"TUHAN akan menjaga keluar masukmu dari sekarang sampai selama-lamanya" -Mzm. 121:8
Sejak kecil sampai menjelang dewasa, aku dan keluargaku selalu berpindah rumah, bahkan berpindah kota. Dari rumah lama ke rumah baru, dari kota satu ke kota yang lain.
Pindah itu sangat merepotkan! Coba bayangkan, kita harus memasukkan barang ke kardus besar, merapikannya, lalu mengeluarkannya sesampainya di lokasi baru. Selain menata barang, kita juga harus menata hati berpisah dengan sahabat-sahabat bermain kita. Beribu kenangan yang tercecer di rumah lama tentu tak mudah dilupakan begitu saja. Belum lagi soal melepas suasana nyaman dari rumah lama dan menerima suasana di rumah baru yang barangkali belum tentu cocok dengan kita. Pada akhirnya, selalu ada rasa sesak di dada dan genangan air mata ketika saatnya tiba untuk berpisah dengan semua itu.
Photo by Bench Accounting on Unsplash
Pindah adalah bagian dari hidup, dan semua orang mengalaminya. Sebagian diliputi rasa sukacita, tapi sebagian yang lain mungkin lebih merasa lebih takut dan cemas tentang hal-hal yang belum pasti di hadapannya. Tidak selalu soal pindah rumah, bisa saja pindah sekolah, pindah tempat kerja, pindah gereja, pindah komunitas, pindah kebiasaan, atau apapun yang mengharuskan kita untuk pindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain.
Kalau dipikir, kenapa orang susah untuk pindah? Salah satu faktor yang membuat orang malas untuk pindah adalah soal kenyamanan. Siapa bilang nyaman selalu bicara soal yang enak? Ada juga orang yang betah kerja sama bos galak, karena sudah nyaman dan terbiasa dengan situasinya. Ada pula yang bertahan kuliah di jurusan yang bukan maunya, karena sudah cocok dengan teman-temannya. Ada yang betah pacaran padahal sudah diselingkuhi berkali-kali, karena alasan sayang (tapi rela disakiti). Ada yang betah pakai cara yang itu-itu saja padahal tahu bahwa cara itu tidak efektif karena sudah terbiasa.
Photo by yeongkyeong lee on Unsplash
Jika diperhatikan, kita akan menemukan bahwa pindah adalah proses yang selalu dialami para tokoh Alkitab. Abram misalnya, yang dipanggil Allah untuk pindah sebagai tugas pertamanya. Padahal Abram sudah nyaman menetap di Ur-Kasdim dengan harta tanah, ternak dan para hamba di sana. Pindah juga tugas pertama Musa ketika dipanggil Allah menjadi pemimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, padahal Musa sudah nyaman dengan kehidupannya sebagai gembala di Midian. Pindah juga adalah panggilan para murid dari penjala ikan menjadi penjala manusia.
Apakah mudah bagi mereka? Rasanya tidak. Abram pasti berpikir sebelum memilih pindah dengan segala kenyamanan dan kebiasaan yang ada demikian pula dengan para murid Yesus. Jika kita menilik Keluaran 3, Musa paling jelas memberikan alasan kepada Allah untuk tidak pindah dan menerima tugas baru itu sebagai pemimpin pembebasan Israel dari perbudakan Mesir. Mulai dari kekuatiran ditolak oleh bangsanya sendiri sampai merasa tidak mampu berbicara sebagai pemimpin. Tetapi panggilan itu akhirnya mereka jalani, dan para tokoh ini mendapatkan arahan baru dalam hidup masing-masing.
Photo by Dustin Dagamac on Unsplash
Dengan merefleksikan serangkaian kehidupan para tokoh Alkitab dan hidup kita sendiri, rasanya kita sepakat bahwa pindah adalah bagian panggilan dari hidup. Mengapa demikian? Tentu karena Allah menciptakan hidup ini untuk bergerak, dinamis, dan berubah. Pindah adalah salah satu tahap yang harus kita lewati untuk mengalami perubahan itu.
Sebuah lirik terakhir dalam nyanyian ziarah Israel yang tertulis di Mazmur 121:8 berbunyi “TUHAN akan menjaga keluar masukmu dari sekarang sampai selama-lamanya” Nyanyian ini biasa dinyanyikan rombongan peziarah ketika harus pindah dari satu kota ke kota lain untuk menuju Bait Allah di Yerusalem. Zaman dulu berziarah itu tidak semudah sekarang. Rombongan itu harus siap menghadapi ancaman perampok, melewati jalur perjalanan yang tidak mudah, dan mungkin bisa masuk ke kota asing yang barangkali belum tentu menerima mereka. Nyanyian ziarah itu mewakili iman mereka bahwa meski harus berpindah-pindah, Tuhan akan menjaga keluar masuk mereka.
Pindah yang punya unsur ketidakpastian - itu juga dapat menjadi cara Tuhan melatih iman kita. Belajar percaya bahwa di manapun, Tuhan akan menyertai kita. Jangan takut untuk menghadapi perubahan situasi karena pindah kerjaan, pindah sekolah, pindah komunitas, pindah kota, ataupun pindah status. Karena siapa sangka bahwa itu proses yang harus kita lewati untuk membentuk diri dan hidup menjadi lebih baik, tangguh, dan yang terpenting menemukan terang cahaya panggilan Allah dalam hidup kita. So guys, don’t be afraid to move on. God be with you, forever and ever!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: