"Jiwa-jiwa tak bisa dibelenggu bahkan oleh sayap yang terluka."
Hari itu,
Seekor burung pipit luka sayap sebelah.
Bulu rontok bak tersayat sembilu.
Bertengger dalam sarang berbau alang, terdiam mengutuk diri.
Katanya "Apakah waktu akan membunuhku? membusukkah aku dalam tanah?"
Dalam waktu aku bersemayam.
Melalui hening kutemukan jika jiwa semestinya tak bisa dibungkam oleh seonggok daging.
Tempatku menaruh ambisi dan hasrat.
Dalam diam aku menghayati bahwa sang waktu sepertinya sedang membalut luka-lukaku.
Esok,
sayap luka ini akan mengangkasa kembali.
Angin akan kuajak bermain, awan akan kuajak bersenda gurau.
Akan kunyanyikan syair pengharapan kepada semua.
"Jiwa-jiwa tak bisa dibelenggu bahkan oleh sayap yang terluka."
Kini,
Angin bersiur lembut menggoyang dahan.
Siul beberapa ekor burung yang hinggap
mengantar rindu pada bebijian.
Menememani perihnya sebelah sayap yang luka.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: