Aku jemu pada hari-hari yang hanya hembusan nafas saja Tapi Kau datangi setiap pagi
Bukankah manusia harus bergumul dalam bumi
Hari-harinya seperti tarian dalam hujan
Seperti seorang budak yang rindu pada naungan
Seperti seorang upahan yang menanti upahnya
Demikianlah ditimpakan padaku bulan-bulan yang sia-sia
Pada malam-malam penuh kesusahan
Bilamana beranjak tidur, maka pikirku:
"Bilakah aku akan bangun?"
Dalam malam merentang panjang
Hingga aku dicekram oleh gelisah di ujung dini hari
Butiran debu menutupi tubuhku
Kulitku menjadi keras, lalu pecah
Hidupku hanyalah hembusan nafas
Sebagaimana awan lenyap dan sekejap melayang hilang
Apakah aku ini sehingga Engkau menempatkan penjaga manusia terhadap aku?
Engkau jadikan tempat tidurku akan memberi aku penghiburan
Tempat pembaringanku akan meringankan keluh-kesahku
Engkau mengejutkan aku dengan impian dan tujuan
Aku jemu pada hari-hari yang hanya hembusan nafas saja
Tapi Kau datangi setiap pagi
Kau uji setiap saat
Mengapa Engkau menggendong kelelahanku
Merangkulku dari dunia orang mati
Menumbalkan diri untuk membayar aku dalam kesengsaraanku,
ya Penjaga manusia?
Sang Pemilik hembusan nafas
Inikah hasrat hidup itu?
Kehidupan menjadi lebih cemerlang daripada siang hari
Kegelapan menjadi terang seperti pagi hari
Manusia merasa aman, sebab ada jalan
Sesudah memeriksa kiri dan kanan
Aku akan pergi tidur dengan tenteram
Akan berbaring tidur dengan tidak diganggu
Sebab harapan sungguh hidup
Bahkan bagi mereka yang hanyalah menghembuskan nafas saja
Jogja, 4 Januari 2021
Kezia Aroem
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: