Cuma takut ujungnya nggak sesuai harapan, dan lupa cara untuk bangkit. Tapi...
Di tengah pandemik ini rasanya sulit untuk menerima keadaan, sulit untuk bisa keluar dari zona nyaman. Terkadang aku pun kuatir untuk berharap pada sesuatu pun, kuatir kalau ujungnya malah jadi tidak sesuai harapan.
Bagi saya, tahun 2020 ini menjadi tahun yang sulit untuk dijalani. Saya adalah seorang mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi swasta. Tahun ini saya sudah merencanakan untuk mengambil Semester Pendek (SP), namun saya sadar kondisi keluarga yang sangat tidak mendukung hal ini untuk terwujud. Di tahun depan, saya berencana untuk KKL dan 2 tahun lagi saya ingin sudah lulus. Namun rencana manusia belum tentu menjadi rencana Tuhan, bukan? Di tengah pandemik seperti ini, rasanya jadi sulit sekali untuk bisa mendapatkan dana sebesar itu; dan lagi, dana SP jelas lebih mahal dari dana kulian semester biasa.
Dari situ saya belajar untuk hanya bergumul dan berdoa. Di awal pergumulan, saya mulai berdoa hingga rasanya saya tidak bisa berkata-kata lagi; hingga pada akhirnya, saya pun tak kuasa menahan air mata. Dalam doa, saya pun hanya 'meminta' namun tetap muncul keraguan dalam hati saya, seakan-akan Tuhan sepertinya tidak mau mendengar doa saya. Rasa kuatir itu muncul; namun, suatu hari saya mendengar sebuah khotbah online di Youtube, di mana sang pendeta mengatakan,
"Don't worry! Kamu berhak untuk meminta kepada Bapa asal hatimu sudah siap dan percaya. Bukan hanya percaya tapi siapkanlah hatimu untuk menerima apa pun jawaban dari Tuhan."
Dari sana saya merasa ditegur oleh Tuhan, dan saya merubah doa saya menjadi lebih berserah dan percaya, apa pun yang terjadi di dalam hidup saya, itu sudah atas seizin Allah.
Akhirnya, saya sampai pada satu titik di mana 2 minggu lagi saya harus sudah mendaftar dan membayar untuk perkuliahan; namun sampai saat itu, saya masih belum bisa menentukan akan mengambil Semester Pendek atau tidak, karena dana belum tersedia. Dan semakin sedih hati saya, saat teman-teman sudah berdiskusi membicarakan mata kuliah apa saja yang mau diambil, dll.
Di situ saya datang kepada Tuhan dengan menangis dan berserah. Setelah itu saya mendengarkan kotbah online lagi dan setelah kotbah selesai, tiba-tiba muncul satu nama dalam pikiran saya. Saya bermaksud untuk bercerita dan mengeluarkan keluh-kesah yang selama ini saya pendam padanya. Akhirnya, saya kirim pesan di WA, berlanjut curhat semuanya sambil menangis. Di akhir curhatan, saya mengatakan bahwa saya hanya butuh bercerita dan tidak mengharapkan apa pun; karena yang saya butuhkan saat itu adalah pendengar yang baik. Namun, tiba-tiba teman yang saya ajak curhat ini berkata dia ingin membantu saya.
Jujur, saya seperti tersetrum listrik dan otomatis keringat dingin mengalir. Saya memastikan kembali padanya, motivasi saya bercerita hanya untuk didengar, tidak lebih dari itu. Ia kembali berkata, ia cuma ingin membantu, benar-benar mau bantu tanpa ada unsur apa pun. Saya meyakininya untuk kesekian kali untuk coba pikir-pikir dulu, mengingat kondisi ekonomi di saat seperti ini, tentu ia banyak juga kebutuhan pribadi. Ia pun meyakinkan saya lagi, bahwa ia menolong saya dengan tulus.
Saya menangis dan langsung mengucap syukur kepada Tuhan. Saya merasa berdosa sudah meragukan Tuhan dan takut kecewa, padahal Firman Tuhan menyatakan,
"RancanganKu bukanlah rancanganmu."
Mungkin Tuhan hanya ingin saya berjuang dengan percaya akan janjiNya. Bagi Tuhan, tentu mendanai SP saya sangatlah mudah tapi Ia ingin saya berproses dalam iman untuk percaya padaNya.
Semua rencana Tuhan mendatangkan damai sejahtera dan membangkitkan jiwa kita untuk terus berkarya dalam Kristus. Saya percaya waktu Tuhan itu terbaik dahulu sekarang dan sampai selamanya. Ia sangat mengasihi kita semua.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: