Kita tidak perlu meragukan kasih-Nya. Hanya saja bila kita tak kunjung berubah, agaknya kita yang justru perlu untuk menyangsikan kasih kita kepada Dia.
Kesalahan terbesar banyak orang yang mengaku Kristen adalah berpikir bahwa keberadaannya atau keadaannya saat ini sudah cukup untuk diberi label sebagai 'Kristen' atau pengikut Kristus. Padahal menurut sejarahnya, seseorang disebut Kristen bukan karena dirinya sendiri yang memanggil demikian, melainkan orang lain yang memberi label tersebut sebab hidup orang itu seperti Kristus yang hidup pada dua milenium yang lalu.
Pada kenyataannya, banyak orang hari ini menurunkan standar yang harus dicapai untuk menjadi seorang Kristen atau pengikut Kristus. Mereka berpikir dengan beragama, datang ke gereja setiap hari Minggu, ikut berbagai ibadah lainnya, memberi persembahan untuk gereja, dan lain sebagainya dianggap sudah cukup menjadi tanda seseorang menjadi Kristen. Mereka juga berpikir bahwa dengan bermoral baik saja sudah cukup, asalkan tidak menimbulkan masalah. Apakah cukup demikian? Ini semua adalah cara berpikir keliru.
Dalam Matius 7:21-23, dengan jelas Tuhan Yesus mengatakan bahwa bila kita tidak melakukan kehendak Bapa, maka kita tidak dikenal-Nya. Tuhan menghendaki hidup yang tidak hanya melakukan hal-hal yang telah disebutkan di atas, tetapi lebih dari itu semua, yang Dia kehendaki adalah melakukan kehendak Bapa dalam segala hal. Inilah yang terutama. Maka, dalam perjalanan hidup setiap hari, setiap orang Kristen dituntut untuk mempertanyakan kepada diri sendiri terkait sudah tidaknya dia melakukan kehendak Bapa.
Kita, manusia, adalah seperti sebuah pohon. Melakukan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Bapa, menentukan buah apa yang kita hasilkan dari hidup kita. Hal ini didukung dengan tidak sedikitnya narasi dalam firman, khotbah, video singkat, hingga kidung pujian yang mendorong kita untuk menghasilkan buah dalam kehidupan. Namun, tidak banyak dari kita memerhatikan dengan serius, sudahkah kita berbuah dan sudahkah buah yang kita hasilkan itu baik?
Matius 7:17 mengatakan,
"Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik."
Orang-orang yang mengasihi Tuhan, membuktikan cintanya dengan hidup yang melakukan kehendak Bapa. Dengan begitu, hidupnya akan indah karena menghasilkan buah-buah kehidupan, yang baik, berkenan dan sempurna di mata Tuhan. Buah-buah ini tidak hanya dinikmati oleh Tuhan, tetapi juga menjadi hadiah bagi orang-orang di sekeliling kita. Dari firman ini, kita diingatkan bahwa kecintaan seseorang terhadap Tuhan dilihat dari buah yang dihasilkannya.
Sebaliknya kita harus mengakui bahwa dalam banyak kesempatan, justru kita memanfaatkan hidup ini untuk hal-hal yang tidak berkenan di mata-Nya. Dalam banyak perbuatan kita justru melukai hati Tuhan. Bila harus jujur, buah yang kita hasilkan bagi-Nya adalah buah yang tidak sempurna, tidak utuh dan bahkan busuk. Bisakah saudara bayangkan, dengan sukacita berlimpah saudara menikmati buah yang busuk separuh bahkan seluruhnya? Bila manusia saja tidak akan nyaman dengan mengonsumsi buah yang busuk, bagaimana kita bisa dengan tidak berperasaan memberi persembahan, buah yang busuk bagi-Nya?
Tuhan tidak bisa menikmati buah-buah yang busuk.
Photo by Maria Teneva on Unsplash
Tuhan memang menebus dosa kita. Dia juga 'memaklumi' setiap kesalahan yang kita buat yang merupakan dosa atau perbuatan yang meleset dari kehendak-Nya. Sembari kita terus berubah untuk mengasihi Dia secara patut. Kita tidak perlu meragukan kasih-Nya. Hanya saja bila kita tak kunjung berubah, agaknya kita yang justru perlu menyangsikan kasih kita kepada Dia. Apa benar kita telah mengasihi Dia? Percaya kepada Allah dibuktikan dengan kesediaan untuk menyerahkan diri, seutuhnya dalam kehendak-Nya. Menyembah-Nya berarti memberikan penilaian tertinggi hanya bagi Dia, artinya tidak boleh ada kekasih yang lain dalam hati kita.
Dalam Roma 12:2, dikatakan,
"Dan janganlah menjadi serupa dengan zaman ini, tetapi biarlah kamu diubah oleh pembaruan pikiranmu, agar kamu membuktikan apa itu kehendak Allah, yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. (Terj. MILT)"
Firman ini jelas menunjukan bahwa kita dipanggil untuk menantang zaman. Kita mengakui bahwa sudah banyak kegagalan yang kita alami dalam mencintai Dia. Tetapi, Allah mau kita berubah. Kapan? Hari ini. Ya, hari ini. Jangan menunda sebab dunia semakin jahat dan semua orang tengah ditarik oleh dunia untuk mengkhianati Tuhan. Jangan sampai kita menyesal bila suatu saat tidak bisa kembali kepada-Nya, sebab hari ini kita tidak memutuskan untuk bertobat.
Standar yang kita kejar bukan sekadar menjadi orang baik, sebab tanpa Yesus pun manusia masih bisa menjadi orang baik. Ini dibuktikan dengan adanya orang-orang yang saleh dari mereka yang bukan pengikut Yesus. Orang-orang yang menyebut dirinya Kristen, dipanggil untuk sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus. Kita dipanggil untuk sempurna dan kudus di mata-Nya, dan itu mungkin. Kita, dalam kehendak bebas kita, diberi Dia kebebasan untuk menentukan pilihan. Maukah kita memilih Dia?
Sebagaimana pesan Paulus dalam Roma 12:2, kita dipanggil untuk membaharui pikiran sehingga merdeka dari segala rupa keinginan dunia. Pertobatan memang tentang perubahan pikiran. Karenanya, kita bertobat dengan cara menyediakan diri untuk mengenali kehendak-Nya. Investasikan waktu untuk merenungkan firman-Nya, memperkarakan setiap kehendak-Nya dalam segala hal, segala hal yang kita perbuat.
Pertobatan, hidup yang berbuah baik, dimulai dengan kesediaan. Tuhan akan membukakan jalan, bila kita bersedia, meminta, mencari dan mengetuk pada-Nya. Adakah Tuhan menghambat jalan orang yang mau mencari dan mengasihi Dia? Tentu tidak. Maka, bila kita tak kunjung sampai terhadap cinta yang utuh akan Dia, selidikilah hidup kita. Barangkali masih banyak hal-hal yang kita cintai dan tak ingin kita lepaskan, yang karenanya membuat kita terhambat untuk membuktikan cinta pada-Nya. Mari lepaskan itu semua dan milikilah Dia.
Tuhan menolong kita.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: