Melalui pakaian yang dikenakan tubuh pun, kita sebagai orang Kristen patut memuliakan Tuhan
“Mo greja di mana nih sist?”
“Greja di GKI ABC aja, kan enak deket mall. Biar kita lanjut jalan and ga usah ganti pakaian.”
“Boleh-boleh, aku pake crop top, oke lah ya?”
“Ya paling dilirik ama cowok-cowok gereja. Eh tapi aku kan tugas WL, aku mau pakai blazer pink, biar makin cetar, cocok lah ya…”
***
Mungkin obrolan gadis-gadis tersebut kerap kita dengar di hari Sabtu, sehari sebelum ibadah, karena saya ragu para lelaki ngobrol beginian dengan temannya, hehe. Sejak era modern yang kini bergulir menuju era post truth, pakaian merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan diri sendiri. Tentu fungsi dasar pakaian awalnya adalah sebagai pelindung dan penghangat tubuh. Namun sekarang fungsi tersebut telah berkembang menjadi suatu pengenalan atas pribadi yang mengenakan pakaian, yaitu sebagai cerminan dari identitas diri pribadi tersebut.[1]
Pakaian mampu mengomunikasikan nilai yang dipegang, bahkan hingga nilai-nilai religius yang diyakini oleh sang pengguna pakaian. Mulai dari warna pakaian, bentuk pakaian, desain gambar atau tulisan yang tertera, terdapat pesan-pesan yang disetujui oleh pengguna pakaian, sehingga ia rela membeli pakaian tersebut. Begitu pun dengan orang Kristen, yang seharusnya memahami bahwa pakaiannya merupakan salah satu sarana mengekspresikan nilai yang ia pahami tentang Allah kepada dunia.
Perlu ga sih, orang Kristen berpakaian dengan sopan? Penulis sebagai mahasiswa teologi yang telah menekuni bidang tata busana akan menjawab pertanyaan tersebut menggunakan metodologi penelitian kepustakaan dan metode tinjauan Alkitab berdasarkan kata-kata dan frasa dari 1 Timotius 2:9 dan 1 Korintus 6:19-20.
***
Sebagai orang Kristen, kita perlu berhati-hati dalam masalah berpakaian. Topik menyangkut pakaian yang dikenakan, terutama bagi orang Kristen, mengundang banyak pertanyaan atau dapat dibilang perdebatan. Sebab seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak jenis dan model pakaian yang beredar tanpa henti. Kita terus dibombardir dengan berbagai variasi pakaian yang ada, dengan gaya yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk menarik panduan dalam berpakaian. Panduan dalam berpakaian tersebut menjadi semakin samar sehingga timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan pakaian yang layak dikenakan oleh orang Kristen.
Photo by Parker Burchfield on Unsplash
Orang Kristen pun kini relatif banyak yang memilih gaya berpakaian yang menyesuaikan keunikan pribadi masing-masing, termasuk ketika beribadah di gereja. Mereka seakan-akan berpakaian impulsif, tanpa adanya pertimbangan bahwa pakaian yang mereka kenakan dapat melukiskan gambaran tertentu –yang mungkin tidak sesuai dengan identitas sebagai orang Kristen. Hal ini juga didukung dengan munculnya pandangan-pandangan baru yang menekankan kepada kebebasan untuk mengenakan apa pun yang kita suka, dan menjadi siapa pun yang kita suka. Bahkan, seorang pria pun bisa melakukan cross-dressing alias mengenakan baju wanita, jika ia mau.
Tentunya kebebasan tersebut tidak semuanya membawa dampak positif. Sebuah pohon dinilai dari buahnya - orang Kristen perlu berpegang kepada Alkitab sebagai panduan hidup, termasuk kepada bagaimana mereka berpakaian dan menampilkan diri sebagai seorang Kristen.
Alkitab telah jelas menyatakan dalam 1 Timotius 2:9 yang berbunyi:
Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal.
Walaupun berbeda konteks dan waktu, namun isinya tetap relevan bagi orang Kristen di era modern ini. Alkitab menekankan pentingnya berpakaian dengan pantas, dengan sopan dan sederhana. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan dunia yang melihat pakaian sebagai sarana berekspresi tentang diri sendiri. Orang Kristen harus berpikir sebaliknya.
1 Korintus 6:19-20 menyatakan:
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Telah jelas dinyatakan bahwa status orang Kristen yang telah ditebus oleh Yesus Kristus yang mati di kayu salib menjadikan kita sebagai milik-Nya. Kita yang adalah kepunyaan Allah, sudah sepatutnya memuliakan Dia dengan tubuh kita. Dan karena pakaian menjadi suatu bagian perlengkapan bagi tubuh, berarti orang Kristen perlu berpakaian dengan tepat, sopan dan baik, sebagai wujud sarana untuk memuliakan Tuhan.
Photo by Clem Onojeghuo on Unsplash
Allah menciptakan manusia dan Ia menyatakan seluruh ciptaan-Nya itu “sungguh amat baik” (Kejadian 1:31). Tubuh manusia yang Tuhan ciptakan merupakan kreasi Allah yang luar biasa. Manusia didesain dengan sangat indah, mereka diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Di dalam Alkitab, pakaian ada oleh sebab Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa sehingga mata mereka terbuka dan mereka menjadi malu. Allah menyediakan penutup dari kulit binatang supaya mereka tidak telanjang lagi. Peristiwa ini memulai latar belakang dari penggunaan pakaian oleh manusia di dunia. Seiring dengan waktu, pakaian menjadi suatu hal yang terintegrasi pada budaya dan kehidupan manusia. Manusia mengembangkan pakaian dengan penemuan akan kain, mode, ornamen berharga, dan beragam aksesoris.[3] Zaman sekarang, pakaian menjadi alat untuk menampilkan dan menonjolkan kemegahan diri sendiri. Pakaian menunjukkan status dan strata kita.[4] Sebagai orang Kristen, kita perlu mengingat kembali bahwa pada dasarnya memang kita tidak memiliki cara berpakaian yang spesifik, namun diperlukan perhatian kepada baju ataupun aksesoris yang kita gunakan, sebagai perwujudan nilai-nilai Kristiani yang kita pegang.[5]
Orang Kristen perlu berpakaian dengan pantas, sopan dan sederhana sebab tubuh adalah alat/sarana untuk memuliakan Tuhan dan pakaian menjadi sarana berekspresi kepada dunia tentang Allah yang kita percaya. Melalui pakaian yang dikenakan tubuh pun, kita sebagai orang Kristen patut memuliakan Tuhan.
[1] Steve Turner, Popcultured: Thinking Christianly About Style, Media and Entertainment (Downers Grove: InterVarsity Press, 2013), 114.
[2] Nurcholis, “Pendeta Meminta Wanita Berpakaian Lebih Sopan ke Gereja,” Indonesia Inside, Mei 12, 2019, diakses 7 November 2019, https://indonesiainside.id/news/internasional/2019/05/12/pendeta-meminta-wanita-berpakaian-lebih-sopan-ke-gereja.
[3] Awokoya, S. O. David, “Female Dressing and Moral Decadence Among Christian Youth in Nigeria in the Light of 1 Timothy 2:9-10,” Practical Theology (Baptist College of Theology, Lagos): 173, diakses 21 November 2019, ATLASerials.
[4] Steve Turner, Popcultured: Thinking Christianly About Style, Media and Entertainment (Downers Grove: InterVarsity Press, 2013), 121.
[5] Turner, Popcultured, 127.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: