Merengkuh Inferioritas: Sebuah Perziarahan Iman

Best Regards, Live Through This, 04 December 2023
Filipi 2:5-8 "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."

INFERIORITAS: SEBUAH STIGMA

Dunia begitu dipenuhi oleh stigma tentang motivasi diri, positivisme, dan perlawanan terhadap perasaan rendah diri (baca: inferior). Dengan banyaknya kehebatan yang ditonjolkan oleh para motivator, influencer, hingga orang terdekat, semua itu justru menjadi tekanan bagi kaum inferior yang tidak bisa mengangkat dirinya untuk tetap menegakkan kepala dan memegang citra diri yang positif.

Memberi motivasi tidak salah, begitupun dengan sikap positif. Namun apakah perasaan rendah diri sebaiknya dilawan begitu saja? Disaat ada banyak orang berkata untuk menjadikan kelemahan sebagai kekuatan, banyak orang juga bersebrangan dengan mereka dan berkata untuk menerima kelemahan. Lantas, bagaimana kita memandang perasaan rendah diri ini? Apakah inferior adalah hal yang perlu direngkuh atau dijauhi?

Selama bertahun-tahun saya sendiri sering mendengar orang mengatakan kepada saya untuk tidak merasa rendah diri. Mereka berkata, "Tidak perlu merasa minder, sebab Tuhan mencintaimu apa adanya", "Jika kamu minder atau merasa tidak layak, lawanlah dengan doa dan katakanlah bahwa Tuhan sudah mati bagi dosa-dosamu." Pasangan saya berkata bahwa tidak ada yang salah terlahir dengan rasa minder seperti ini, sebab Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal. Saya bergumul dan bersedih terhadap perasaan ini, sampai ada satu orang berkata kepada saya: "Inferioritasmu membuat kamu hebat, sebab inferior itu Alkitabiah."


BAHKAN YESUS DAN PAULUS MEMILIKINYA!

Saya tahu Yesus merendahkan diri-Nya, namun tidak pernah terbesit bahwa perasaan rendah diri adalah sesuatu yang Alkitabiah. Memang pada faktanya, Yesus Kristus yang kita sembah adalah Allah yang merendahkan diri. Ia adalah Allah yang mengatasi waktu dan ruang, namun Ia memilih terikat dengan waktu dan ruang supaya Ia bisa bersama dengan kita. Ketika Allah menjadi manusia, itulah yang namanya merendahkan diri. 

Kalau Allah merendahkan diri-Nya demi kita, layakkah kalau kita hanya merendahkan hati? Alkitab memerintahkan kita untuk merendahkan diri terhadap Allah (Kel. 10:3; Yak. 4:10) dan orang lain (Ef. 5:21; 1 Ptr. 5:5). Pada kenyataannya, sekalipun banyak yang tahu bahwa ada perintah untuk merendahkan diri di hadapan sesama, mereka masih tidak bisa menerimanya. Mereka mengerti dan bisa menerima bahwa kita harus merendahkan diri di hadapan Allah, namun di hadapan manusia? 

Sering dikatakan, "Kalau tidak bisa mengasihi manusia yang kelihatan, tidak mungkin bisa mengasihi Allah yang tidak kelihatan!" (baca: 1 Yoh. 4:20). Menggunakan prinsip yang sama, kalau kita tidak bisa merendahkan diri di hadapan manusia yang kelihatan, tidak mungkin kita bisa merendahkan diri di hadapan Allah yang tidak kelihatan.

Paulus merendahkan diri dan menganggap dirinya sebagai yang paling berdosa diantara semua pendosa, dan dia mengatakannya ketika dia sudah menjadi rasul Kristus. Yesus merendahkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia, bahkan Ia rela dibunuh oleh tangan manusia yang adalah ciptaan-Nya sendiri. Jangan lupa Ia adalah Allah. Bahkan, Yesus dan Paulus juga memegang inferioritas!

Bukankah banyak orang Kristen sulit merendahkan diri di hadapan Allah, karena mereka tidak mau merendahkan diri dihadapan sesama? Bukankah kita lebih suka motivasi dan penghargaan terhadap diri sendiri daripada mengakui diri sebagai pendosa? Terhalangnya diri kita untuk merendahkan diri di hadapan sesama inilah yang menghalangi kita untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan.


SEBUAH HARTA YANG TIDAK PERNAH DIRENGKUH

Apakah inferioritas bisa disyukuri? Bisa tapi sangat sulit. Secara pribadi, saya besar dengan sayatan-sayatan kecil yang tidak saya sadari telah membuat kondisi psikis saya menganga lebar. Merasa rendah diri menjadikan rasa syukur sangat sulit untuk dilakukan. Namun siapa sangka, bahwa Paulus, tokoh terkenal dalam Alkitab, dan Yesus, Allah yang saya, kita sembah, ternyata memegang inferioritas? 

Dalam perziarahan iman kita, rengkuhlah rasa rendah diri. Akuilah di hadapan Tuhan, sebab Tuhan sudah menjadi teladan yang baik bagi perendahan diri. Allah yang merendahkan diri menjadi sebuah penghiburan bagi kita yang cenderung menempatkan diri lebih rendah dari orang lain. Kita selangkah lebih maju dalam keserupaan dengan Kristus.

Inferioritas adalah sebuah harta yang berharga, sebab kita tidak perlu bergumul susah payah untuk merendahkan diri kita. Ketika kita sudah merasa rendah diri, kita sudah selangkah lebih maju dalam keserupaan dengan Kristus yang telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati. Keberhargaan inferioritas harus kita rengkuh, sebab salah satu perintah yang cenderung diabaikan dan sangat susah untuk dilakukan dalam Alkitab adalah perintah untuk merendahkan diri, baik di hadapan Allah maupun di hadapan sesama.

Seringkali, kita begitu puas dengan kerendahhatian dan melupakan Allah yang merendahkan diri. Kita begitu puas jika kita bisa berbagi, namun melupakan Pencipta yang berkorban bagi ciptaan-Nya. Kita begitu senang dosa-dosa kita diampuni, tetapi lupa belajar dari rasul Paulus bahwa kita juga adalah orang yang paling berdosa diantara semua pendosa. Jika Anda termasuk dalam kaum inferior, berbahagialah, sebab inferioritas adalah harta yang berharga.

LATEST POST

 

Hari ini, 10 November, adalah Hari Pahlawan. Sebagai orang Kristen kita juga diajak untuk meneruskan...
by Christo Antusias Davarto Siahaan | 10 Nov 2024

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER