Yang mau kita basmi itu virusnya, bukan manusianya.
Akhir-akhir ini dunia dihebohkan dengan adanya virus Corona. Awalnya, orang Indonesia masih cukup congkak dengan keyakinan bahwa belum ada yang positif terjangkit virus tersebut di Indonesia. Dan bahwa orang Indonesia terlalu kebal untuk virus tersebut karena pengalaman gaya hidup selama ini.
Tiba-tiba semuanya berubah...
Setelah ada berita positifnya dua WNI terjangkit virus Corona ini, seketika seluruh Indonesia heboh. Orang-orang berbondong-bondong ke supermarket untuk membeli keperluan pokok dan makanan instan. Produk antiseptik, masker, dan lainnya juga habis diborong dan bahkan sampai ada yang memanfaatkan untuk menjualnya dengan harga sangat tinggi.
Media juga tidak terlalu membantu. Beberapa media memang masih memberitahukan fakta yang juga membantu menenangkan situasi. Tapi tidak jarang, media juga membuat situasi menjadi lebih panas dengan bahasa penyampaian berita mereka yang berlebihan. Belum lagi broadcast lewat social media yang terkadang tidak jelas sumbernya dari mana.
Tidak sedikit juga orang-orang yang menjadi parno dan overthinking. Bahkan ada yang menjadi rasis terhadap orang-orang tertentu hanya karena penampilan fisik orang tersebut.
Dua orang WNI yang sudah positif terjangkit virus Corona ini juga menjadi sorotan publik. Banyak yang lupa bahwa mereka ini juga adalah korban. Mereka ini juga punya perasaan, punya keluarga. Mereka pun tidak ingin sakit. Mereka yang juga berusaha menjaga kesehatan mereka. Mereka yang tidak berniat mencelakai atau menularkan kepada siapa-siapa. Namun mereka juga yang terkena berita miring dan akhirnya membebani mental dan nama baik mereka.
Sadarkah kita, ada jutaan alasan kenapa kita bisa sakit dan meninggal, tidak hanya virus ini. Apakah karena begitu takutnya kita terhadap kematian akibat virus ini, justru malah menghilangkan rasa kemanusiaan kita?
Bahan pangan habis diborong oleh mereka yang "kaya". Bagaimana untuk kebutuhan pangan mereka yang miskin? Mereka makan apa?
Hal-hal berbau kesehatan seperti masker, antiseptik, dan lainnya juga habis diborong oleh mereka yang "kaya" dan mungkin cenderung "sehat". Bagaimana dengan mereka yang tidak seberuntung itu? Bagaimana dengan mereka yang memang membutuhkan, seperti para petugas medis? Atau mereka yang memang sakit?
Hey, it's not the end of the world! Have some faith!
Ada begitu banyak hal yang bisa membuat setiap kita mati dan kita tidak punya kontrol terhadap hal tersebut. Yang kita bisa kontrol adalah diri kita sendiri. Bagaimana kita menjaga kesehatan diri kita sendiri dengan makan makanan yang bergizi, menjaga kebersihan diri, tidur yang cukup, minum air yang cukup, berolahraga, dan lainnya.
Kita pun juga seharusnya bisa mengontrol respons dan sikap kita terhadap hal-hal ini. Berhati-hati itu perlu, tapi tidak berarti kita jadi lupa dengan rasa kemanusiaan kita. Yang mau kita basmi itu virusnya, bukan manusianya. Jangan sampai kita lupa untuk mengasihi sesama kita. Berbagilah! Tidak perlu menjadi egois dan menimbun untuk keperluan diri sendiri. Beli secukupnya agar orang lain yang membutuhkan tetap bisa membeli. Dan jangan juga jadikan ini kesempatan untuk meraup untung lebih banyak. Pikirkanlah orang lain.
Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. - Matius 22:39
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. - 2 Timotius 1:7
Jadi, apakah kita mau memilih selamat dari virus Corona tapi mati secara rasa kemanusiaan?
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: