"Salib mampu mengubah penderitaan kita menjadi pernyataan cinta kasih kepada Tuhan dan belas kasihan kepada sesama kita." [ Paus Benediktus XVI ]
Apa yang terlintas di benakmu ketika menonton film “The Passion Of The Christ” secara full? Bagian mana yang menurutmu berkesan?
Bagi saya, Salah satu bagian yang menarik adalah ketika Simon dari Kirene ikut memikul salib Yesus.
Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. (Markus 15:21)
Simon berasal dari Kirene, salah satu dari dua kota terbesar di Libya, Afrika Utara, yang didiami oleh lebih dari 100.000 jiwa. Kirene adalah sebuah kota di mana banyak orang Yahudi tinggal, dan banyak dari mereka melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk Hari Raya Paskah dan Pentakosta. Kisah Para Rasul 2, dalam catatan mengenai tempat dari mana orang-orang yang hadir pada Hari Raya Pentakosta berasal, mencatat juga Kirene di antara kota-kota lain.
Simon semula bukanlah seorang Yahudi atau penganut agama Yahudi. Dia adalah seorang penyembah berhala yang masuk agama Yahudi, dan merupakan orang yang sangat saleh, karena dia bersedia menempuh perjalanan ribuan mil ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Suci.
Dia tidak tahu apa-apa tentang semua yang terjadi di kota malam itu. Ia tidak tahu bahwa Yesus telah ditangkap di Getsemani dan dalam pengadilan, dan telah mengalami penyiksaan yang kejam oleh para prajurit. Simon, malam itu, pasti sudah tidur. Dia merencanakan hari yang panjang, dan bangun pagi-pagi, dan sama seperti semua orang Yahudi yang taat, mengucapkan doa pagi. Dia membersihkan diri, berpakaian, dan melakukan perjalanan hingga hampir sampai di kota sebelum pukul 9 pagi. Jika dia tiga menit lebih awal atau lambat, atau melewati jalan yang berbeda, kita tidak akan pernah mendengar tentang dia. Namun, karena kehendak Tuhan, Simon mengalami peristiwa penting di pagi itu, sebuah peristiwa yang mengubah seluruh hidupnya.
Perjalanan Simon yang melelahkan hari itu membawa dia kepada Kristus. Kita dapat melihat bahwa Simon merasa bahwa memikul salib itu memberikan kebahagiaan baginya, dan bahwa frustrasinya karena terpaksa melahirkan iman; rasa malunya karena diejek membawa ia kepada kekuatan; rasa belas kasihnya melahirkan komitmen, dan simpatinya kepada Yesus mendatangkan keselamatan.
Ketika Simon memikul salib Kristus, dia mengidentifikasikan dirinya dengan Kristus, dan menanggung celaan yang sama seperti yang Yesus alami. Yesus berkata, "Pikullah salibmu setiap hari dan ikutlah Aku." Itu berarti dilakukan secara terbuka bersama dengan Yesus, dan jika orang menghina atau mengejek Yesus, kita mengalaminya sebagai hinaan dan ejekan untuk kita. (Saya yakin Simon turut merasa malu saat memikul salib itu dan saat mendengar tawa dan ejekan orang banyak).
Tidak semua penderitaan adalah salib. Memikul salib tidak sama dengan penderitaan yang dialami seseorang karena beberapa luka atau kelemahan pada tubuh. Itu adalah duri dan bukan salib. Penderitaan kita hanya menjadi salib saat kita mengidentifikasikan penderitaan kita dengan penderitaan Kristus. "Pikullah salibmu setiap hari dan ikutlah Aku" adalah ajakan sekaligus harapan Yesus agar kita setiap hari mengidentifikasikan diri kita dengan Dia. Akan sangat mudah menjadi orang Kristen jika tidak memikul salib.
Ketika Tuhan memilih pun, Tuhan tidak selalu memilih orang hebat, orang yang punya status dan nama. Tuhan bisa pilih siapa saja, seperti Simon yang hanya "numpang lewat" sampai Ignite People sekalian. Peristiwa penyaliban bukan hanya momen untuk menangisi dosa kita atau menyesali sesuatu, tetapi juga mengingatkan bahwa masih ada beban salib yang harus dikerjakan. Apa yang dilakukan Simon, menginspirasi Alexander dan Rufus kedua anaknya untuk menjadi penginjil dan termasuk sebagai orang-orang yang berpengaruh pada gereja pertama.
Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. (1 Petrus 2:19,21)
Sekarang, mari melihat hati dan diri kita. Di tengah pandemi COVID-19 ini, jika kita belum bisa melakukan banyak hal pelayanan, jangan merasa kecil hati. Kamu tidak harus melakukan sesuatu yang begitu luar biasa. Ambil waktu rehat untuk sekadar bertanya kepada Tuhan apa yang dapat aku lakukan hari ini: Bagaimana aku bisa membawa kehadiran dan wajah-Nya kepada orang lain? Pandang sekelilingmu dan ''bagikan salib-Nya!"
Tuhan memampukan.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: