Bincang Asik Seputar Liturgi (BASI ep. 1: Nyanyian Tradisional vs Nyanyian Kontemporer)

Best Regards, Live Through This, 25 June 2019
...gereja seakan-akan terpecah menjadi dua bagian. Tradisional dan Kontemporer.

Ini merupakan tulisan ringan yang membantu teman-teman semua dalam merancang sebuah ibadah remaja/pemuda yang mengasikkan dan juga tetap GKI. Tentu, aku buat dalam sudut pandang liturgi GKI dan Teologi Liturgi. Sebelumnya, mari kita buat pengertian bersama, bahwa liturgi tidak serta merta mengenai susunan ibadah saja, melainkan liturgi adalah ibadah itu sendiri. Liturgi merupakan sebuah perayaan ibadah, yaitu sebuah perayaan kasih setia Tuhan bersama dengan sesama. Merancang liturgi berarti kita merancang seluruh unsur peribadahan, dimulai dari teks tata ibadah, musik, dekorasi, dan lain sebagainya.

Pada tulisan ini, aku mau bahas mengenai pertempuran antara  HIMNE TRADISIONAL DAN LAGU KONTEMPORER.


Pertempuran Ibadah

Pada 10 tahun terakhir, gereja tidak dapat terhindarkan dari situasi ‘peperangan’ ibadah. Maksudnya, gereja seakan-akan terpecah menjadi dua bagian. Gereja-gereja mengatakan bahwa himne merupakan tradisi gereja turun-temurun, sedangkan gereja lain mengatakan bahwa lagu kontemporer merupakan lagu yang kekinian sehingga harus menggantikan himne tradisional yang sudah terlalu kuno. Apakah itu benar? Apakah itu salah?

 Image by Free-Photos from Pixabay 

Dua gaya ibadah dan gaya nyanyian ini melahirkan dua fan-boy dan fan-girl yang masing-masing memegang andalannya (nyanyian tradisional dan nyanyian kontemporer). Bahkan, di GKI sendiri tidak jarang ada dua kubu yang saling memegang dengan erat pendiriannya. Hayo jujur, kamu tim apa? Tim tradisional atau kontemporer?


Perang Stereotip

Bagi beberapa orang, nyanyian kontemporer merupakan nyanyian yang dapat membuat mereka bersemangat untuk masuk ke dalam sebuah ibadah. Bagi beberapa orang, nyanyian kontemporer merupakan nyanyian yang megah. Namun, tidak sedikit orang mengatakan bahwa beberapa nyanyian kontemporer merupakan nyanyian yang ‘miskin akan nilai teologis’. Mereka menganggap bahwa nyanyian kontemporer hanya mengulang-ulang kata dan tidak dalam dalam menggubah sebuah syair. Biasanya, orang-orang yang mengatakan ini mempunyai pembelaan bahwa nyanyian himne tradisional kaya akan makna di dalam syairnya.

pixabay.com

Namun, para fans lagu kontemporer pun men-cap nyanyian jemaat tradisional sebagai nyanyian yang kuno. Mereka menganggap bahwa nyanyian pada abad IX tidak cocok untuk dinyanyikan pada zaman now. Nyanyian tradisional dianggap sebagai nyanyian bikin mengantuk dan tidak bersemangat. Nyanyian tradisional dianggap nyanyiannya orang dewasa dan tidak cocok untuk jiwa-jiwa anak muda.

Lalu, bagaimana cara mengatasi peperangan ini? Apakah gereja hanya berhenti pada problem tradisional-kontemporer?


Gereja adalah Komunitas yang Bernyanyi

Sepanjang sejarah gereja, musik (dan nyanyian) tidak dapat dipisahkan dari komunitas Kristen. Dalam Perjanjian Baru, tercatat bahwa Yesus dan para murid-Nya menyanyikan kidung Hallel  (bdk. Mat 26:30; Mrk 14:26). Setelah itu, muncul perkembangan-perkembangan lain seperti kantikal-kantikal (contohnya seperti kantikal yang diambil dari Injil Lukas), himne Ambrosian, nyanyian Gregorian, hingga nyanyian kontemporer pada masa sekarang ini.

Image by Jens P. Raak from Pixabay 

Melalui hal tersebut, dapat dikatakan bahwa gereja merupakan komunitas yang bernyanyi. Nyanyian merupakan salah satu unsur penting di dalam peribadahan Kristen, selain perayaan perjamuan dan pelayanan firman. Maka dari itu, nyanyian jemaat mempunyai beberapa dimensi. Pertama, musik/nyanyian jemaat merupakan bagian liturgi yang penting dan integral. Karena nyanyian jemaat merupakan bagian dari liturgi itu sendiri, maka ia harus digunakan dan diadakan dalam rangka perayaan liturgi. Bertolak dari hal tersebut, maka nyanyian jemaat yang baik merupakan nyanyian jemaat yang tepat. Maksudnya, nyanyian jemaat yang baik merupakan nyanyian yang dapat membantu orang dalam berliturgi, yaitu berjumpa dengan Tuhan dan sesamanya.


Kedua, musik liturgi hadir di dalam perayaan sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan dan menguduskan umat beriman. Melalui syairnya, nyanyian jemaat membantu umat yang hadir untuk memperdalam iman akan Yesus Kristus pada saat dirayakan dalam liturgi. Ketiga, musik liturgi dapat membantu umat dalam berpartisipasi secara aktif dalam liturgi. Nyanyian jemaat dapat membangun kebersamaan umat yang sedang beribadah/mengikuti sebuah perayaan, contohnya adalah lagu pembukaan yang tepat akan membantu umat memasuki perayaan liturgi secara siap dan bersemangat secara bersama-sama.

Photo by Kenny Luo on Unsplash

Memilih Nyanyian Jemaat yang tepat

Masalah yang seringkali kita temukan dalam peribadahan adalah pemilihan nyanyian jemaat yang tidak tepat dengan hari raya maupun tema liturgi yang sedang diusung dalam sebuah unsur liturgi (contoh: Advent, Natal, Prapaskah, dsb). Kekacauan pemilihan nyanyian jemaat dapat berdampak pada perayaan itu sendiri. Bagi beberapa umat, kekacauan pemilihan nyanyian jemaat dapat menurunkan gairah umat dalam menghayati liturgi yang diadakan pada hari itu. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman mengenai Hari Raya Gereja maupun unsur liturgi itu sendiri sebelum memilih nyanyian jemaat yang tepat. 

Selain itu kita perlu juga untuk memahami makna sebuah nyanyian jemaat agar sesuai dengan tema liturgis yang diusung dalam peribadahan. Memilih nyanyian jemaat dengan tepat bukan hanya berarti memilih antara tradisional ataupun kontemporer. Memilih nyanyian jemaat dengan tepat berarti memilih nyanyian sesuai dengan tema yang sedang diusung. Mau sebaik apapun, tapi salah tema, ya percuma.

Hal yang kedua adalah memilih antara lagu tradisional maupun kontemporer. Hal ini sering diperdebatkan dengan majelis jemaat ataupun orang lain. Ada yang setuju sepenuhnya lagu kontemporer, ada yang setuju hanya setengah nyanyian ibadah menggunakan nyanyian kontemporer, ada yang justru keseluruhannya harus menggunakan nyanyian tradisional.Apapun pilihannya, sebaiknya dipergumulkan dengan serius. Kerjakan segala hal dengan serius! Jangan asal memilih lagu! Melainkan juga dilihat pesan dari lagu tersebut. Aku sih sangat merekomendasikan lagu-lagu himne tradisional sih. Tapi, apapun pilihannya, kerjakan dan garaplah lagu dengan baik dan serius.

Photo by Sarah Noltner on UnsplashKetika kita dapat menyusun lagu dengan baik, maka umat yang hadir dapat merasakan maknanya melalui lirik yang disajikan dengan sistematis. Maka dari itu, aku tidak bosan-bosan untuk mengulangi bahwa pemilihan lagu yang teliti merupakan modal yang penting.


Perihal Kontemporerisasi Lagu Tradisional

Belakangan ini muncul gereja-gereja yang mengaransemen ulang lagu himne tradisional menjadi ala-ala kekinian. Bagiku itu sangat bagus dan menarik sih. Kreativitas anak muda dapat dituangkan dalam mengkreasikan lagu himne tradisional. TAPI, KREATIVITAS ADA BATASNYA. Janganlah kita terlena dengan kreativitas sehingga kita dengan mudah mengganti-ganti isi lagu ataupun nyanyian sembarangan.

Image by Alec White from Pixabay 

Tidak sedikit dari gereja-gereja ataupun kelompok musik mengaransemen dengan mengganti ketukan, bahkan notasi dari lagu tersebut. Bagiku itu kurang baik sih. Memang baik menghargai pencipta lagu dengan mengaransemen ulang, tetapi lebih baik juga kalau kita menyanyikannya sesuai dengan notasi yang sudah ada. Ada banyak lagu himne tradisional yang dibuat dengan tidak main-main. Bahkan, dari ketukan, harga nada, bahkan notasinya, penulis lagu terkadang ingin mengatakan sesuatu yang tersirat. Maka dari itu, untuk menjaga orisinalitas, maka aransemenlah dengan baik, tepat, dan bertanggungjawab.

Sedikit tips dari aku, untuk mengaransemen sebuah lagu, kita perlu memahami dulu apa yang ingin dikatakan oleh syair nyanyian tersebut. Setelah itu, bayangkan, ketika menyanyi nyanyian itu, kamu nyaman dalam suasana apa? Ketika pemimpin pujian nyaman, maka kita harus pikirkan apakah umat juga nyaman jika bernyanyi dengan aransemen seperti itu.

Image by Pexels from Pixabay 

Terakhir: Berikanlah yang Terbaik Buat Tuhan!

Sudahkah yang terbaik kuberikan kepada Yesus Tuhanku? Penggalan nyanyian jemaat tersebut mengingatkan kepada kita, para pelayan, untuk memeriksa motivasi kita dalam melayanai. Apapun pilihan lagunya, marilah kita memeriksa hati kita, apakah kita sudah mempersiapkan nyanyian tersebut dengan sebaik-baiknya. Mau tradisional maupun kontemporer, ketika kita mempersiapkan dengan baik, maka kita sedang merespons kasih dan talenta yang diberikan Allah dengan bertanggung jawab.


Selamat mempersiapkan ibadah! Sampai jumpa di BASI berikutnya!!

LATEST POST

 

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Kalimat pada judul yang merupakan bahasa latin tersebut berasal dari slogan sebuah klub sepak bola t...
by Jonathan Joel Krisnawan | 27 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER