Mengenal diri sendiri juga adalah bagian dari mengenal Allah Sang Pencipta. Ada bagian yang menjadi kedaulatan-Nya namun ada juga bagian yang diberikan kepada kita untuk disyukuri serta diupayakan.
Mengenal diri sendiri adalah bagian dari mengenal Allah, Sang Pencipta. Ada bagian yang menjadi kedaulatan-Nya, namun ada juga bagian yang diberikan kepada kita untuk disyukuri serta diupayakan.
Alkitab mencatatkan bahwa kita diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, bahkan kita telah dipersiapkan sebelumnya untuk pekerjaan-pekerjaan mulia di ladang-Nya (Efesus 2 : 10). Makna pekerjaan mulia tidaklah melulu tentang pelayanan namun menjadi tujuan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Efesus 2: 10
Dalam melakukan pengenalan terhadap diri sendiri, dapat dibagi menjadi 2 faktor, yaitu secara internal (dari dalam diri) maupun eksternal (dari luar diri), mari menjelajah ke dalam diri sendiri!
Faktor Internal
(Kelebihan, Kekurangan, dan Hubungan dengan Tuhan)
Kelebihan
Tuhan menciptakan manusia adalah utuh, lalu pertanyaannya mengapa tidak diciptakan secara sempurna seluruhnya? Kembali lagi kita mengingat kisah penciptaan manusia, ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena memakan buah pengetahuan yang sebelumnya dilarang oleh Allah, setelahnya manusia harus berjuang untuk bertahan hidup dalam dunia, maka tujuannya adalah supaya kita sebagai manusia yang terbatas selalu mengingat kasih karunia Tuhan.
Namun Tuhan adalah adil, sebagaimana menciptakan laki-laki dan perempuan yang saling melengkapi demikian juga “kelebihan” dan “kekurangan”. Kelebihan bisa dikatakan sesuatu yang menonjol dalam diri kita sejauh hal itu positif. Ada bermacam-macam bidang yang bisa kita kulik maupun sejak lahir telah dianugerahkan sebagai “hadiah” dari Bapa misalnya bidang olahraga, bidang musik, bidang seni, bidang keilmuan bahkan karakter sekalipun. Ada yang menemukannya sejak lahir, ada yang menemukannya dalam perjalanan hidupnya, ada yang menemukannya dalam perjalanan karier.. apapun itu pergunakanlah dengan bijak untuk menunjang diri kita, memaksimalkan potensi dalam mencapai tujuan bahkan menolong yang lain.
Kekurangan
Mari kita berpindah ke topik “kekurangan”, yak dari namanya tentu ada sesuatu yang kurang/tidak lengkap. Ternyata, kekurangan bisa disadari bahkan tidak seperti dalam peribahasa “Semut di pulau seberang nampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak”. Seperti halnya kelebihan, kekurangan juga bisa berlaku dalam setiap aspek diri. Tidak perlu men-judge diri terlalu berlebihan apabila kita memiliki sebuah kekurangan, yang pertama perlu dilakukan adalah menyadarinya kekurangan dalam hal apa, setelahnya temukan langkah perbaikan diri yang paling sesuai dengan kemampuan kita dan konsistenlah dalam melakukannya. Apabila kesulitan, mintalah bantuan pada rekan yang dapat dipercaya atau bahkan tenaga psikolog profesional. Proses yang tak kalah penting dalam penyempurnaan kekurangan adalah proses pembentukan hati, yah rasanya bukan tak mungkin terjadi naluri kita sebagai manusia menolak koreksi bukan? Koreksi diterima dengan suatu kesadaran bukan perkara nominal angka layaknya indeks prestasi namun apakah ada perubahan setelahnya.
Hubungan dengan Tuhan
Hubungan bisa dikategorikan sebagai indikator mengenai apakah kita memiliki keterikatan dengan seseorang. Kita memang makhluk sosial, namun jangan lupa bahwa kita adalah makhluk religius, maksudnya sebagai ciptaan yang memiliki hubungan dengan Penciptanya. Ada beberapa macam bentuk hubungan kita sebagai umat Kristen dengan Tuhan, diantaranya melalui doa, peribadahan, bersekutu, dan mendalami Firman Tuhan. Kita menjalin relasi dengan Tuhan sebagai ungkapan syukur dan kerinduan seperti anak yang merindukan orangtuanya pulang. Relasi dengan Tuhan tidak menjamin seluruh kehidupan kita mulus tanpa masalah, relasi dengan Tuhan hendaknya juga tidak dimaknai secara transaksional (hanya mendekat ketika membutuhkan sesuatu), relasi dengan-Nya adalah nafas kehidupan orang beriman. Hubungan dengan Allah hendaknya dimaknai secara transenden-imanen yaitu IA begitu dekat dengan manusia tak peduli apapun status sosialnya di dunia.
Image on Unsplash
Faktor Eksternal
(Karir, Relasi, dan Perjalanan Hidup)
Karir
Lima huruf yang menjadi sarana penghidupan seluruh umat manusia. Sejak kecil kita tidak asing dengan pertanyaan “kalau udah dewasa punya cita-cita apa nak?” Jawaban kita begitu beragam kala itu yang menjulang tinggi hahaha. Seiring bertambahnya usia dan kedewasaan kita menemukan makna dari karier bukanlah sekadar pekerjaan apa yang dipilih atau bagaimana menjalaninya. Tujuan dari karier itulah yang menentukan segalanya, apakah kita ingin menjadi kaya? Apakah kita ingin memiliki segalanya? Apakah kita ingin mencukupi kebutuhan sekaligus berbagi kepada sesama? Semuanya kembali kepada pilihan masing-masing. Satu hal yang perlu diingat adalah tempuh tujuan pekerjaan kita dengan cara yang sesuai Firman Tuhan, sebab pekerjaan adalah satu anugerah yang Tuhan percayakan untuk kita kelola dan tekuni sesuai bidang masing-masing.
Image by Firmbee on Unsplash
Relasi
Relasi yang ditekankan adalah relasi dengan sesama. Kita adalah manusia yang kompleks dari segi psikis maupun inteligensi, oleh karenanya dalam relasi akan ditemukan banyak sekali kepribadian. Ada beberapa macam relasi diantaranya relasi pekerjaan, relasi dalam pertemanan, relasi dengan pasangan. Sebagaimana kita menetapkan tujuan menjalin relasi-relasi tersebut disertai bagaimana kita menempatkan diri. Gesekan memang tidak dapat terhindarkan karena perbedaan sudut pandang. Namun, selama masih ada toleransi satu sama lain tak apa lalu mencari titik temu bersama. Relasi yang sehat dengan sesama bukan relasi yang tanpa masalah namun relasi yang saling membangun satu sama lain. Relasi juga tidak selalu bisa selamanya, sebab dimana ada pertemuan disitu ada pula perpisahan.
Perjalanan hidup
Kita telah sampai di ujung perjalanan mengenal diri sendiri. Sebuah kelebihan akan mendorong kita menjadi lebih dekat dengan tujuan, sebuah kekurangan akan membantu kita memperbaiki diri, relasi dengan Tuhan akan menguatkan iman selama perjalanan. Karier sedikit banyak menjamin keberlangsungan kehidupan kita di dunia, relasi akan menemani kita dalam keseharian dan perjalanan hidup akan menemukan kita pada apa tujuan kita diciptakan ke dunia ini yaitu melengkapi kepingan kehidupan di bumi. Tanpa perjalanan hidup perjalanan kita hanyalah sebatas kelahiran dan kematian, tanpa perjalanan hidup kita tak akan pernah sampai pada kehidupan yang kekal. Maka jalanilah seluruh rangkaian kehidupanmu, maknai sebaik mungkin. Sebagaimana kamu merasakan penyertaan Tuhan setiap harinya itulah salah satu bukti kamu pribadi yang sangat berharga di mata-Nya. Sungguh melegakan bukan mendengar hal tersebut di tengah dunia yang beragam dengan “persyaratan”? 😊. Jalan yang kita tapaki mungkin tak pernah sama namun kita bersama-sama berjalan bersama-Nya.
Image by Saxin Prakasa on Paxels
Sebuah afirmasi positif bagi setiap pribadi yang belum bisa mengenal diri sendiri secara utuh :
“Inilah aku, Tuhan menciptakan aku sebagaimana adanya diriku saat ini, aku tidak mampu dan tidak perlu menjadi seperti orang lain, pun orang lain tidak bisa menjadi sepertiku karena setiap pribadi adalah unik.. Jadilah padaku sesuai kehendak-Mu”
“Hidup itu adalah kesesuaian antara perkataan, tulisan, dan perbuatan… Dan kita bertanggung jawab tidak hanya terhadap diri kita sendiri, tapi juga terhadap orang-orang di sekitar kita ”
(Buku Selamat Tinggal karya Tere Liye; hal 337)
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: