Biji Gandum yang Menyerahkan Hidupnya bagi Amanat Agung

Best Regards, Live Through This, 09 August 2019
Kalau kamu mau anakmu dididik dalam pemuridan, berarti itu tanggung jawabmu untuk memastikan regenerasi di dalamnya jalan terus. - Wirawan, 2018

Kalau ada yang bertanya padaku sosok yang sangat menginspirasi hidupku, aku akan menjawab, “Seseorang yang tidak pernah memperoleh kasih sayang dari ayahnya, tapi telah menjadi ayah bagi banyak orang.”

Melalui hidupnya, Mas Gun—demikian kami biasa memanggilnya— telah menanam benih iman bagi banyak orang percaya, khususnya di lingkup pemuridan di Indonesia. Hatinya yang dulu berlubang karena absennya figur ayah, dipuaskan dengan limpahan kasih dari Sang Bapa—sampai orang lain ikut merasakan kasih yang tercurah dalam hidupnya.

Tidak berhenti di situ, beliau menjadikan Yohanes 12:24 sebagai moto hidupnya:

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.


Photo by Phil Hearing on Unsplash


Pria itu menyerahkan seluruh hidupnya pada Tuhan untuk melayani sebagai hamba Tuhan di bidang pemuridan, sekaligus menjadi suami dan ayah yang sangat mengasihi keluarganya… sampai akhirnya beliau menghembuskan napas terakhirnya di usia 55 tahun pertengahan Juni lalu. Kepergian beliau cukup mengejutkan, sekaligus menjadi shock therapy bagi kami yang melayani di bidang yang sama.

Mungkin pepatah “manusia mati meninggalkan nama” benar adanya, melihat banyaknya orang yang melayat di rumah duka beserta deretan karangan bunga yang dikirimkan ke sana. Tapi yang membuatku semakin salut dengan keluarga beliau adalah saat kami bertemu dengan istrinya yang menyemangati kami, “Kan, kalian penerusnya Mas Gun.”


Seorang guru bisa dipanggil pulang kapan saja, tapi pemuridan tetap harus dijalankan.


Pemuridan.

Satu kata yang membuat sebagian orang mengerutkan dahi, tapi juga memantik semangat yang lain untuk memberitakan kabar sukacita pada dunia.

Eh, tunggu dulu!

Teman-teman tahu artinya pemuridan, kan?

Kalau nggak, coba baca kutipan dari John Piper ini:

It’s a fresh concern about how to bring people to Christ and grow them up into being what they ought to be: as Christians or as followers of Jesus or as disciples.


Photo by Austin Ban on Unsplash


Memang sih, kata ini tidak pernah disebutkan secara tertulis di Alkitab, tapi beberapa tokoh di dalamnya melakukannya, lho (contohnya Yesus dan Paulus). Kita bisa melihatnya dengan jelas pengajaran yang diberikan Yesus pada para murid-Nya, lalu juga Paulus yang menasihati jemaat dan anak-anak rohaninya (khususnya Timotius dan Titus) melalui surat-suratnya. Meskipun Yesus telah naik ke sorga, dan Paulus pun dihukum mati (menurut tradisi, dia dipenggal), tapi semangat pemuridan itu masih terus terjadi dari abad ke abad… sampai detik ini.


HAH? NGGAK ADA, YOO.


Iya. Sampai sekarang, pemuridan itu masih terus dijalankan di berbagai tempat, guys—entah itu pakai istilah KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) lah, komsel (kelompok sel) lah, you name it lah. Seperti yang dikatakan Yesus dalam Amanat Agung (Matius 28-19-20), pemuridan adalah mandat besar yang harus kita kerjakan. Tujuannya jelas: agar semakin banyak orang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sekaligus dibentuk menjadi serupa dengan-Nya. 

Disadari atau tidak, kedewasaan rohani maupun karakter kita akan diasah ketika kita mau memberikan diri untuk dibimbing dalam menaati dan percaya pada Tuhan. Artinya, pemuridan bukanlah sebuah proses yang mudah dan instan, wahai generasi pecinta micin dan senja   Kalau kita nggak pernah merasa kesulitan dalam membimbing, belajar taat, maupun mengalami perubahan hidup, mungkin kita nggak benar-benar sedang memuridkan (atau dimuridkan).

Wajar sih, kalau kita merasa takut ketika mengalami penolakan ataupun minimnya pertumbuhan yang kita kerjakan dalam diri sang murid. Ingat, Yesus juga meneguhkan bahwa Dia setia menyertai kita sampai akhir zaman. Buktinya jelas: orang-orang Kristen rela mati demi Injil, berjuang—dengan pertolongan Roh Kudus—mengabarkannya ke seluruh dunia, sampai akhirnya kita bisa menerimanya di sini. Kalau bukan karena Tuhan yang menyertai sejak abad pertama Masehi, siapa lagi yang bisa melakukannya? 

Plus, Allahlah yang menumbuhkan orang-orang yang dimuridkan, bukan kita (1 Korintus 3:6). Para pembimbing rohani hanyalah sarana-Nya untuk mendampingi anak-anak rohani, sedangkan Roh Kuduslah yang menggerakkan hati anak-anak rohani untuk dimenangkan dalam Injil. 

Melalui pemuridan yang menerapkan kasih tanpa syarat, kita akan lebih mudah membuka diri dan bersedia menerima teguran. Lagipula, siapa sih kita, sampai merasa berhak untuk menghakimi orang lain? Wong Tuhan aja nggak gitueven He loves them unconditionally!   


Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash 


Pemuridan BUKANLAH program, MELAINKAN hubungan. - Febe Frisela

Dalam artikel ini, John Piper juga mengatakan bahwa ada banyak metode pemuridan yang dapat dilakukan. Artinya adalah pemuridan tidak hanya sebatas di gedung gereja, guys! Berikut beberapa hal yang aku lakukan bersama kelompok KTB-ku:

  • PA (Pemahaman Alkitab) dari bahan Pola Pemuridan;
  • Sharing tentang kehidupan masing-masing;
  • Membahas sebuah artikel rohani;
  • ... (kalian juga bisa menambahkan list-nya, guys!   )


See? Pemuridan tidak dapat dibatasi oleh dinding gereja karena sifatnya yang fleksibel, tapi bukan berarti kualitasnya juga ecek-ecek. Iya, karena melalui pemuridan, kita bisa:

  • Belajar untuk bertumbuh di dalam anggota keluarga Kristus (di sinilah tempat di mana kita akan dibentuk menjadi lebih dewasa di dalam-Nya. #hidupitusulitguysjadijanganmanja. Plus, sedikit demi sedikit kita juga belajar "makan makanan keras", nggak cuma "minum susu")
  • Memiliki keluarga rohani yang bisa saling menjaga dan menguatkan (apalagi kalau deadline tugas menumpuk dan semakin sulit untuk punya waktu teduh. Tapi selalu tanya ke Tuhan dulu, jangan ketergantungan sama pembimbing rohani   )
  • Mempersiapkan generasi penerus gereja (sedih kalau melihat kaum muda yang cuma ngikut arus? Nah, melalui pemuridan kita bisa menanamkan dasar-dasar iman dan melatih mereka untuk menghadapi tantangan hidup bersama Tuhan)
  • ... (ada lagi?)


Sebagai penutup, teman-teman bisa menonton video singkat iniyang mengingatkan kita bahwa:

yang menjadi tujuan utama gereja bukanlah seabrek program, tapi mempersiapkan generasi penerusnya untuk menerima tongkat estafet pelayanandi mana tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan maksimal melalui pemuridan.

Semoga kita bisa menjadi biji-biji gandum yang bersedia menyerahkan diri seutuhnya untuk dimuridkan dan (nantinya) memuridkan. Percayalah, buahnya akan kita tuai suatu hari nanti   


Kepadamu yang telah merasa lelah berjuang mengerjakan pemuridan: kamu nggak sendirian, karena ada Tuhan dan teman-temanmu yang juga memperjuangkan hal yang sama   


A tribute to Gunawan Sri Haryono

Jakarta, August 9th, 2019


Sumber: What Is Discipleship and How Is It Done? John Piper. January, 2016.desiringgod.org

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER