Untuk-Mu Teman jalanku, dapat redakah pikiranku bila mungkin langkah-Mu jadi kedua kakiku?
Untukmu teman jalanku, bersatunya hati kita tuk memilih langkah itu masih ingatkah?
Untukmu teman jalanku, dari hitamnya rambut kita sampai kini memutih bagai hadiah berlimpah
Untukmu teman jalanku, ternyata putaran jam yang telah kita lalui itupun karena-Nya
Untukmu teman jalanku, sudah nyata bersamamu ada batas waktu-Nya
Untuk-Mu Teman jalanku, untaian tanya telah tertahan di pikiranku
Untuk-Mu Teman jalanku, sungguh inikah yang dipikirkan bagi diriku
Untuk-Mu Teman jalanku, keributan ini berlayar bebas berhari-hari menghampiri hatiku
Untuk-Mu Teman jalanku, dapat redakah pikiranku bila mungkin langkah-Mu jadi kedua kakiku?
Photo by eyetoeyePIX on iStock
Untukmu yang Kusertai, mengapa kamu begitu takut?
Untukmu yang Kutemani, mengapa kamu tidak percaya?
Untukmu yang Kujadikan, bisakah Aku acuh padamu?
Untukmu yang Kusayangi, tenanglah hatimu teduhlah pikiranmu
Photo by PeteWill on iStock
Seuntai keluhku, seindah kasih-Nya.
Perenungan di tengahnya gelap Kampung Toweta, Distrik Yapen Barat, Papua.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: