Hati yang Rapuh #1: Katakan Lebih Lantang!

Best Regards, Fiction, 11 March 2021
Berbicaralah bukan dengan berteriak, tapi dengan lantang dan keberanian berbicara ketika ada hal yang tidak benar menyudutkan kalian, karena orang lain tidak pernah bisa tau apa yang kalian rasakan jika kalian hanya memendamnya dalam hati.

“Aku adalah diriku sendiri dan aku ada di sini”. Beberapa minggu yang lalu kalimat dari Sartre itu mampu membuka mata si gadis yang berhati rapuh. Sebut saja nama gadis itu Whilo, pada waktu kanak-kanak ia dikenal sebagai anak periang yang aktif dan memiliki banyak teman. Namun, berjalannya waktu ia menjadi gadis yang pendiam, bahkan ia hanya berbicara ketika disuruh ataupun ditanya, berteman pun hanya dengan orang-orang yang dirasa “cocok”. Hal itu terjadi bukan tanpa alasan.

Saat duduk  di bangku Sekolah Menengah Pertama ada sebuah kejadian yang terjadi cukup lama, dan hal itulah yang membuat Whilo menjadi gadis yang berhati rapuh. Awal masuk sekolah, masih seperti biasanya Whilo sangat senang dan semangat, apalagi alasannya? Ya pasti  karena itu adalah hari di mana ia mulai menggunakan baju putih biru a.k.a baju OSIS (finally setelah 6 tahun menggunakan baju putih merah), berharap ada pengalaman baru yang mungkin saja lebih menyenangkan. Semangat itu masih berkobar, sampai ia bertemu dengan teman sebangkunya (sebut saja X). 

Setiap hari kalimat bernada menyudutkan bahkan memaki keluar dari si X, dan itu hanya ditujukan kepada Whilo. Awalnya tidak terjadi apa-apa, tapi setelah beberapa minggu  Whilo mulai berpikir “Aku salah apa sih sama si X? Kenapa sepertinya ia membenciku?” 

Tapi hal itu hanya dipendamnya. Kejadian itu berlangsung 1 tahun pembelajaran, dan perubahan besar terjadi. Perubahan itu tidak disadari oleh Whilo, ia menjadi lebih suka diam dan tidak memiliki banyak teman, tentu saja ia takut untuk memulai bahkan membuat kesalahan, yang ada di pikirannya hanya “Cukup si X yang berkata seperti itu padaku, jangan ada lagi orang lain yang begitu.” Hati yang awalnya utuh pun perlahan menjadi rapuh, dan mudah rusak.


Sebenarnya siapa yang salah dalam hal ini, si X atau Whilo? Menurutku keduanya memiliki andil dalam kesalahan itu. Apa yang dilakukan si X dengan menyudutkan hingga memaki Whilo adalah perbuatan yang keliru dan tidak seharusnya dilakukan, kecuali ada sesuatu yang tidak sesuai seharusnya si X berbicara dengan baik ke Whilo. Perbuatan si X itu pun termasuk ke dalam circle of no control, sehingga Whilo pun tidak dapat mengatur apa saja yang akan dilakukan si X. nah, tinggal bagaimana Whilo seharusnya menyikapi perbuatan si X itu. Seharusnya dari awal Whilo bertanya atau berbicara kepada si  X, jika perbuatan si X tanpa alasan dan tidak benar. 

Terlepas dari masa Sekolah Menengah Pertamanya yang diawali dengan tahun penuh kejutan (kugambarkan begitu supaya tidak menyeramkankan banget hehe) Whilo pun tetap bertahan, beraktivitas hingga sekarang ia sudah menjadi mahasiswi. Ia terus berjalan dengan hati yang rapuh. Hati yang senggol dikit aja retakannya semakin terlihat, mungkin sudah ada yang lubang kali ya? 

Perasaan Whilo selalu diliputi kekhawatiran akan hal itu. Suatu hari, dimana Whilo sudah sangat lelah dengan hatinya yang rapuh, ia tak sengaja membaca kutipan dari Sartre, tulisannya “Aku adalah diriku sendiri dan aku ada di sini.” 

Berangkat dari tulisan itu, Whilo yang sedang belajar tentang bagaimana dan langkah apa yang harus dilakukan untuk dapat mengerti sebuah perasaan pun berefleksi, tentang apa saja yang sudah terjadi dalam proses hidupnya.

Dalam refleksinya, ia mempertanyakan “Apakah ini benar-benar diriku?”. Akhirnya Whilo pun sadar bahwa seharusnya ia merespons apa perkataan orang lain, yang sebenarnya tidak sesuai dengan dirinya. Whilo yang tersadar pun  tetap merasa senang (seperti Whilo pada masa kecilnya yang sangat terbuka dengan hal baru), bahkan sangat bersyukur dapat belajar dan mengerti apa yang terjadi dalam hidupnya. Prinsipnya tentang mensyukuri apa yang ada masih dipegangnya, karena itulah kebahagiannya - walaupun bagi orang lain itu dianggap aneh, bahkan menyedihkan).

Dengan hati yang rapuh itu, Whilo tetap membalut hati yang rapuh itu dengan balutan syukur. Dan ia teringat dengan sebuah ayat dari Kejadian 1:31: 

“Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik,…”

Dari ayat itu Whilo belajar, bahwa apa yang sudah diciptakan Allah adalah baik, bahkan sangat menawan (seperti kisah penciptaan dan penggambaran Taman Eden), dan memang benar-benar baik. 

Ketika ia memiliki hati yang akhirnya rapuh, itu adalah sebuah keindahan yang dari situ ia dapat melihat bagaimana Tuhan ada dalam hidupnya. Dan dengan kesadarannya itu, ia dapat belajar bagaimana ia harus mengungkapkan perasaannya dengan bertanggung jawab.

Nah! Kita bisa belajar dari kisah Whilo, walaupun jika kita membaca kisahnya mungkin tanggapan kita akan ada yang positif atau bahkan negatif, tapi pertanyaanya “Apakah kita akan melakukan hal yang berbeda dari Whilo? Atau bahkan sama bahkan lebih parah?” Jawabannya tidak tahu, karena hati setiap orang itu berbeda-beda, perasaan dan respons atas perasaanya pun berbeda-beda. Itulah uniknnya kita, dan kita akan tersenyum saat menyadari hal ini. 

Whilo mengingatkan kita jika memang butuh speak up, ya itu bukanlah masalah, selama apa yang kita ungkapkan memiliki alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Daripada dipendam? Apakah kalian tidak sayang dengan tubuh kalian? Tuhan saja sudah menciptakan kita dengan sungguh amat baik, dengan keunikan kita masing-masing, dengan sifat dan perasaan kita yang beragam. Maka dari itu mari sayangi tubuh kita dan hati kita, dari hal yang sederhana. Jangan takut, berbicaralah dengan lantang bukan dengan berteriak, tapi dengan keberanian berbicara ketika ada hal yang tidak benar menyudutkan kalian, karena orang lain tidak pernah bisa tahu apa yang kalian rasakan, jika kalian hanya memendamnya dalam hati. 

Love, Whilo <3 

 

RELATED TOPIC

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER