So, don't you worry your pretty, little mind People throw rocks at things that shine And life makes love look hard -Taylor Swift
Miss Americana adalah film dokumenter Amerika pada tahun 2020 yang dirilis oleh Netflix pada tanggal 31 Januari 2020 karya sutradara Lana Wilson, film ini mengisahkan perjalanan penyanyi dan penulis lagu Amerika yaitu Taylor Swift selama beberapa tahun kariernya.
Seperti yang kita ketahui, ia seorang musisi yang berbakat, sukses, dan cantik. Sebuah paket lengkap seorang public figure yang membuat banyak orang tak sulit untuk sekadar memandangnya bahkan mendeklarasikan diri sebagai fans beratnya.
Namun dia juga kerap dihujat oleh karena kehidupan pribadinya. Dianggap sebagai "player" yang dengan mudahnya berganti-ganti teman lelaki, sekaligus menjadi diva yang nampak tak pernah sempurna secara penampilannya di mata banyak orang.
Ya, dia adalah Taylor Alison Swift atau lebih dikenal dengan nama panggung Taylor Swift, seorang musisi yang lahir di Pennsylvania, Amerika Serikat 31 tahun yang lalu.
Mendulang sukses sejak usia 14 tahun dengan menjadi artis termuda yang direkrut Sony/ATV Music Publishing dan di usia 15 tahun mendapatkan kontrak rekaman pertamanya, Taylor Swift langsung menjadi America's Sweetheart berkat bakat dan pesonanya di atas panggung.
Di usianya yang ke-16 tahun, lagu yang ditulisnya sendiri bahkan memuncaki tangga lagu billboard US dan menjadikannya artis termuda yang memuncaki tangga lagu Billboard Hot Country Song.
Kariernya semakin gemilang saat 2 tahun kemudian atau di tahun 2008 dirinya merilis album keduanya yang bertajuk Fearless. Menjadi best selling album di Amerika Serikat dan diberikan sertifikat diamond berkat jumlah penjualannya, Swift pun kemudian bergelimang prestasi di tahun 2009 dengan puncaknya mendapatkan 4 Grammy Awards dan menjadi musisi termuda saat itu yang mendapatkan penghargaan Album of The Year.
Setelahnya, kita tahu bahwa Taylor Swift lantas berkembang menjadi musisi kelas atas yang karya-karyanya selalu dinanti banyak orang di seluruh dunia.
Mungkin sebagian dari pembaca mengamini bahwa Taylor nampak seperti pribadi yang sempurna. Dia berprestasi sejak usia muda, bergelimang piala dan pengakuan atas kesuksesannya, kaya-raya, bahkan selalu mendapatkan pria yang menjadi idaman banyak wanita.
Dokumenter Miss Americana seakan langsung menarik kita dari imajinasi akan sosok selebriti yang sempurna, kepada kenyataan bahwa Taylor Swift tidaklah sesempurna itu. Ia tetaplah manusia normal yang juga memiliki berbagai problem hidup yang kadang terlalu berat untuk dihadapi.
Namun, yang lebih menarik, film ini bukan menceritakan tentang kehidupan mewah dan gemerlapnya sebagai seorang penyanyi, melainkan proses bangkit dari keterpurukannya dari peristiwa memalukan yang sempat membuatnya trauma dan depresi sehingga ia memutuskan untuk menghilang dari industri musik selama beberapa tahun.
Ada satu adegan dalam Miss Americana di mana dia secara terbuka mengaku bahwa dia berjuang dengan “insecurity” atas bentuk tubuhnya. Swift mengatakan ia sering dirisak dan menghadapi body shaming karena badannya yang dianggap terlalu kurus, sampai akhirnya ia mengalami kelainan pola makan dan berhenti makan karena ketakutan.
Dalam beberapa cuplikan wawancara di acara penghargaan, ia terlihat mendapat pertanyaan yang cenderung melecehkan, bahwa selain membawa piala penghargaan, ia juga bisa membawa pulang banyak laki-laki karena penampilannya. Lelucon-lelucon seksis yang tidak penting kerap kali dilontarkan.
Seiring berjalannya waktu, Swift mengatakan sekarang ia sudah bisa menerima dirinya dan bentuk badannya, karena mengikuti standar kecantikan arus utama adalah sesuatu yang mustahil.
Media tidak henti-henti mengatakan bahwa ini adalah akhir dari karier bermusik Taylor. Kejadian itu membuat kariernya benar-benar terjun bebas, semua rumor dan citra buruk akan dirinya seolah tidak bisa dibendung. Taylor mengalami depresi yang cukup berat, juga diperparah dengan kenyataan bahwa ibunya didiagnosis mengidap kanker. Dia juga menceritakan dirinya yang menjadi korban pelecehan seksual,
Sejak kasus pelecehan seksual yang menimpanya itu Taylor mulai vokal menyampaikan pilihan politiknya. Ia mengampanyekan kesetaraan gender.
Selain memberikan pesan kepada perempuan supaya tidak hidup di bawah ekspektasi orang lain, Swift juga mengajarkan agar kita berani bersuara tentang hal-hal yang ingin kita suarakan. Sering kali keberanian kita bersuara terhalang oleh ketakutan akan apa yang orang lain pikirkan atau justru terhalang oleh konstruksi sosial tentang bagaimana seharusnya menjadi “perempuan baik” . Selama beberapa tahun ia berjuang untuk membangun reputasinya,ia mulai menerima kritik yang kerap kali dilontarkan media tentang dirinya,ia berhasil mengubah batu hujatan menjadi landasan istana.
Pada tahun 2019 di acara American Music Award ia berhasil memborong 9 piala dan dinobatkan sebagai “Artist dan Woman of the Year”. Saat ini Taylor berhasil menciptakan 9 album dan 2 album di tahun yang sama.
Sebelum membahas lebih lanjut, kita bisa bertanya ke diri masing-masing, apakah kita pernah hidup di bawah ekspektasi orang lain?.
Ya, mungkin sebagian dari kita hidup di bawah ekspektasi orang lain, selalu tampil sempurna semata hanya untuk memenuhi tuntutan dan ekspektasi orang lain.
Setiap orang terlahir memiliki kelebihan, kekurangan, ketakutannya masing-masing. Dalam perjalanan kehidupannya, kegagalan maupun kesalahan adalah hal yang tentu menjadi bagian dari pengalaman kehidupan yang dirasakan oleh setiap manusia. Sehingga, kita harus menyadari bahwa bukan hanya kita saja yang akan mengalami kegagalan maupun kesalahan. Setiap orang juga akan mengalaminya, karena hal ini merupakan hal mutlak dari pengalaman kehidupan. Adanya kesadaran mengenai hal itu, akan memudahkan kita dalam menghadapi kesulitan maupun kegagalan yang kita alami.
Pandangan orang lain mengenai kita berada di luar kendali kita dan kita juga tidak dapat mengetahui sepenuhnya. Tidak semua orang akan menyukai kita, tidak semua orang akan setuju dengan kita, tidak semua orang akan percaya dengan kita. Namun, kita juga memiliki pilihan untuk menentukan orang-orang yang layak berada di samping kita untuk dipercaya. Sehingga, alangkah baiknya jika kita tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan hal di luar kendali kita atau berfokus pada hal negatif mengenai diri kita dan juga mengenai lingkungan kita. Alangkah baiknya kita dapat mulai untuk menghabiskan waktu pada hal yang lebih positif, untuk lebih banyak belajar, berkarya, dan melakukan hal-hal yang bisa bermanfaat untuk orang lain.
Menerima diri sendiri dengan segala yang kita miliki memang bukan hal yang mudah. Penerimaan pada diri membutuhkan waktu dan proses. Penerimaan diri artinya ketika kita tidak menjadi musuh bagi diri kita sendiri. Ketika kita merasa nyaman pada setiap kondisi yang kita alami. Ketika kita tidak khawatir terhadap pandangan orang lain kepada kita. Menerima diri juga berarti kita menerima kekurangan yang kita miliki, bukan berarti kita tidak memperbaiki hal tersebut, tapi menerima kekurangan dan mencari cara agar kita dapat meningkatkan hal positif dalam diri kita. Fokus pada hal positif yang dapat kita lakukan, bukan fokus pada hal yang tidak dapat kita ubah. Penerimaan diri juga berarti kita tidak membandingkan diri kita dengan pencapaian orang lain. Memang akan selalu ada persaingan-persaingan, tapi dengan adanya pembandingan tersebut, hal itu tidak akan membuat kita merasa lebih baik.
Selamat berproses dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, Ignite People!
Roma 12:2 TB
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
ROMANS 12:2 :
"And let not your behaviour be like that of this world, but be changed and made new in mind, so that by experience you may have knowledge of the good and pleasing and complete purpose of God."
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: