Biarlah yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang kusta menjadi tahir, yang tuli mendengar, yang mati dibangkitkan dan kepada yang miskin diberitakan kabar baik.
Kekacauan di Indonesia yang terjadi beberapa pekan terakhir melukai hati saya. Bisa dibilang, setiap kali saya membuka media sosial, saya dibanjiri informasi mengenai kejahatan lain yang terjadi di Bumi Pertiwi. Mulai dari oknum polisi yang tertangkap kamera melakukan aniaya kepada aktivis di jalanan, hingga gerombolan anak STM—yang dengan kekuatannya—melancarkan aksi di jalanan secara brutal. Bukan satu hal yang wajar kalau hati saya tidak terluka melihat berita ini. Pedih melihatnya. Bahkan untuk melihat dua kali tayangan kekerasan seperti itu, saya tidak sanggup.
Saya berdoa, bukan meminta supaya semua ini bisa berakhir begitu saja seperti disihir dalam pengaruh satu mantra. Saya berdoa supaya saudara-saudara di luar sana diberi kekuatan dan penghiburan, sementara saya di sini diberi pengertian: Mengapa semua ini boleh terjadi?
Tuhan tidak tinggal diam. Pada suatu hari, Dia menjawab doa saya. Saat saya membuka Roma 1 sebagai bahan perenungan harian, Alkitab menerangkan kepada saya—melalui ayat 18 hingga 32—suatu kebenaran yang awalnya sulit saya terima. Dalam versi New Living Translation, perikop ini disebut "God's Anger at Sin". Empat kata tersebut menyederhanakan pemahaman saya secara gamblang bahwa TUHAN marah atas dosa manusia. Jika Anda ada cukup banyak waktu, coba ambil waktu jeda sejenak untuk membaca Roma 1 dalam versi NLT sebelum melanjutkan membaca tulisan ini.
Photo by chuttersnap on Unsplash
Paulus dengan sederhana menjelaskan betapa rusaknya kemanusiaan, bahkan sejak awal kejatuhan manusia. Hal ini menangkal segala ungkapan perihal "Manusia zaman sekarang sudah gila", sebab sejak dulu manusia memang sudah gila. Gila dosa. Wicked.
18 But God shows his anger from heaven against all sinful, wicked people who suppress the truth by their wickedness.19 They know the truth about God because he has made it obvious to them. 20 For ever since the world was created, people have seen the earth and sky. Through everything God made, they can clearly see his invisible qualities—his eternal power and divine nature. So they have no excuse for not knowing God.
Bagian ini dengan kontras menunjukkan bahwa bahkan sejak dahulu kala, Tuhan dan manusia (yang sudah jatuh dalam dosa) tidak selayaknya hidup berdampingan. Kualitasnya anjlok. Tuhan terlampau agung dengan invisible qualities: eternal power and His divine nature, sementara manusia hanya bisa gagal paham.
21 b As a result, their minds became dark and confused.
Melihat apa yang terjadi di Indonesia hari ini, juga di seluruh belahan dunia dengan segala kekacauannya, kita harus mengakui bahwa segala kekacauan ini merupakan sebuah keniscayaan. Lihat saja hati dan pikiran manusianya: Sudah gelap dan bodoh. Justru merupakan hal yang aneh jika kemanusiaan berhasil lepas total dari kekacauan dan permasalahan.
Photo by Matthew Henry on Unsplash
24 So God abandoned them to do whatever shameful things their hearts desired.
Ayat ini mengingatkan pada bagian lain dari Surat Paulus yang mengatakan "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Kita tentu ingat bagaimana Tuhan mengusir Adam dan Hawa dari Taman Eden tepat selepas Tuhan berfirman menanggapi kejatuhan manusia. Adam dan Hawa diserahkan kepada keinginan hati mereka dengan diusir dari hadirat-Nya.
Pertanyaannya sekarang, apakah ini artinya segala kekacauan—termasuk yang sedang terjadi di Indonesia—adalah hasil dari "God's abandonment"?
Iya.
Apa yang kita lihat di jalan-jalan adalah hasil dari ketidakhadiran Tuhan dalam hati dan pikiran manusia. Kita jadi mengejar apa yang kita pandang baik, bahkan mungkin jika itu artinya kita harus membunuh orang lain. Kita bereaksi terhadap kejahatan dengan memunculkan kejahatan yang lain. Kita menuntut orang lain sementara diri sendiri bebas melakukan apa yang kita mau. Kita menunggangi kesempatan untuk memuaskan hasrat dan keinginan kita, those shameful things that our hearts desired.
Tetapi...
apakah ini artinya Tuhan tidak hadir?
Photo by Annie Spratt on Unsplash
Salah seorang sahabat saya bertanya kepada saya begini,
"Kalo kita sudah berusaha yang terbaik—banyak yang sudah turun ke jalan-jalan buat menyuarakan suaranya, sudah gencar di medsos juga, bahkan tidak sedikit orang yang berdoa dan berpuasa untuk bangsa kita saat ini—but it eventually turns out the other way around: RUU tetap disahkan, pemimpin-pemimpin yang benar dijatuhkan, mereka yang jahat malah semakin 'berjaya'...
will you still trust God, bro?"
Agaknya tidak jarang kita berpikir bahwa untuk menghadirkan Tuhan, kita perlu melakukan upaya dengan kekuatan kita. Pemikiran seperti ini—dengan sangat mudah—membuat kita kehilangan kepercayaan kepada Tuhan saat apa yang kita lihat tidak sesuai dengan usaha yang telah kita lakukan. Tidak heran kalau ucapan seperti, "Katanya hasil tidak mengkhianati usaha!?" muncul, sehingga kita—dengan segala akal pikiran—kita beranggapan bisa mengatakan bahwa pada beberapa bagian, Tuhan tidak hadir di tengah kita.
Padahal tidak!
Tuhan tetap berdaulat di tengah dunia ini. We need to trust God not because of what He does, but because of what He is. Dia adalah Tuhan yang Maha Hadir, yang berdaulat atas segala ciptaan, juga yang mengasihi manusia—meskipun segala kejahatan yang telah kita perbuat melukai hati-Nya.
Swipe lagi ke atas untuk mengingat bahwa Paulus pun menyebut Tuhan adalah Tuhan dengan invisible qualities yang agung itu. Justru di sini, tugas kita bukanlah untuk menghadirkan Tuhan dalam dunia—sebab Dia selau hadir—melainkan mengingatkan sesama kita, manusia yang hati dan pikirannya sudah terlanjur gelap ini, bahwa Tuhan hadir di tengah kita.
Wahai, pemuda Kristen, garam dan terang dunia.
Dunia kita—dari kejatuhannya sampai nanti di penciptaan langit dan bumi yang baru—terus-menerus diisi oleh kejahatan. Perjuangan sejati yang perlu kita lakukan adalah menunjukkan Terang itu kepada dunia yang gelap. Setiap hari adalah kesempatan bermisi. Misi untuk membuat orang lain merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya walau hanya sementara. Misi untuk menyadarkan mereka yang buta bahwa mereka perlu melihat kebenaran. Misi untuk membuat mereka yang tuli menjadi mendengar berita baik. Misi untuk membuat mereka yang sempat lumpuh bisa kembali berjalan dalam perjalanan panjang ini.
Saat ini, kita sedang bersama-sama berada dalam perjalanan panjang melalui proses kehidupan bersama Tuhan. Sayangnya, tidak semuanya menyadari bahwa Tuhan hadir bersama-sama dengan kita. That's why, inilah tugas kita untuk menyadarkan mereka yang terhilang mengenai kehadiran-Nya yang nyata dan tidak abal-abal.
Mari, dalam perjalanan ini, kita saling menyadarkan rekan seperjalanan kita terhadap keberadaan Tuhan. Waktu kita tidak banyak, karena hanya sepanjang jalan perjuangan.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: