Hati yang Terus Direformasi

, What's Next, 15 October 2024
Ecclesia Reformata, Semper Reformanda (Secundum Verbum Dei)

Bulan Oktober 2024 ini merupakan sebuah bulan yang luar biasa. Bagaimana tidak, terdapat perubahan besar yang terjadi di Indonesia, yaitu pergantian presiden setelah Joko Widodo memimpin negara ini selama 10 tahun. Pada tahun ini, kursi orang nomor satu itu akan berpindah ke Prabowo Subianto. Perubahan bukanlah hal yang dapat kita sepelekan, perubahan sering kali membawa dampak yang luar biasa baik pada ranah politik, ekonomi, hingga gereja. 

Salah satu perubahan besar di gereja yang terjadi pada bulan Oktober adalah peringatan Reformasi Gereja. Momen di mana Martin Luther menempelkan 95 tesis di pintu gereja Castle Church di Wittenberg, Jerman. Perubahan ini merupakan titik awal dari perubahan yang jauh lebih besar lagi yang melahirkan gerakan protestan. 

Ketika berbicara mengenai Refromasi Gereja, maka ada satu kalimat yang begitu melekat dengan reformasi, yaitu ecclesia reformata, semper reformanda (the church reformed, always reforming). Kalimat ini merupakan sebuah slogan dari seorang penulis, yaitu Jodocus van Lodenstein yang dituliskan pada tahun 1674. 

Ignite People, semper reformanda bukan berbicara bahwa kita harus membelot dari gereja yang ada, namun lebih dari itu, semper reformanda berbicara mengenai kerendahan hati seseorang (atau kelompok) untuk senantiasa dievaluasi dan dibentuk sesuai kebenaran Alkitab. Reformasi 1517 memang menjadi tonggak reformasi doktrin di dalam gereja, Namun, satu hal yang harus diingat adalah reformasi doktrin itu harus didahului dari reformasi hati yang terjadi di hati orang Kristen. 

Ignite People, perubahan-perubahan akan selalu terjadi di dalam kehidupan kita, baik secara makro maupun personal. Perubahan bahkan sering kali perlu terjadi untuk mewujudkan keadilan di dalam komunitas kita, dan itu adalah hal yang baik. Satu hal yang perlu kita perhatikan adalah bahwa kita telah (selalu) mereformasi hati kita terlebih dahulu. Reformasi hati ini juga perlu dilakukan secara semper reformanda, yang artinya selalu direformasi atau diperbaharui. 

Di beberapa tahun terakhir ini, tampaknya slogan ini juga mengalami sebuah satu frasa tambahan, yaitu secundum verbum Dei—yang berarti seturut dengan Firman Allah. Tentu saja frasa ini bukan intensi awal dari penulis aslinya, melainkan tambahan. Namun, Mimin melihat bahwa secundum verbum Dei ini juga sebagai hal yang penting untuk kita perhatikan. Firman Tuhan (Alkitab) merupakan standar kita untuk hidup. 2 Timotius 3:16 mengatakan, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”. Dalam Westminster Larger Cathechism, Q3, dikatakan bahwa “The Holy Scriptures of the Old and New Testaments are the Word of God, the only rule of faith and obedience”. Artinya, Kitab Suci yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang menjadi satu-satunya aturan mengenai iman dan ketaatan. Kita bisa menemukan banyak kisah dan petunjuk dari Tuhan yang berkaitan dengan keduanya.

Alkitab adalah Firman Allah itu sendiri yang berotoritas atas kehidupan orang percaya. Semper reformanda adalah sebuah semangat yang harus dilakukan di atas dasar verbum Dei. Ketika kita mengizinkan Allah mereformasi hati kita melalui firman-Nya, maka di situlah sedang terjadi reformasi yang sejati, yang akan membawa kita kepada reformasi-reformasi lainnya, baik itu politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Segala aspek dari kehidupan kita perlu terus menerus direformasi seturut kebenaran Firman Allah.

Terakhir, reformasi ini juga bukan hal yang kita lakukan sekali saja, melainkan berulang-ulang. Martin Luther pernah mengatakan “We need to hear the Gospel every day, because we forget it everyday”. Natur berdosa kita membuat kita melupakan Tuhan dan kebenaran-Nya lagi dan lagi, dan oleh karena itu, kita perlu mereformasi hati kita day by day. Ada satu nyanyian di dalam Kidung Jemaat, yaitu KJ 547 dengan judul “Ya Tuhan, Tiap Jam” yang mengingatkan kita bahwa tiap jam, tiap saat, kita memerlukan Tuhan untuk menuntun kita. Silakan Ignite People mendengarkannya sebagai salah satu sarana untuk berkarya sepanjang satu bulan lebih sedikit ini.



Kiranya semangat perubahan dan reformasi ini terus menerus mengubah diri kita, gereja kita, hingga komunitas kita seturut dengan Firman Allah.

 

RELATED TOPIC

LATEST POST

 

Kecemasan tidak akan mengambilku dari TuhanAnxiety atau kecemasan merupakan suatu respon d...
by Yessica Anggi | 14 Oct 2024

"Danau terindah yang akan pernah anda lihat", isi dari sebuah billboard besar di suat...
by Karl Joshua | 14 Oct 2024

Tidak terasa bahwa hari ini, 4 Oktober 2024, Album Kidung Keesaan yang ketiga telah tayang. Album in...
by Tabita Davinia Utomo | 14 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER