Pelajaran Soal Cinta Satu Arah dari Soundtrack Galau Paling Ikonik ala Dewa 19

Best Regards, Live Through This, 15 May 2019
“Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu Meski kau takkan pernah tahu” – Pupus by Dewa 19

  Potongan lirik lagu di atas pasti sudah dikenal oleh sebagian besar orang yang membaca tulisan ini. Lirik tersebut berasal dari lagu Pupus milik Dewa 19 yang rilis bersama album Cintailah Cinta pada tahun 2002. Lagu tersebut bercerita mengenai seseorang yang memiliki perasaan kasih kepada orang lain, namun setelah sekian waktu baru disadarinya bahwa perasaan kasih tersebut hanya berjalan satu arah. Hidup dan seluruh perasaan dalam hati telah dipersembahkan bagi sang terkasih, tapi sayang sekali tidak ada respon dari orang tersebut.


 “Baru kusadari Cintaku bertepuk sebelah tangan Kau buat remuk seluruh hatiku”


Gambaran perasaan patah hati dan kesedihan seperti yang digambarkan di lirik bagian refrein lagu tersebut mungkin sangat komersil kontennya. Cerita cinta dengan kesedihan menjadi favorit banyak orang, karena perasaan tersakiti (atau juga yang menyakiti) bisa terwakili melalui lirik lagu. Bagian refrein lagu tersebut terus diulang di akhir, hingga tiga kali setelah interlude panjang yang diisi permainan melodi gitar yang juga sangat ikonik. Lengkap sudah gambaran rasa sakit dari perasaan kasih satu arah yang tergambar melalui lirik lagu ini. Tapi, apakah perasaan kasih satu arah seperti ini yang kita inginkan?



Photo from Freepik.com


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), kasih adalah sebuah kata benda yang memiliki arti “perasaan sayang (cinta, suka kepada)”. Kasih dalam kehidupan sehari – hari seringkali dipakai bergantian dengan cinta dan sayang, padahal ketiga kata tersebut memiliki makna masing-masing. Kasih dalam kehidupan orang Kristen juga memiliki tempat yang spesial. Ajarah kasih dianggap sebagai ajaran utama dalam kekristenan.

Ayat paling populer ketika berbicara mengenai kasih adalah Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Belum lagi ayat tenar lainnya di 1 Korintus 13:13 yang berkata: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih.” Kasih, kasih, dan kasih, tapi kasih seperti apa?

Seperti yang tergambarkan melalui lirik lagu Pupus, kita bisa hanya berfokus untuk terus mempraktikkan kasih dengan membabi buta, melalui segala tindakan yang kita anggap merupakan perbuatan mengasihi. Akan tetapi jika kita tidak pernah berusaha memahami apa yang sebenarnya dia rasakan dan inginkan, maka yang terjadi hanyalah proses kasih satu arah.



Photo by Jennifer Burk on Unsplash


Mungkin kita beranggapan bahwa memberi perhatian secara total itu baik, memberi bantuan secara bertubi-tubi adalah wujud nyata dari mengasihi, tapi bagaimana jika semua terus terjadi hanya satu arah? Sebaliknya begitu juga jika kita hanya menerima kasih tersebut tanpa pernah memahami dan mengenali pikiran dan perasaan dari sang pemberi kasih, apalagi jika kita tidak pernah memberi kasih kepada orang yang telah mengasihi kita atau kepada siapapun, maka kasih hanya terjadi satu arah.

Apa yang terjadi jika kasih hanya diberikan selalu satu arah? Kasih tersebut tidak akan hidup. Sebagaimana kategori jenis kata yang diberikan KBBI kepada kata kasih, yaitu kata benda—maka kasih, hanyalah sebuah benda tidak bernyawa.

Kasih yang hanya berjalan satu arah tidak akan bisa menjadi kasih yang hidup; lagipula, sampai kapan kasih yang berjalan satu arah tersebut dapat bertahan jika dia tidak pernah menjadi kasih yang hidup? Dan kita juga perlu menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki keterbatasan. Sampai sejauh mana kita mampu terus menerus memberikan kasih yang hanya satu arah? Apakah yang bisa menjadi jaminan bahwa kasih yang terus diberikan itu tidak memiliki batas dan tidak akan habis?



Photo by Lisa van Dam on Unsplash


Masih merujuk kepada KBBI, yang menyatakan bahwa kasih adalah sebuah kata benda, ia akan menjadi kata kerja jika berubah menjadi ‘berkasih-kasihan’ yang berarti saling mengasihi; saling mencintai; saling menyayangi. Karena itu praktik kasih dalam hidup kita seharusnya menjadi kasih yang bergerak dua arah. Kita mengasihi dan kita dikasihi, maka terjadilah saling mengasihi.

Saya tidak mengatakan bahwa kita harus memberikan kasih yang mengharapkan pamrih. Tapi memang kita tidak cukup hanya memberikan kasih, penting juga bagi kita untuk saling memahami.

Mari kita berefleksi, apakah bentuk praktik perbuatan mengasihi yang kita lakukan dan berikan kepada orang lain adalah bentuk perbuatan yang memang mereka butuhkan? Apakah sesuatu yang kita lakukan atas nama kasih kepada orang lain sudah cukup untuk membuat mereka juga bisa mengasihi kita dan yang lain, ataukah hanya sekedar membuat mereka menjadi penerima kasih?

Dan sebagai orang yang menerima perbuatan kasih, apakah kita sudah memahami kenapa dia melakukannya; apakah ada yang dikorbankan demi melakukannya; dan bagaimana cara dia melakukannya? Tanpa pemahaman satu sama lain, maka kita hanya akan berpegang pada pemahaman kita sendiri; kita hanya akan yakin bahwa kita telah melakukan hal yang benar, tanpa memeriksa kembali dan bertanya kembali. Tidakkah ini akan membawa kita menjadi egois?



Photo by Jonas Vincent on Unsplash


Ketika saling memahami terjalin, maka kita akan menemukan keharmonisan. Harmoni berbicara mengenai rasa, aksi, gagasan, dan minat yang selaras serta serasi—tidak mengharuskan sama. Ketika itu sudah terjadi dan terus terjadi, maka kasih kita tidak akan satu arah lagi. Cinta kita tidak akan bertepuk sebelah tangan. Kita akan melakukan sesuatu tanpa beban dan tepat seperti apa yang memang dibutuhkan oleh orang lain, karena sudah saling memahami. Maka satu sama lain akan dapat berkata, “Aku mencintaimu seperti yang kau tahu.”  

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER