Apa yang berbicara lebih bising dari tutur kata manusia? Tindakan.
Ku mau cinta Yesus selamanya.
Ku mau cinta Yesus selamanya.
Meskipun badai silih berganti dalam hidupku.
Ku mau cinta Yesus selamanya.
Penggalan lagu ini tentu tak asing di memori banyak orang Kristen, sebab lagu ini indah, sederhana dan penuh makna. Demikian pula yang terjadi dengan membanjirnya untaian doa, kidung-kidung pujian, dan penyembahan yang penuh berisi pernyataan kecintaan kepada Tuhan. Memang tak bisa dipungkiri, kita sering kali mengaku dengan mulut atau berkata di dalam hati bahwa kita mencintai dan mengasihi Tuhan. Namun, benarkah itu?
Meski lahir sebagai seorang Kristen, saya sadar bahwa perjalanan menjadi seorang Kristen baru saja saya mulai sejak tiga tahun yang lalu. Di masa-masa awal memulai pertobatan sejak tiga tahun yang lalu, ada satu quote yang masih saya ingat sampai dengan sekarang. Kutipan itu datang dari orang yang membantu dan menuntun saya di masa-masa awal pertobatan. Beliau berkata, "Sikap berbicara lebih keras daripada mulut." Kutipan ini bagi saya meski sederhana tetapi sangat menampar.
Apabila kita berani mengambil waktu sejenak untuk merenungkan keadaan kita, sesungguhnya kita akan menyadari betapa banyaknya kesalahan yang kita buat. Salah satu yang paling sering terjadi adalah mulut yang dengan lancangnya berjanji untuk bertobat tetapi kembali jatuh lagi dalam dosa yang sama. Kita mungkin seringkali mengucapkan pengakuan dosa tetapi tidak benar-benar bertobat. Kita juga mungkin sangat lancar bertutur tentang Tuhan tetapi sebenarnya tidak benar-benar lancar hidup untuk Tuhan. Selain hal tersebut, tentu ada berbagai hal lain yang dapat menjadi bukti nyata bahwa kita tidak memelihara integritas antara mulut dan tindakan yang kita buat. Sampai di titik ini, kita harus sadar bahwa kita sedang berusaha untuk menipu Tuhan melalui lip service.
Photo by Bruce Hong on Unsplash
Benarkah kita benar-benar mencintai Tuhan? Saya yang telah ada dalam posisi perenungan ini terlebih dahulu mengakui bahwa saya tidak benar-benar mencintai Tuhan. Bahkan, saya mungkin belum pernah mencintai Tuhan. Hal ini mungkin terdengar sedikit berlebihan, tapi rasa-rasanya dengan apa yang saya perbuat selama belasan, bahkan mungkin puluhan tahun, tidaklah seturut dengan keinginan Tuhan dan sesuai dengan standar orang-orang yang mencintai Tuhan.
Tidak percaya? Cobalah bandingkan diri kita dengan Tuhan Yesus. Bandingkan diri kita dengan Paulus, Stefanus, Petrus, dan murid-murid lainnya. Pengorbanan apa yang sudah kita lakukan yang layak membuat kita mengatakan bahwa kita benar-benar mencintai Tuhan? Hal apa saja yang sudah kita kerjakan bagi kerajaan surga sehingga melayakan kita untuk berkata kita sudah mengasihi Dia? Siapa yang sedang kita hibur dengan pernyataan "Aku mencintai-Mu Tuhan, aku mengasihi-Mu. Engkau terlebih besar, Engkau yang terindah dalam hidupku, Engkaulah segalanya?" Benarkah Dia segalanya dalam hidup kita? Benarkah Dia satu-satunya dalam hidup kita? Benarkah Dia kita kasihi dan cintai? Masih beranikah kita menyanyikan lagu di atas?
Di titik inilah sepatutnya kita bertobat. Haruslah kita menyadari bahwa bukanlah mereka yang menyerukan nama-Nya yang diberikan kelayakan akan surga, tetapi mereka yang melakukan kehendak Bapa. Kaki dan tangan kita tidak boleh kita biarkan membisu. Setiap Firman Tuhan tidak hanya untuk dibaca dan didengarkan. Semua Firman Tuhan haruslah tertulis dan terbaca dalam diri anak-anak Tuhan. Artinya kita harus memastikan ada Firman Tuhan yang hidup dalam diri kita. Ada kehendak Tuhan yang nyata melalui setiap sikap dan perilaku kita.
Hidup kita adalah surat yang terbuka. Artinya setiap gerak, sikap dan perilaku kita akan menjadi kesaksian bagi dunia. Untuk siapa kita bersaksi lewat kehidupan kita, ada dalam keputusan kita. Kita harus merenung selalu, siapakah yang kita saksikan lewat cara kita hidup? Tuhan ataukah Iblis? Siapakah yang disenangkan dari seluruh keberadaan kita: Kerajaan Surga atau yang lain?
Photo by Jeremy Yap on Unsplash
Meski saya paham betapa berbedanya tantangan dan kesulitan setiap orang untuk mencapai Tuhan dan menyenangkan-Nya, pada akhirnya kita harus menyadari bahwa Tuhanlah yang sudah memberi panggilan untuk bertobat dan mengundang kita untuk berjuang menggapai surga. Tuhan juga sudah mengatakan bahwa jalan untuk masuk ke surga tidaklah mudah. Hal ini berarti bahwa kita memang perlu untuk berjuang dengan seluruh keberadaan dan kemampuan kita untuk dapat berkenan di hadapan Tuhan. Berita bahagianya adalah Tuhan pasti menolong orang-orang yang berjuang untuk mencapai Dia.
Kita harus senantiasa mengingat bahwa kehidupan kita adalah kanvas terbuka yang diwarnai oleh setiap pilihan tindakan yang kita ambil. Bila kita menghendaki hidup ini melukiskan keindahan di mata Tuhan, lakukanlah kehendak-Nya. Kehidupan kita bak sebuah kertas partitur yang selalu terisi lewat setiap sikap dan perilaku yang kita lakukan. Bila kita ingin menjadikannya sebagai sebuah rangkaian melodi yang indah di hadapan Tuhan, miliki dan kenakanlah pikiran dan perasaan-Nya di setiap aspek hidup kita. Tuhan menghargai dan menghormati pilihan kita.
Pada akhirnya, kita tidak boleh terbelenggu dengan gaya Kekristenan yang hanya fasih berbicara tentang Tuhan tetapi lumpuh dalam menjalankan keinginan hati-Nya. Jangan sampai belasan hingga puluhan tahun kita hidup, hanya bibir kita yang layak masuk surga!
Tuhan menolong kita, Amin.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: