She's the one for me, but am I the one for her?
Penulisan artikel ini terinspirasi dari sebuah obrolan tengah malam, satu hari sebelum Ignite Conference 2020. Di malam itu beberapa anak muda Kristen berkumpul untuk berbincang mengenai segala sesuatu hal yang merasuk pikiran mereka. Awalnya kita hanya berbicara ngalor-ngidul sekitar kehidupan kita masing-masing. Namun, dengan semakin tebalnya malam, semakin dalam juga kami mengenal satu sama lain melalui obrolan kita.
Satu topik yang kita bicarakan malam itu masih menghantui pemikiran saya hingga saat ini, yaitu mengenai konsep "The One" atau "dialah satu-satunya." Saat itu salah satu dari kami memancing pembicaraan dengan pertanyaan "Kalian percaya ga sih sama 'The One'? Bahwa kita masing-masing punya seseorang, dan dialah satu-satunya orang yang tepat untuk kita?" Pertanyaan tersebut berhasil menumpahkan cerita terdalam mengenai "The One" versi kita masing-masing, hingga obrolan memanjang sampai jam 3 pagi.
Seluruh cerita bahagia, pahit, nyaman, sedih, dan tawa mewarnai kisah perjalanan kita dengan si "The One" kita masing-masing, beberapa bahkan masih meninggalkan penyesalan yang mendalam. "Kalau waktu bisa diulang, mungkin gue masih sama dia sampai sekarang" saya teringat salah satu dari kita mengatakan hal tersebut malam itu. Keesokan harinya kita mengikuti Ignite Conference dengan perasaan sedikit ngantuk, namun terpenuhi; larut dalam pemikiran kita masing-masing mengenai obrolan di malam hari tersebut bercampur dengan pembelajaran yang kita terima dari acara hari itu.
Kalau kalian sendiri bagaimana? Percayakah kalian dengan adanya "The One"? Atau mungkin kalian sendiri memiliki kisah mengenai "The One" versi kalian?
Tadi malam saya baru teringat lagi dengan "The One" versi saya. Kalau saya sudah memikirkan tentang dia, kadang saya sampai susah untuk tidur. Teringat kembali mengenai semua hal yang harusnya saya katakan dan tidak katakan, semua hal yang seharusnya saya bisa lakukan untuk mempertahankannya dia di sisi saya. Tadi malam saya merenung, dan akhirnya saya memutuskan untuk mencurahkan perasaan saya dalam bentuk tulisan untuk berbagi dan berusaha melanjutkan hidup saya tanpa bayang-bayang dia.
Kadang saat saya berpikir kembali mengenai dia, saya merasa sangat tak berharga. "Kenapa aku begini ya? Kenapa aku engga begitu ya?" Aku salah banget ya sampai dia pergi?" Satu pola yang jelas muncul dari pengalaman saya ini yang mungkin kita semua juga rasakan, yaitu bagaimana sering kali kita melihat segala sesuatu dari sudut pandang kita sendiri, bahkan hingga menciptakan sentimen yang cenderung menyalahkan diri kita atas kepergiannya.
Pernahkah kita melihat dunia dari sudut pandang dia? Apakah mungkin jika waktu dapat diulang dan kita berhasil memperbaiki kesalahan kita dengannya, dia mungkin akan tetap pergi? Inilah yang menjadi dasar pemikiran saya dalam menulis renungan ini. She's the one for me, but am I the one for her?
Sebenarnya apa sih yang membuat sang "The One" ini tak terlupakan bagi kita? Apakah cara dia menyayangimu? Apakah bagaimana dirimu merasa bahagia saat bersama dia? Ataukah perasaan memiliki dia, yang membuatnya tak terlupakan?
Saya percaya bahwa bagaimana cara pandang kita mengenai "The One" versi kita merupakan cerminan terhadap bagaimana kita menghargai suatu hubungan. Khususnya mengenai apa yang ingin kita raih di dalamnya, apa yang ingin kita terima dan berikan di dalamnya, serta apa yang kita harapkan dari pasangan kita.
Apakah kita pernah mengkomunikasikan hal ini secara serius dan berkomitmen untuk wujudkan dengannya?
Jika kamu adalah salah satu orang beruntung, yang saat ini masih memiliki seorang "dia" untuk diajak berbicara, mungkin ini waktu yang tepat untuk mendiskusikan hal ini dengannya. Karena kita tidak akan tahu seperti apa luka yang akan ditimbulkan orang-orang dalam hidup kita saat mereka meninggalkan kita. Mungkin dialah "The One" versi kamu.
Namun jika tidak, ada beberapa kemungkinan yang harus siap kita hadapi, yaitu; mungkin kamu bukanlah orang yang tepat untuk bersamanya; mungkin dialah orang yang tepat namun ini bukanlah waktu yang tepat untuk kalian bersama; mungkin dia adalah orang yang tepat untukmu pada saat itu, namun kini tidak lagi; mungkin kalian bukanlah orang yang tepat untuk satu sama lain.
Sangat banyak kemungkinan-kemungkinan lainnya yang tak akan habis kita eksplorasi dalam benak kita. Bisa gila kita dibuatnya, jika tiap hari yang kita pikirkan adalah hidup bersama seseorang yang bahkan mungkin tak lagi memikirkan tentang kita.
Satu hal yang pasti adalah dalam pencarian kita terhadap "The One", jangan sampai kita melupakan "The Others", yaitu orang-orang yang selalu ada di sisi kamu selain dia, orang-orang yang tak pernah meninggalkanmu walau dia telah pergi. Keluarga, sahabat, teman-teman sepelayanan dan berbagai sosok "The Others" lainnya yang selalu hadir dan menyertaimu menjalani hidup dengan atau tanpa dia.
Tentunya, kita juga tidak boleh melupakan "The One and Only", satu-satunya pribadi dalam hidup kita yang akan selalu ada dari sebelum kita lahir, hingga lama setelah kita tiada, Tuhan Yesus. Dialah satu-satunya yang paham akan perasaan kita tanpa harus kita utarakan, dan mengerti siapa orang-orang yang ditakdirkan untuk berada di dalam hidup kita ataupun tidak. Dialah satu-satunya yang stabil, di dalam berbagai perubahan hidup lainnya, termasuk datang dan perginya seorang "The One" dalam hidup kita. Siapa yang tahu, mungkin Tuhan sudah punya rencana terbaik tentang hati kita dengan orang yang saat ini bahkan mungkin belum kita kenal sama sekali.
Setidaknya, jika semua semua hal ini terlalu sulit, satu orang yang harus tetap kita cintai dengan sepenuh hati dan pikiran, adalah diri kita sendiri. Pencarian "The One" tak seharusnya membuat kita merasa tak berharga dan bersama dengan seseorang tak seharusnya membuat kita merasa lebih rendah dari nilai diri kita yang sesungguhnya. Hubungan apapun yang membuat kita tidak lagi merasa bahagia dan nyaman dengan diri kita sendiri, tidak seharusnya dilanjutkan, apalagi dengan seseorang dari masa lalu. Belajarlah nyaman dengan diri kita, dan segala kekurangan diri kita layaknya kita adalah "The One" seperti yang kita inginkan untuk diri kita masing-masing.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: