Part 01: www.ignitegki.com/article/713-welcome-to-the-island-of-misfit-toys-part-01
3. It’s Not About You
Saya bersyukur dianugerahi orang-orang yang selalu membuat saya merasa aman dan dikasihi, seberapapun berantakannya diri ini. Namun ada satu pengalaman yang cukup menohok dan masih teringat jelas di kepala. Saat seseorang yang dekat tiba-tiba mengungkapkan kemarahannya karena ia sudah merasa berusaha dengan keras untuk membuat saya merasa lebih baik, tapi saya sendiri sering terlihat down saat bersama dia. Ia kesal karena merasa usahanya sama sekali tidak dihargai, bahwa saya enggan memilih untuk bahagia.
Jadi gini, seringkali kekambuhan tuh ga kenal waktu dan tempat, geng. Dan justru sering nggak ada hubungannya dengan orang-orang yang sedang bersama kami saat itu. Penderita depresi mungkin bergumul dengan obsessive thinking —-potongan-potongan memori dan suara-suara sering muncul dan berganti dengan kilat yang bikin pusing, mual, dan sesak nafas. Untuk penyintas pelecehan yang bergulat dengan trauma, bahkan bau-bau tertentu bisa menjadi trigger yang berbahaya. Orang dengan bipolar mungkin khawatir akan melakukan hal-hal yang merugikan diri saat ada di episode manic.
Kalau orang terdekatmu mengalami itu semua, tidak perlu merasa bersalah atau gagal apalagi menyalahkan. Pun, tolong untuk tidak memposisikan diri sebagai sosok yang bisa menyelamatkan atau menyembuhkan mereka. IntothelightID memberikan sedikit tips tentang ini:
“Menyadari bahwa perilaku manusia sangat dinamis dan sulit diperkirakan, terutama jika Anda bukan ahli dalam bidang ini. Menerima keterbatasan ini membantu Anda untuk melakukan yang terbaik namun juga bersiap untuk menerima apapun yang terjadi. Kendati kita adalah orang yang membantu mereka, namun kita perlu menyadari bahwa kita juga seorang manusia biasa. Ada kalanya kita juga sedang lelah atau juga memiliki masalah. Maka dari itu, pastikan kita sedang dalam kondisi baik ketika menghadapi mereka. Apabila kita merasa tidak sanggup, lebih baik sampaikan dengan baik-baik bahwa kita sedang tidak dapat membantu mereka. Sebagai alternatif lain, kita bisa meminta mereka untuk menghubungi orang lain yang ia juga percaya atau berikan kata-kata pemberi semangat”
Friends of The Misfit Toys
“The Perks of Being A Wallflower” adalah salah satu film yang tidak akan pernah bosan saya tonton. Film ini menyentuh banyak sisi kehidupan anak muda. Tokoh utamnya adalah Charlie (Logan Lerman) yang menderita gangguan jiwa, ia sering halusinasi dan black out, buah dari pelecehan seksual saat masih kecil ditambah perasaan bersalah setelah bibinya tewas dalam kecelakaan lalu lintas dalam perjalanan mengantarkan kado ulang tahunnya. Terkucilkan, kerap jadi korban rundungan, dan rendah diri. Hingga ia bertemu lalu bersahabat dengan Patrick (Ezra Miller) dan Sam (Emma Watson), seniornya yang berjiwa bebas dan tak pernah menghakimi Charlie meskipun ia kerap dipandang aneh.
Salah satu dialog yang paling saya ingat adalah saat Charlie tak sengaja bercerita ke Sam dan Patrick, bahwa sahabatnya bunuh diri beberapa hari sebelum sekolah dimulai, sesuatu yang membuatnya begitu kesepian, namun ia lega bisa berkawan dengan mereka. Patrick lalu mengajak semua orang bersulang bagi Charlie, teman baru mereka. Di tengah kebahagiaannya, Charlie masih ragu dan berkata, "I did not think anyone noticed me", namun ia juga lega, untuk komunitas yang menerimanya apa adanya, bahwa ia akhirnya menemukan tempat bersandar, tempat untuk singgah dan berlabuh.
“Charlie, welcome to the island of the misfit toys” ujar Sam.
Referensi kalimat Sam berasal dari tayangan kartun Natal stasiun televisi NBC pada tahun 1964 berjudul "Rudolph the Red Nosed Reindeer". Island of the misfit toys adalah tempat di mana Santa Claus meninggalkan mainan-mainan yang rusak, tidak sempurna, atau dianggap tidak cukup baik. Namun, pada akhir cerita Santa menemukan rumah untuk setiap mainan dengan anak-anak yang mencintai mereka seutuhnya.
When I think about Jesus, I think about perfect love. I think about endless, unconditional, everlasting love. Itu Yesus lho ya. Tentu sebuah cita-cita yang muluk-muluk buat seonggok manusia seperti saya. Namun setidaknya kita bisa berjuang demi secuil kekuatan untuk mengasihi sebesar itu, setuju?
Saya rindu mengasihi dengan bebas. Bebas dari ekspektasi, bebas dari harapan untuk dikasihi balik seturut yang saya inginkan alias pamrih, bebas dari asumsi, bebas dari tenggat waktu dan batas kesabaran, bebas dari ketakutan dianggap ini itu, takut tidak punya hati yang cukup luas untuk mengasihi tanpa batas, takut harus menulis eulogi-eulogi lainnya. Dan toh sesungguhnya untuk menghadirkan kasih yang hangat dan memulihkan, sesungguhnya tak perlu banyak basa-basi, atau kata-kata setinggi langit, atau janji-janji. We just need to be there. Just be.
Dan untuk kamu yang sedang sesak dengan luka dan beban hati, jangan cemas. Percayalah kamu nggak sendiri. Beneran deh. Always remember that there’s a home for every misfit toys :)
Referensi:
https://www.intothelightid.org/2017/07/21/apa-yang-harus-dilakukan-jika-rekan-anda-memiliki-kecenderungan-bunuh-diri/
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: