HIdup ini begitu rapuh, pencarian makna hidup melalui pengampunan merupakan kunci kebebasan seseorang menghayati setiap inci dalam hidupnya
Hidup ini bukan tentang saya, melainkan siapa Tuhan saya yang bekerja di dalam saya. Covid19 yang melanda dunia membuat banyak perubahan drastis dalam kehidupan manusia. Alkitab menjelaskan hidup manusia seumpama rumput yang pagi harinya segar, dan petang sudah layu. Hidup ini seperti uap yang sebentar saja sudah lenyap. Jikalau hidup ini sama seperti rumput dan uap, lalu apakah yang dicari oleh manusia? Kekayaan, kepandaian, kenyamanan hidup? Lalu apa kesudahannya? Semuanya berakhir dalam sebuah ruang 1x2 m yang ditutup dengan semen dan tanah.
Baru-baru ini berita viral mengenai penyanyi terkenal Glenn Fredly membuat kesedihan mendalam buat banyak orang. Pada umumnya, orang memberikan sebuah komentar singkat: "Kenapa begitu cepat?" Saya sendiri merasakan kesedihan itu, tidak semata karena karya barunya yang tidak akan ada lagi, melainkan karena mendengar siapa sosok Glenn dari orang-orang dekatnya melalui medsos. Sungguh membuat sebuah kepedihan mendalam ketika sosok yang sangat berpengaruh pergi begitu cepat dari dunia ini. Semuanya dalam sebuah kerangka misteri Ilahi yang tidak terselami oleh pikiran manusia. Namun, kembali kepada perenungan, hidup bukan tentang manusia lagi, melainkan tentang kehendak Allah dalam hidup ini. Dia yang bekerja dalam sebuah misteri, yang seringkali tidak dapat diselami oleh pikiran manusia. Oleh karena Ia Tuhan, maka manusia yang hina ini tidak sepenuhnya mengerti Ia Tuhan yang Maha Agung, Maha segalanya.
Keunikan hidup ini membuat pemaknaan hidup tidak dapat dirumuskan dengan ilmu eksakta 1+1 menghasilkan 2. Misalnya kita melihat hal negatif yang dilakukan seseorang, tidak serta-merta kita dapat mengambil satu kesimpulan mengenai pribadi orang itu. Ada banyak hal yang menjadi penyebab perilaku seseorang. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengatakan penyebabnya hanya satu-dua.
Beberapa tahun lalu seseorang datang pada saya dengan air mata dan penderitaan yang teramat dalam karena perselingkuhan pasangannya selama bertahun-tahun dengan orang lain. Suatu pertanyaan yang membuat kami terdiam dalam ruang konseling, "Mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi? Apa yang salah dengan saya? Saya menjaga kesucian saya selama pacaran!" Ini bukan pertama kali saya terima, ada begitu banyak pertanyaan seperti itu. Jika disimpulkan maka pernyataannya kira-kira seperti ini, "Jika Tuhan memang berdaulat mengapa saya mengalami hal ini?"
Fokus sesungguhnya bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut namun bagaimana kita menyikapi apa yang Tuhan ingin kita pelajari dari setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup. Semua orang pernah terluka, siapa pun dia. Semua orang pernah bergumul dengan sebuah masalah yang membuat dia kesulitan menata dan memaknai hidupnya. Namun, Allah tidak pernah tinggal diam, Dia bekerja melalui apa pun, siapa pun untuk menolong anak-anak-Nya. Seringkali melalui penderitaan dan pergumulan, kita mendapat pemaknaan hidup yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, pengampunan adalah kunci dari segala air mata, pencarian pemaknaan hidup yang kita lalui. Mengampuni bukan berarti kita kalah, mengampuni berarti membiarkan kita bebas dari perasaan yang mengikat kita selama ini. Pengampunan sebenarnya menolong kita untuk memilih hidup penuh dengan kebahagiaan. Pengampunan menunjukkan bahwa kita mau melepaskan dan menjadi seorang yang bebas dari perasaan amarah yang menahun atau perasaan yang penuh dengan perasaan negatif.
Ilustrasi yang Tuhan berikan mengenai pengampunan, menolong saya melihat bahwa Ia Allah yang membebaskan kita. Jika demikian, mengapa saya sulit membebaskan seseorang yang katakanlah 'berhutang' pada saya? Hutang itu terkait dengan beberapa hal; misalnya, karena dia, kita kehilangan kebahagiaan, karena dia kita kehilangan sesuatu yang harusnya kita miliki, dan sebagainya. Namun, Yesus memberikan sebuah jawaban kepada Petrus mengenai pengampunan, yakni 70x7 kali; bukan secara harafiah kita mengartikannya melainkan sebuah angka yang sempurna yang tidak ada batasnya. Ia tahu kita cenderung untuk menyakiti dan sangat rentan untuk disakiti oleh karena itu pengampunan adalah kuncinya.
Lima Langkah Pengampunan:
Bagaimana dengan diri kita? Seringkali yang terjadi kita sulit mengampuni orang lain oleh karena kita sulit mengampuni diri kita terlebih dahulu. Seringkali kita sulit mengasihi orang lain oleh karena kita sendiri sulit mengasihi diri kita sendiri. Standar yang kita pasang kepada orang lain sesungguhnya standar yang sama yang kita pasang pada diri kita sendiri. Lalu ketika kita sulit menerimanya sama dengan kesulitan kita menerima diri kita, kita menjadi sulit menerima orang lain.
Ampunilah kelemahan kita, keterbatasan kita, karena sesungguhnya kita tidak mampu melakukan apa pun tanpa penyertaan Tuhan dalam kehidupan kita. Pertanyaannya apakah kita mau melakukannya bersama Tuhan?
Pemaknaan hidup sesungguhnya adalah sebuah pengampunan terhadap diri yang akan berdampak kepada cara kita memaknai segala sesuatu, dalam hidup ini.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: