Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: ”Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: ”Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Matius 18: 21-22
Shalom, Ignite People!
Kali ini, aku mau membagikan kesaksian nyata dari seorang suster yang mana dulu pernah menjabat sebagai kepala sekolah di SMA Tarakanita Gading Serpong (SMA aku dulu). Tulisan di bawah ini tidak diubah. Aku hanya membagikan ulang dengan alasan, mungkin bisa menjadi sebuah perenungan yang bagus untuk kita semua.
Tulisannya sudah aku edit agar mempermudah membacanya.
Saya adalah seorang biarawati dari tarekat CB yang berkarya di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Nama saya Suster Marietha, CB (umur 37 tahun). Tiga tahun yang lalu, saya divonis oleh dokter di Rumah Sakit Panti Rapih Jogja bahwa saya menderita kanker payudara stadium 1B.
Selama satu tahun lebih, saya berusaha minum obat-obatan tradisional dan teh hijau. Akan tetapi, setelah satu tahun saya check-up kembali ke dokter di Panti Rapih, stadium bertambah menjadi 2B. Kemudian oleh seorang ibu di Semarang, saya dianjurkan ke Romo Yohanes Indrakusuma, O.Carm di Cikanyere, Puncak, Jawa Barat untuk didoakan.
Pada saat tangan Romo Yohanes menumpangkan tangan di atas kepala saya, dia berkata: "Suster pasti meyimpan dendam yang sudah lama kepada seseorang di hati suster."
Mendengar itu, saya menangis tersedu-sedu dan saya katakan kepada beliau: "Benar, Romo. Saya memang membenci ayah saya sejak saya di SMP, karena ayah saya telah mengkhianati ibu, dua kakak saya, dan saya. Kami diusir dari rumah kami, kemudian ayah dan seorang wanita menempati rumah yang sudah bertahun-tahun kami tempati itu. Sejak saat itu, ibu saya sakit-sakitan dan akhirnya meninggalkan kami selama-lamanya. Dan, sejak itu, saya memendam kebencian terhadap ayah."
Setelah mendengarkan cerita saya, Romo Yohanes berkata: "Ya, itulah biang dari penyakit suster. Selama suster tidak mau mengampuni Ayah, obat apapun tidak akan menyembuhkan suster. Dan, mengampuni bukan hanya dengan kata-kata, tapi harus dibuktikan dengan perbuatan."
Setelah itu, saya minta ijin cuti selama enam bulan pada suster provincial Carolus Boromeus untuk menengok dan merawat ayah, karena saya dengar dari saudara Ayah kalau Ayah terkena stroke. Selama enam bulan itu, saya merawat Ayah dengan cinta kasih yang tulus. Selama bersama Ayah, saya tidak minum obat apa pun.
Setelah selesai masa cuti, sebelum kembali ke Kupang, saya ke Rumah Sakit Panti Rapih di Jogja untuk check-up, dokter yang merawat saya sangat heran dan bertanya: "Suster minum obat apa selama ini?"
Saya jawab, kalau tidak minum apa-apa, dan saya balik bertanya, "Ada apa dokter?"
Dokter menjawab dari hasil pemeriksaan, baik darah maupun USG semuanya negatif. Langsung saya jawab obatnya adalah pengampunan.
Dokter heran dan bertanya, "Apa maksud suster?"
Saya ceritakan semuanya.
Kemudian dokter berkata, "Wah, kalau begitu kepada pasien-pasien saya yang menderita kanker, saya akan bertanya apakah anda punya perasaan dendam atau benci terhadap seseorang. Kalau jawabannya ya, saya akan suruh berdamai dan memberikan pengampunan seperti suster."
Dokter itu lalu tertawa-tawa dan menepuk pundak saya.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: