Nanti Kita Cerita Tentang Tahun Ini : Cerita Anak Muda Batak Tentang Tradisi Mandok Hata

Best Regards, Live Through This, 27 January 2021
Ada beragam cara dalam menyambut tahun baru. Biasanya kita merayakan tahun baru dengan pesta kembang api, BBQ-an, dan meniup terompet. Teman-teman dari etnis Batak juga punya satu tradisi khas dalam merayakan tahun baru. Apakah itu?

In collaboration with Kinanti Dea 


Sudah sebulan kita menjalani kehidupan di tahun 2021 ini. Biasanya di awal tahun, kita memiliki banyak harapan yang ingin diwujudkan di tahun yang baru. Oleh karenanya kita memiliki semangat yang tinggi untuk bisa mewujudkannya. Namun semangat menyambut tahun yang baru ini kurang begitu terasa di awal tahun 2021.  Bagaimana tidak, pandemi covid-19 masih berlanjut, bahkan sampai sekarang. Seluruh dunia akhirnya memasuki 2021 dengan kesunyian. Tidak ada pesta kembang api, konser musik, meniup terompet, dan pesta dengan teman-teman. 


Tetapi, tidak ada kembang api bukan berarti tidak ada tahun baru. Masih ada cara lain untuk menyambut tahun yang baru. Ada pula tradisi yang dimiliki oleh suku Batak untuk merayakan tahun baru, yaitu tradisi mandok hata. 


Guna mendapat informasi yang aktual, kami mewawancarai teman-teman kami yang berasal dari etnis Batak via Google Meet. Kami tidak hanya mewawancarai mereka yang ada di tanah asli. Kami juga mewawancarai teman kami yang ada di tanah perantauan. 


Apa itu Mandok Hata?

Secara harafiah, Mandok Hata berarti membuat kata-kata. Mandok Hata merupakan tradisi Batak yang sudah ada beratus-ratus tahun dan masih dilestarikan keberadaannya hingga saat ini. Menurut teman-teman kami, kapan tradisi ini pertama kali dimulai masih belum diketahui. Kemungkinan tradisi ini sudah ada sebelum Kekristenan masuk ke tanah Batak. Namun tidak menutup kemungkinan jika tradisi ini baru ada setelah Kekristenan masuk ke tanah Batak.


Mandok hata dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga besar. Mandok Hata tidak hanya dilakukan pada saat tahun baru, tetapi juga pada acara melayat, pernikahan, atau acara adat Batak lainnya.


Apa saja yang dilakukan? Semua anggota keluarga akan melakukan doa bersama terlebih dahulu. Khusus saat tahun baru para anggota keluarga menyampaikan ucapan syukur dan mengakui kesalahan di tahun sebelumnya. Selain itu, setiap orang dalam keluarga menyampaikan harapan-harapan/resolusi untuk tahun selanjutnya atau tahun yang baru,  juga nasihat-nasihat yang ditujukan untuk semua anggota keluarga secara personal.


Kapan acara dimulai? Mandok Hata selalu diawali pukul 00.00 tepat pada saat pergantian tahun baru. Setelah itu dilanjut dengan ucapan-ucapan tiap anggota keluarga hingga selesai. 


 Berapa lama mandok hata digelar? Ketika teman-teman kami mendengar ini, mereka langsung menghela nafas. Mengapa demikian? karena acara ini sangat lama berlangsung. Mereka sepakat mengatakan bahwa acara ini tidak ada batasan waktu dalam menyampaikan maaf dan harapan. Penyampaian ini diawali oleh anggota keluarga yang paling muda hingga yang paling tua. Jika ada balita disitu, maka balita itu akan dilibatkan jika dia sudah berusia 3 tahun dan sudah bisa berbicara. Karena masih belum mengerti apa-apa, maka yang disampaikan juga sangat sedikit. 


Semakin besar usianya, maka semakin banyak yang disampaikan. Oleh karena itu, teman-teman kami akan diuji kesabarannya ketika tiba giliran orang tua yang berbicara. Belum lagi jika keluarga besar benar-benar hadir secara lengkap dalam acara ini. Waktunya tentu menjadi sangat panjang. Bahkan bisa jadi acara baru akan selesai pukul 6 pagi.


Karena cukup panjang, teman-teman sudah sangat lelah. Sehingga mereka tidak sempat merayakan tahun baru seperti pada umumnya; menyalakan kembang api, meniup terompet, makan barbeque, dll. Jika mandok hata selesai sebelum pukul 4 pagi, mereka masih punya kesempatan sesaat untuk bermain kembang api.


Di tanah rantau, mandok hata tetap dilangsungkan seperti di kampung halaman. Perbedaannya terdapat di keluarga. Di tanah rantau, tidak semua keluarga bisa berkumpul. Hanya keluarga yang ada di tanah rantau itu saja yang mengikuti. Jika memungkinkan, maka mereka akan pulang ke kampung halaman.


Bagaimana rasanya saat mandok hata berlangsung? Tentu mereka merasa deg-degan saat menunggu giliran. Mereka diminta untuk menyiapkan kata-kata secara sistematis. Tetapi saat giliran berbicara, mereka lupa apa saja yang akan mereka sampaikan karena grogi. Walaupun demikian, mereka harus tetap berbicara sampai selesai. Saat itu mereka merasa sedih, terharu, menyesal, ada niat untuk berubah Bahkan air mata pun kadang menetes saat berbicara. Perasaan tersebut mulai berganti menjadi rasa lega ketika sudah selesai berbicara. 


Terakhir, mereka memiliki harapan agar tradisi ini terus berjalan dan dipertahankan. Bagi mereka, tradisi ini merupakan salah satu momen untuk bisa berkumpul bersama keluarga, apalagi jika ada sanak saudara yang belum pernah bertemu. Serta mereka berharap kedepannya masyarakat menganggap tradisi ini bukan sebagai suatu hal yang negatif, melainkan sebuah adat yang harus dilestarikan keberadaannya. 


Apa kata Alkitab?

Alkitab tidak secara eksplisit menyebutkan adanya tradisi yang serupa dengan tradisi mandok hata. Namun Alkitab memberikan pelajaran yang dilakukan dalam mandok hata. 


  1. Menghormati orang tua

Alkitab memberikan perhatian terhadap penghormatan kepada orang tua. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru konsisten mengajarkan anak-anak untuk mendengarkan serta menaati ajaran dan perintah orang tua (Amsal 1:8; Matius 15:4; Kolose 3:20). Bahkan Alkitab memberikan janji kepada anak-anak yang menghormati orang tuanya, yaitu kebahagiaan dan umur yang panjang (Ulangan 5:16; Amsal 3:2). 


Poin ini sangat penting dalam mandok hata, karena semua anggota keluarga mulai dari yang termuda sampai yang tertua hadir disini. Maka semua harus bisa saling menghormati. Ketika orang tua berbicara, maka anak-anak muda harus mendengarkan dengan baik serta menaatinya. Pesan-pesan yang diberikan orang tua ini sangat menolong anak-anak untuk menggapai resolusi yang dimiliki serta membuat hidup menjadi lebih baik. 


  1. Mengampuni sesama

Rekonsiliasi (pengampunan) adalah salah satu topik penting dalam Kekristenan. Yesus mengajar kepada kita seperti pada nats berikut :


Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah Dia.

(Lukas 17:3)


Dari nats di atas, cukuplah jelas bahwa sebagai umat-Nya kita harus bersedia untuk mengampuni siapapun yang mau bertobat. Yesus juga mengajar kepada kita untuk mengampuni tanpa kenal batas (Matius 18:22).


Pengampunan ini juga merupakan poin penting dalam mandok hata. Ketika ada anggota keluarga yang mengakui kesalahan di tahun lalu, maka seluruh anggota keluarga yang lain harus bisa memaafkan kesalahan itu. Jadi ada kedamaian dalam keluarga sehingga kehidupan boleh berjalan dengan baik di tahun yang baru.


  1. Menjaga hubungan baik antar sesama anggota keluarga

Keluarga merupakan “lembaga” pembentukan diri seseorang yang paling awal. Kasih sayang, kedamaian, dan kerukunan muncul pertama kali juga dari keluarga. Oleh karena itu, pemazmur mengatakan :


Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya,

apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!

Mazmur 133:1b


Ayat ini diimplikasikan ke dalam mandok hata. Setelah mengakui kesalahan dan saling memaafkan, kedamaian dan kerukunan dapat tercipta. Dengan terciptanya kedamaian dan kerukunan, kehidupan boleh berjalan dengan baik tanpa adanya konflik dalam keluarga.






Terima kasih kepada :

Lodriko Geovandi Sinaga -HKBP Aek Natolu resort Lumban Julu, Distrik IV-Toba, Kabupaten Toba. 

Nisya Nainggolan -GKJ Wates, Yogyakarta

Raymond Fernando Simanjuntak -GKPI Jemaat Khusus Pulo Brayan, Medan

Rommy R. Pasaribu -GKPI Hutaraja resort Sipoholon II Wilayah VI, Tapanuli Utara

Yohana Jessica Tambunan -GKI Kebon Bawang, Jakarta

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER