Menemukan Allah sering kali berarti menyadari di mana secara nyata, Allah telah berkarya di sepanjang hidup kita. Kehadiran-Nya tidak terbatas pada saat-saat yang indah dan spektakuler saja, melainkan juga dalam berbagai lintas peristiwa sehari-hari di mana kerap kali tidak kita sadari.
Banyak orang Indonesia yang berprofesi sebagai pengacara, tetapi tidak semua memiliki 'keunikan' seperti Hotman Paris Hutapea. Bukan hanya melalui barang-barang branded yang kerap ia tonjolkan, pengacara kondang tersebut juga dikenal karena ia kerap kali menjadi pengacara selebritis Indonesia dan pengacara dalam kasus-kasus besar. Tak heran, julukan 'Celebrity Lawyers', ‘The Most Dangerous Lawyer’ndan 'Bling-bling Lawyer' telah tersemat pada namanya.
Popularitas pria yang lahir pada 20 Oktober 1959 semakin meningkat ketika konten-konten di Instagram pribadinya dilirik banyak netizen dan menjadi viral. Mengulik kesehariannya dengan rutinitas padat ataupun kegiatannya mendengarkan keluh kesah masyarakat sembari ngopi di sebuah kedai kopi Johny telah mewarnai linimasa dari hampir satu juta followers Instagram nya.
Siapa sangka, seorang Hotman Paris Hutapea yang sukses dan berkecukupan itu nyatanya pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan menenggak obat pembunuh serangga. Kejadian itu terjadi pada Maret 1983 dimana ia frustasi karena tekanan pekerjaan di dunia perbankan.
"Saya stres kerja di Bank, saya hampir bunuh diri minum baygon. Tapi saat saya mau minum, saya mendengar ketawa-ketawa tukang becak di pinggir jalan. Kok tukang becak aja bisa ketawa-ketawa, apalagi saya pegawai central bank," ungkapnya dalam video berdurasi satu menit dalam instagram @hotmanparisofficial.
Pencarian akan Allah
Satu kisah dalam Perjanjian Lama menuliskan kisah seorang panglima tentara Aram bernama Naaman yang disembuhkan (2 Raja-Raja 5:1-27). Naaman yang menderita kusta telah mengalami penderitaan secara lahir batin. Penderitaan itu lah yang mendorong sang raja untuk meminta Nabi Elisa untuk menyebuhkannya.
“Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” (ay.10) kata Nabi Elisa menyuruh seorang suruhan untuk berkata kepada Naaman. Naaman yang mendengar perkataan itu langung gusar dan marah besar. “Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” (ay. 12). Ia mungkin berpikir bahwa dirinya akan disuruh untuk membasuh diri di sungai yang lain, yang lebih penting dan terkenal.
Melihat Naaman yang berpaling dan pergi dengan panas hati, pegawai-pegawainya lantas tak tinggal diam. Mereka mendekat serta berkata kepadanya: “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." (ay. 13). Dengan bahasa yang lain, mereka ingin berkata bahwa “mengapa anda mengharapkan tugas-tugas yang spektakuler, sedangkan ia menawarkan hal yang sederhana? Lakukan lah hal yang sederhana!” Naaman akhirnya melakukan hal tersebut dan tubuhnya kembali pulih (ay. 14).
Pencarian kita akan Allah sering kali mirip dengan pengalaman Naaman yang disembuhkan. Kita mencari sesuatu yang spektakuler untuk menyakinkan diri sendiri pada kehadiran Allah namun, dalam hal-hal yang sederhana, peristiwa yang biasa dan kerinduan yang biasa pula, ternyata Allah dapat juga ditemukan. Seorang professor teologi bernama Michael Scoot Horton dalam salah satu bukunya juga menegaskan bahwa Allah ternyata juga menggunakan cara-cara yang biasa (ordinary) agar kita dapat bertumbuh di dalam kerohanian. Bahkan ia menilai, sebuah pencarian terhadap yang luar biasa (extraordinary) terus menerus untuk membuat kita bertumbuh adalah sebuah pandangan tentang pertumbuhan rohani yang tidak sehat.
Ingat lah kembali kisah Hotman Paris Hutapea. Bagaimana hanya dari tertawaan tukang becak di pinggir jalan, Hotman menjadi sadar bahwa kegagalannya itu adalah titik di mana ia harus bangkit. Saya yakin betul bahwa dari hal yang amat biasa –yakni tertawaan tukang becak di pinggir jalan– Allah bekerja dan dapat ditemukan disana. Dampaknya, ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri dan bahkan kisahnya tersebut menjadi sebuah inspirasi bagi orang banyak. “setiap orang haruslah mempunyai mental baja. Setiap pekerjaan punya tekanan dan tantangan berbeda yang harus ditaklukkan” Pesan Hotman.
Membiarkan Allah Menemukanmu
Menemukan Allah sering kali berarti menyadari di mana secara nyata, Allah telah berkarya di sepanjang hidup kita. Kita telah belajar bahwa kehadiran-Nya tidak terbatas pada saat-saat yang indah dan spektakuler saja, melainkan juga dalam berbagai lintas peristiwa sehari-hari di mana kerap kali tidak kita sadari.
Dalam proses mencari dan menemukan Allah, James Martin SJ dalam bukunya The Jesuit Guide to (Almost) Everything justru memberikan cara pandang yang lain bahwa dalam berproses untuk menemukan Allah dalam segala, kita juga harus memiliki kesadaran dan kerelaan hati untuk mau ditemukan-Nya. Ia menambahkan, “Dalam pengertian ini, yang sebenarnya terjadi bukanlah pertama-tama soal mencari Allah, tetapi membiarkan diri kita ditemukan oleh-Nya dalam segala situasi hidup ini, di mana Dia tidak berhenti melewati kita dan di mana Dia membiarkan diri-Nya disadari keberadaan-Nya, begitu Dia telah melewati kita.”
Lina Tahapan
Dalam bukunya juga, ia menuliskan langkah bagaimana kita dapat menyadari hadirnya Allah dalam lintas peristiwa sehari-hari, antara lain:
Pertama, rasa syukur dimana dalam langkah ini kita diajak untuk kita menyadari kehadiran Allah, mengucap syukur atas berkat yang diberikan-Nya selama hari yang telah lewat dan mengucap syukur atas kasih karunia-Nya yang mengatasi segala kelemahan kita di hari lampau. Dalam tahap ini, kita harus mampu meningkatkan kesadaran bahwa segala yang baik datang dari Allah.
Kedua, memohon rahmat untuk mengetahui dosa-dosa yang telah kita perbuat. Tahap ini mengajak kita melihat kembali penggal-penggal hari yang telah dilewati dan memohon pengampunan Allah yang terjadi di masa lalu. Kita juga meminta Roh Kudus untuk menerangi dan membuka budi serta hati dalam melihat kembali masa lalu.
Ketiga, kita dapat mengulas peristiwa masa lalu yang sudah terjadi baik dalam jangka waktu yang pendek ataupun panjang. Dengan mengingat kembali peristiwa masa lalu, kita juga dapat terbantu dalam membuat keputusan yang penting di dalam hidup dan tetap teguh berpegang dan melakukan yang baik.
Keempat, memohon pengampunan atas setiap kesalahan. Setelah mengetahui berbagai dosa-dosa yang telah diperbuat pada masa lampau, pada tahap ini kita diajak untuk memohon pengampunan dari Allah. Dan terakhir, memperbaharui diri dengan membangun sebuah niat untuk memperbaiki hidup kita dan membangun semangat untuk bangkit kembali. Dalam tahap ini, kita juga meminta berkat kepada Tuhan untuk menjernihkan perasaan dan pikiran kita untuk mengetahui apa yang Tuhan mau dalam hidup saya dan merancang prioritas hidup untuk masa depan.
Kelima langkah tersebut kiranya membantu kita untuk menyadari dan peka akan kehadiran Allah sehingga harapannya, dalam kesadaran yang sama pula, kita semakin bisa menemukan dan ditemukan-Nya.
Selamat berjuang,
Ad Maiorem Dei Gloriam
Doa:
Kekuatan besar yang tak kuketahui
yang telah membentukku;
Di segenap masa yang gelap itu, Oh Allah,
Bukalah hatiku hingga kumengerti itu adalah Dikau
(sejauh imanku cukup kuat)
Yang tengah mencabik-cabik serat kehidupanku
Guna menembus langsung ke sumsum keberadaanku
dan menggendongku
di dalam Dirimu sendiri.
Amin.
“Gendonglah Aku”
Teilhard de Chardin (1881-1995)
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: