dunia yang tadinya kita anggap sia-sia--entah itu baik atau jahat--akan dinilai oleh-Nya di dalam kekekalan nanti.
Photo by Fidel Fernando on Unsplash
Istilah “Kristen ‘ateis’” bisa jadi menyentil nurani kita. Mungkin kita merasa “itulah aku”. Kini, mari kita melihat bahwa di atas matahari masih ada langit.
Kita bukan hanya hidup di bawah matahari saja. Tapi ada Pencipta alam semesta yang nyata dan Maha hadir memerhatikan kita yang hidup seolah tanpa Tuhan. Mulailah membangun relasi dengan Dia yang kekal, supaya hidup kita tidak disia-siakan kepada hal-hal yang tidak kekal, dan kita tidak mati konyol karena waktu kita habis untuk mencari-cari kepuasan yang sebenarnya cuma bisa kita temukan di dalam Tuhan.
Ada sebuah istilah dalam bahasa Latin yang disebut Coram Deo yang artinya adalah hidup di dalam hadirat Tuhan, di bawah otoritas Tuhan, dan untuk kemuliaan Tuhan. Marilah sebagai orang Kristen yang sejati kita menghidupi kehidupan yang Coram Deo
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: