Jangan Takut "Berbeda"

Best Regards, Live Through This, 13 June 2020
"Jangan takut atau malu menjadi 'berbeda', karena Tuhan akan selalu menyertai."

Besok adalah hari dengan jadwal ujian yang sulit bagi Lala. Bahkan mungkin bukan bagi Lala sendiri, melainkan juga untuk teman-temannya. "Aduh, bisa tidak ya? Besok saya mengerjakan soal-soal," kata Lala dalam hati. "Ah, tapi saya tidak boleh menyerah. Saya harus melakukan dengan baik apa yang menjadi bagian saya. Saya harus belajar dengan giat lagi!" 

Dag dig dug dag dig dug dag
Bunyi irama jantung Lala yang semakin kencang saat petugas memberikan lembar soal ujian.

"Sebelum mengerjakan soal-soalnya, terlebih dahulu berdoa menurut kepercayaan masing-masing," kata Pak Tono yang seakan tahu kalau Lala butuh ketenangan. Selesai berdoa, irama jantung Lala sudah mulai stabil. Lala pun mulai mengerjakan soal-soal. Sementara mengerjakan, petugas ujian keluar dari ruangan ujian. 

"Ayo ayo, kita kerja sama. Keluarkan buku catatannya," kata teman-teman Lala yang lain. Tampak di sekelilingnya teman-teman sudah duduk berkelompok. Mereka pun mengeluarkan handphone masing-masing dan saling mengirim jawaban.


Lala masih terus mengerjakan soal ujian sendiri. Namun lama-kelamaan, Lala sudah tidak bisa mengerjakannya lagi. Keinginan untuk menyontek pun mulai ada. Bahkan Lala ditawari jawaban oleh teman-temannya.

"Kalau aku tidak melihat jawaban dari teman-teman atau tidak membuka catatanku pasti aku tidak akan lulus. Masa aku saja yang nanti tidak lulus? Hmm..." Pikiran Lala berkecamuk. "Tapi... Aku, kan, sudah berkomitmen untuk tidak menyontek, bertanya, atau memberi jawaban saat ujian. Lagi pula, sebelum ujian, kan, aku sudah berdoa. Ah, sudahlah..."

Lala pun akhirnya hanya mengerjakan soal-soal yang ia bisa kerjakan dan langsung mengumpulkan pada meja petugas.


***


Halooo, Ignite People...

Ada yang bisa tebak hasilnya Lala?  Apakah ia pasti lulus? Ataukah tidak lulus?

Sebenarnya cerita Lala di atas adalah gambaran dari pengalaman saya yang mau saya bagikan kepada Ignite People.

Di jurusan saya, selain ujian, hampir setiap hari selalu ada pre-test sebelum praktek dan setelah praktek ada post test. Kami diharuskan lulus; jika tidak lulus, maka kami tidak boleh mengikuti praktek. Keadaan ini membuat tak sedikit orang menghalalkan segala cara untuk bisa lulus. Sebelum saya mendapat pemahaman yang benar, saya terkadang masih bertanya bahkan bekerja sama dengan teman saat ujian. Namun anehnya, saya pasti tidak lulus. Saya memang belajar, hanya tidak percaya diri. Takut tidak lulus, misalnya.

Ketika saya sudah mulai terbina dalam KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) dan mulai mendapatkan pemahaman yang benar, saya pun mulai berkomitmen untuk tidak lagi seperti dulu. Saat saya mulai berkomitmen untuk mengerjakan ujian dengan jujur, tantangan dan godaannya banyak sekali. Tidak jarang saya mendapat soal-soal yang tidak bisa dikerjakan lagi, sementara di saat yang sama peluang untuk melakukan hal yang tidak benar itu sangat besar. 

Menjawab akhir cerita Lala di atas, jawabannya adalah lulus. Ya, saya kadang-kadang tidak mengerti dengan cara kerja Tuhan. Soal-soal yang sudah tidak bisa saya kerjakan lagi, saya tidak akan mengerjakannya atau saya kosongkan. Kalau pun bisa menjawab seadanya, saya menjawab seadanya. Toh saya berpikir kalau saya sudah belajar dengan sebisa saya dan kalau memang belum lulus, ya saya harus belajar lagi. Namun, ajaibnya adalah saya selalu lulus.

Saya pun pernah ditertawakan oleh teman-teman, bahkan kakak tingkat pun seolah menertawakan saya karena nilai saya yang pas-pasan dengan standar kelulusan. Teman-teman yang lain lulus dengan nilai yang cukup tinggi. ateri Jujur saja, materi ujiannya cukup sulit. Namun, saya tetap berbangga karena tidak ikut berbuat curang dalam ujian tersebut.



"Tidak ada berkat yang mendahului ketaatan," kata salah satu dosen. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk jangan pernah malu atau takut untuk menjadi "berbeda" selama hal itu benar di mata Tuhan. Tuhan akan selalu menyertai anak-anak-Nya yang berintegritas teguh pada firman-Nya dan tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri, seperti kata Amsal 3:5-8:


"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,

dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

Akuilah Dia dalam segala lakumu,

maka Ia akan meluruskan jalanmu.

Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,

takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan;

itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu

dan menyegarkan tulang-tulangmu."


Melalui tulisan ini, bukan berarti saya mau menunjukkan bahwa saya sudah sempurna dalam berintegritas. Namun, saya juga kembali diingatkan untuk terus belajar melakukan hal-hal yang benar dan kembali mengingat penyertaan-penyertaan Tuhan saat melakukan hal-hal yang benar. Ditambah lagi, saat sudah bekerja, saya merasakan dampak nyata dari tidak menyontek selama masa kuliah dulu. Jadi, mari berjuang bersama, ya, Ignite People.

Soli Deo Gloria!

LATEST POST

 

Respons terhadap Progresive ChristianityIstilah progresive Christianity terdengar belakangan ini. Ha...
by Immanuel Elson | 19 May 2024

 “…. terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari...
by Rivaldi Anjar | 10 May 2024

Tanpa malu, tanpa raguTanpa filter, tanpa suntinganTiada yang terselubung antara aku dan BapaApa ada...
by Ms. Maya | 09 May 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER