You are the healing The loving The touching You are the laughing You are the dancing Jesus, Verb of God You are the moving-move in me -Author unknown
Apakah kita pernah melihat ada yang menari ketika beribadah di gereja? Apakah kita memperhatikan tarian tersebut? Apakah ibadah terkesan lebih megah dengan kehadiran tarian itu?
Hai teman-teman pembaca, bingung gak sama pertanyaan di atas? Apasih hubungan pertanyaan itu dengan apa yang mau aku sharing kan di sini?
Sebelumnya perkenalkan dulu, namaku Aurima, saat ini sudah bekerja sebagai guru tari di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Jakarta, dan bergereja di GKI Surya Utama. Kenapa aku mau sharing tentang ini? Karena memang aku sudah mendalami tari selama aku kuliah di ISI Yogyakarta dan lebih mendalami tari liturgi di University of Limerick, Ireland. Di sini aku akan ceritakan pengalamanku dalam berkecimpung di dunia tari dalam ibadah.
Tari dalam ibadah atau biasa kita kenal dengan Liturgical Dance, merupakan metode atau cara lain kita beribadah atau berdoa. Itu penjelasan super singkatnya. Lalu apa bedanya dengan tari yang pernah kita lihat di social media dari gereja tetangga? Aku nggak bilang gereja tetangga salah ya, tapi ini dari perspektif aku pribadi. Kita bisa lihat perbedaannya dari jenis tari yang dibawakan. Aku juga nggak bilang mereka seutuhnya salah. Tapi mari kita pelajari lebih dalam, kapan kita bisa melihat tarian itu sebagai ritual dalam ibadah atau hanya ditontonkan saja?`
Tarian sebagai ritual, ketika tarian itu bisa “menggantikan” salah satu ritual dalam ibadah tanpa mengganti atau melanggar liturgi yang sudah ada pakemnya. Misalnya, kita membaca Doa Bapa Kami setelah doa syafaat, nah kita bisa juga menari ketika Doa Bapa Kami.
Lalu muncul pertanyaan:
Apakah ada yang contohin narinya?
Apa ada yang menari di depan mimbar?
Apakah umat ikut menari?
Jawabannya YES.. tapi khusus yang terakhir ngga ada paksaan ya, karena cara orang berdoa/beribadah itu beda-beda. Lalu di bagian mana aja kita bisa menari atau melihat Liturgical Dance itu? Di mana saja, dari prosesi sampai ke berkat bahkan pembacaan Alkitab, semua bisa ditarikan.
Hal paling spesial dari Liturgical Dance dengan tari yang lain adalah, gerakannya sangat simpel. Kita tidak melihat nilai estetik dari koreografi itu. Yang kita liat adalah pesan atau simbol yang diperlihatkan dalam koreografi itu. Nilai estetik itu cuma nilai plus aja, bukan intinya. Karena gerakan yang dibuat untuk Liturgical Dance ini merupakan gerakan-gerakan simbolisasi dari simbol-simbol di dalam gereja yang kita miliki, misalnya simbol salib, simbol menerima berkat, dan banyak juga alasan-alasan kenapa kita ada posisi berdiri dan duduk di bagian tertentu, dan kenapa setiap minggu warna liturginya beda-beda. Nah simbol-simbol itu semua bisa kita masukan ke dalam tarian kita, entah dari bentuk tangan, warna kostum, serta ekspresi. Kemudian yang paling penting, membuat koreografi untuk Liturgical Dance nggak bisa sembarangan, harus tau dasar-dasar liturgi tersebut, dan tentunya pengetahuan dalam membuat suatu koreografi, karena Litugical Dance berbeda dengan Lyrical Dance, Liturgical merupakan sebuah media kita beribadah, bukan suatu pertunjukan.
So, yuk kita menaikkan doa kita dengan menari.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: