Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. (Fil 4:12)
Dark Financial
Pada awal pandemi Covid-19 di sekitaran bulan Maret tahun ini, aku mengalami babak baru dalam kehidupanku. Bukan sesuatu yang baik namun sesuatu yang justru menurutku buruk bahkan sangat buruk. Karena dampak covid 19 juga berimbas ke tempat kerjaku, aku harus mengalami dark financial (aku menyebutnya seperti itu). Aku yang saat ini menjadi pemimpin di sebuah tempat pelayanan, terpuruk di dalam kekhawatiran dan ketakutan karena kondisi finansial yang morat marit. Bagaimana tidak, beberapa klien kami memutuskan kontrak kerjasama sehingga pemasukanpun menurun drastis. Hal ini membuat aku tidak mampu membayar gaji karyawanku bahkan gajiku sendiri. Sungguh miris.
Memasuki bulan April aku tidak bisa melakukan apa-apa. Awal bulan di mana biasanya aku harus membayarkan gaji karyawan, kali ini aku tidak mampu untuk membayarnya. Ini kenyataan yang sangat menyakitkan. Bagaimana aku harus menjelaskan kondisi ini kepada mereka? Aku mencoba membuka ruang percakapan kepada beberapa orang dengan harapan aku bisa mendapatkan bantuan namun hasilnya mengecewakan aku tidak mendapatkan apa-apa. Khawatir, kecewa dan berbagai perasaan negatif lainnya membuat aku frustasi. Aku berusaha untuk tertawa dan terlihat bahagia serta berusaha tegar namun di dalam hati, aku hancur. Hingga akhirnya, aku memberanikan diri untuk mengatakan kepada karyawanku bahwa bulan ini aku belum bisa membayarkan gaji mereka dan aku juga katakan bahwa aku belum tahu kapan waktu yang pasti aku bisa membayarnya. Namun, aku berjanji akan berusaha sebaik-baiknya agar bisa membayarnya dan berusaha agar tetap bisa bertahan bersama-sama.
Aku bersyukur kepada Tuhan bahwa mereka bisa mengerti dan terus mendukungku dengan tetap melakukan aktifitas pelayanan kami. Salah satu berkat yang Tuhan berikan kepadaku yaitu kesetiaan, dan kepercayaan dari orang-orang terdekatku. Dan seperti yang sudah aku janjikan bahwa aku akan berusaha sebaik mungkin, agar dapat terus bertahan dan bisa membayarkan gaji mereka, terus aku lakukan namun hal itu ternyata tidak semudah mengucapkannya karena hampir semua orang ataupun usaha terkena dampak dari pandemi Covid-19 sehingga untuk meminta bantuan kepada orang lain rasanya cukup mustahil. Setiap hari, aku harus membawa beban ini, dan mulai membuat aku mengalami sesak nafas (aku memiliki riwayat psikosomatik jika mengalami stress yang berlebihan) seringkali aku memikirkan orang-orang yang seharusnya membantu namun tidak membantu membuat aku sering marah dalam hatiku. Kecewa, mengapa dalam pelayanan sekalipun hal ini tetap terjadi, mengapa kami tidak diperhatikan, mengapa sepertinya kami tidak dianggap dan berbagai pikiran lainnya mulai merasukiku. Sampai pada satu titik aku menyerah, aku sadar bahwa aku tidak boleh hidup dalam pikiran seperti itu. Aku pun bangkit perlahan dan mulai membuka diri kembali untuk membuka komunikasi ke beberapa teman dekatku.
Hal ini membuat kami mendapatkan bantuan. Ada yang memberi kami beras, ada yang meberi kami persembahan dan ada yang memberi kami sembako. Hal ini cukup membantu sehingga kami dapat bertahan. Aku mencoba untuk memperkatakan kata-kata yang memberkati tempat pelayananku bahwa Tuhan akan membuat tempat pelayananku menjadi lumbung saluran berkat-Nya, aku katakan bahwa hidupku dan orang-orang disekitarku diberkati dan hal ini berhasil mengubah cara pandangku. Aku bersyukur untuk berkat terkecil sekalipun dan ini membawa aku mengalami kemajuan dalam kehidupan rohaniku.
Saat ini keadaan kami belum berubah, masih sering terlambat terima gaji namun hal ini tidak lagi mengganggu hari-hariku. Setelah semuanya itu, pada suatu pagi Tuhan berbicara secara pribadi kepadaku di saat itu aku sedang mempersiapkan bahan untuk pelayananku. Secara lembut Tuhan berkata di dalam hatiku, “Bagaimana mungkin kau berkata bahwa Tuhan akan memelihara hidup orang lain ditengah-tengah pandemi Covid-19, jika kamu sendiri tidak mengalaminya”. Suara itu demikian lembut namun seakan menghujam jantungku. Aku mendapatkan sebuah penegasan yang sangat dalam tentang bagaimana Tuhan membawaku bertemu muka dengan muka pada situasi dan kondisi yang aku sebut sebagai dark financial. Namun, dalam kondisi tersebut Tuhan menyatakan kehadiran-Nya dan kuasa-Nya agar pengalaman hidupku dalam pelayanan dapat memberkati orang lain. Aku bersyukur.
Nitha Fenhita
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: