To have found God and still to pursue Him is the soul’s paradox of love. -A. W. Tozer
Hanya Dialah yang tahu ‘kan segala rahasia,
tiada ‘ku takut ‘kan kuasa gelap.
Masa yang datang tak jelas, tapi ini t’rang bagiku:
Tangan Tuhan yang atur seg’nap
Penggalan lirik lagu di atas menyiratkan bahwa ada banyak sekali rahasia yang manusia tidak ketahui dari Allah. Kita sering tidak memahami apa yang sedang terjadi, apalagi yang akan terjadi di masa depan. Bahkan, mungkin kita tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang siapa Allah dan mengapa Dia melakukan seperti yang telah terjadi di dalam hidup kita. Seperti yang saya tulis dalam artikel part 1, kita wondering bagaimana, sih, sebetulnya Allah itu dan kita bisa merasa Dia adalah Pribadi yang jauh dan tak terjangkau.
“Sungguh, Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel, Juruselamat.” -Yesaya 45:15
Memang betul bahwa Allah—sebagai Allah yang tersembunyi—menyimpan banyak rahasia yang tidak dapat dijangkau manusia. Pemazmur pun mengakui kebesaran rancangan Allah dan rumitnya pemikiran-Nya yang sulit untuk dicapai manusia (Mzm. 92:5; 139:6, 17-18). Nabi Yesaya dan Yeremia juga mengingatkan kita bahwa rancangan Tuhan berbeda dari rancangan manusia, tetapi rancangan itu baik adanya (Yes. 55:8-9; Yer. 29:11).
Photo by Caleb Frith on Unsplash
Ada misteri dalam rancangan Allah bagi kehidupan kita yang tak mampu kita pahami. Mungkin hal ini membuat kita putus asa dalam mengenal-Nya dan mencari kehendak-Nya. Kita merasa Allah begitu jauh dan seakan tidak bisa kita raih; sosok-Nya yang begitu mulia, agung, dan berkuasa itu membuat manusia yang lemah ini gentar berdiri di hadapan-Nya. Bukannya semakin mendekat karena penasaran, kita malah menjauh karena kita gagal paham. Sulit bagi kita untuk mengerti dengan logika kita sehingga kita bertanya: kenapa?
“Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.” - Roma 1:19
Allah tidak hanya menyimpan misteri dalam rancangan-Nya; Ia juga menyatakan diri-Nya melalui banyak hal. Kita memang tidak memahami rancangan-Nya yang ilahi, tetapi keilahian itu bisa kita saksikan dari ciptaan-Nya (Mzm. 8:3-4; Rm. 1:20). Selain itu, ada Alkitab yang bisa kita baca untuk semakin mengenal kebenaran dan memahami rancangan Allah bagi diri kita, yaitu mengerjakan perbuatan baik yang sudah Ia persiapkan bagi kita (Ef. 2:10; 2 Tim. 3:16-17).
Allah membuka diri-Nya untuk dikenal melalui karya dan firman-Nya. Tidak semua hal Ia selubungi dan oleh karenanya Ia mengundang kita untuk datang, mendekat, dan mengenal-Nya lebih dalam sekalipun Ia tidak bisa dipahami sepenuhnya. Seperti yang dibahas dalam artikel part 2, Ia menyediakan cara-cara bagi kita untuk bisa mengenal-Nya meskipun kita ini terbatas. Ia adalah Allah yang nyata, dekat, dan ingin dikenal; Ia bisa kita sapa melalui Anak-Nya yang telah merasakan apa yang kita rasakan dan mengalami apa yang kita alami. Yesus, dalam naturnya sebagai Allah dan manusia, menampakkan wajah Allah yang bisa membuat kita lebih terkoneksi dengan Allah sekaligus memberikan teladan sosok manusia yang taat mengerjakan apa yang Allah Bapa persiapkan bagi Dia.
“Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini." - Ulangan 29:29
Jadi, bukankah Allah yang menyatakan diri sekaligus tersembunyi adalah paradoks yang kita hadapi ketika kita lebih mengenal Allah? Bagaimana cara kita memahami sosok Allah yang seperti ini?
Photo by John Fowler on Unsplash
Kita bisa melihat bahwa penyataan Allah yang paling spesifik sekaligus misterius adalah Yesus Kristus. Paradoks ini bisa kita lihat melalui ajaran-ajaran dan karya-karya-Nya. Puncak dari paradoks ini adalah karya salib, di mana Allah yang Mahakuasa menjadi tidak berdaya dengan menerima penghukuman yang tidak manusiawi. Pada salib, Yesus yang tidak berdosa menjadi manusia yang paling penuh dengan dosa karena Ia menanggung dosa kita (2 Kor. 5:21). Pada salib, nyata keadilan Allah melalui penghukuman atas dosa, sekaligus nyata besarnya kasih Allah melalui penebusan, pembenaran, pengampunan, dan pendamaian bagi umat-Nya (Rm. 3:23-26). Pada salib, Yesus—sebagai Allah yang menyatakan diri—menyimpan misteri dalam penderitaan yang Ia alami. Kita tidak akan pernah benar-benar mengerti mengapa Allah menggunakan penderitaan yang begitu rupa, tetapi melalui penderitaan itu kita bisa melihat betapa Allah itu adil dan mengasihi kita. Seharusnya kitalah yang dihukum sedemikian rupa, tetapi Yesus menggantikan kita menanggung dosa-dosa kita.
Karya Allah ini bisa jadi tidak masuk akal bagi kita. Di satu sisi, kita bisa melihat Allah yang berkuasa. Di sisi lain, kita bertanya-tanya kenapa Allah harus menggunakan cara-cara yang bagi kita irasional. Terkesan ada celah-celah yang membuat kita enggan untuk lebih mencari tahu dan memahami Allah melalui penyataan diri-Nya. Namun, celah-celah ini bisa kita isi dengan apa yang kita sebut sebagai iman.
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1).
Dengan iman, kita memperoleh anugerah keselamatan melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Iman menjadi dasar kita memiliki pengharapan akan janji-janji Allah dan kehidupan kekal. Dengan iman juga, kita menaruh percaya kepada Allah di tengah-tengah keraguan dan kebingungan kita memahami rancangan-Nya yang sulit itu. Iman menjadi bukti bahwa kita bisa bertahan dan berjuang melalui badai kehidupan, walaupun kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Iman membantu kita mengenal Allah dalam rencana-Nya yang penuh misteri, sekaligus menumbuhkan semangat untuk semakin mencari tahu kehendak-Nya melalui karya dan firman yang sudah Ia nyatakan bagi kita.
Photo by Tony Eight Media on Unsplash
Ignite People, Allah yang misterius itu tidak hanya ada dalam fantasi kita. Ia hadir melalui alam semesta ciptaan-Nya dan Alkitab yang adalah firman-Nya. Ia juga hadir dalam diri Yesus Kristus, yang dimuliakan dalam kehinaan melalui kematian-Nya di kayu salib. Allah yang membuka diri sekaligus terselubung ini mengundang kita untuk terus mencari dan mengenal-Nya. Ia bukanlah Allah yang jauh; Ia membuka diri-Nya untuk ditemukan karena kita ada, hidup, dan bergerak di dalam-Nya (Kis. 17:27-28).
Sekalipun kita sudah menemukan Dia, mari kita juga ingat untuk tetap memberi ruang misteri bagi karya-Nya dalam kehidupan kita. Mari kita tetap menyediakan celah untuk meragu dan bertanya karena itu yang akan mendorong kita untuk terus mengenal-Nya. Melakukan pekerjaan yang Ia siapkan bagi kita tentu kadang tidak mudah dan bisa membuat kita lelah, bertanya, dan putus asa. Namun, marilah kita berjalan dalam iman dan meminta pertolongan-Nya untuk bisa terus mencari kehendak-Nya. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33).
Selamat mencari dan menjumpai Allah!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: