Keadilan Allah adalah anugerah Allah.
Hai, Ignite People!
Siapa di sini yang punya playlist saat jatuh cinta atau galau berat karena cinta? Nah, selama saya mengamati tingkah laku manusia ketika mengalami cinta, saya menemukan sebuah perilaku yang unik. Di dalam pengamatan saya, ketika seseorang sedang mengalami cinta, rasanya selalu ada lagu yang menemaninya. Sampai kadang-kadang, walaupun sudah move on, jika lagu tersebut diputar bisa bikin gagal move on sambil mengenang mantan di dalam sunyi—terlepas dari betapa tidak adilnya perlakuan mantan kepada Ignite People.
Ya, apa pun genrenya, lagu selalu dekat dengan hidup kita. Di saat senang atau duka kita punya lagu yang merepresentasikan diri kita. Fenomena ini tidak hanya dekat dengan kehidupan manusia modern saja, tetapi juga dengan manusia yang beribu-ribu tahun lalu. Mari kita merenungkan salah satu lagu klasik tersebut di dalam Habakuk 3.
Image by FTiare on iStockPhoto
Ignite People, Habakuk 3 adalah song of faith yang lahir dari pergumulan Habakuk. Di dalam Habakuk 3:1, kita akan menemukan kata "shigionoth" yang artinya adalah sebuah lagu atau puisi yang dinyanyikan dengan begitu emosional. Lagu Habakuk ini selalu menjadi favorit bagi setiap orang yang mempelajari kitab Habakuk. Terutama di dalam ayat yang kita baca tadi. Ya jadi favorit, sekalipun hanya codanya saja yang terdapat di dalam Habakuk 3:17-19.
Coda dari nyanyian Habakuk ini menjadi favorit kita karena ayat tersebut adalah pernyataan iman Habakuk yang begitu indah. Habakuk menyatakan bahwa apapun keadaannya, apapun kondisinya, ia akan terus bersukacita di dalam Allah (ay. 17-18). Tetapi jika kita membaca keterangan yang dituliskan oleh Habakuk di dalam Habakuk 3:1, maka kita akan mendapatkan bahwa sebenarnya lagu ini bukanlah lagu yang upbeat yang mood-nya bersukacita. Lagu ini adalah lagu ratapan. Oke, terus apa, sih, sebenarnya yang diratapi oleh Habakuk..? Kenapa Habakuk bisa berakhir pada konklusi dari pergumulannya menyatakan bahwa ia akan bersukacita di dalam Tuhan apapun keadaannya..?
Jika kita melihat konteks pergumulan Habakuk di dalam Habakuk 1, maka kita akan melihat bahwa Habakuk menyaksikan ketidakadilan di depan matanya. Habakuk melihat penindasan yang dilakukan oleh orang-orang jahat kepada orang-orang benar di negaranya. Orang benar kalah dari orang jahat dan Allah seakan-akan diam saja ketika melihatnya. Menanggapi fenomena ini, Habakuk berkomentar bahwa keadilan muncul terbalik (Habakuk 1:4). Maksudnya, orang benar yang ditindas yang seharusnya dibela, malah dibiarkan Allah. Melihat semuanya itu, Habakuk membuat petisi dan menuntut keadilan Allah yang menghukum orang-orang jahat dan memberikan kebebasan kepada orang-orang benar.
Image on Wikipedia
Allah pun menanggapi petisi Habakuk. Tetapi, tanggapan Allah adalah tanggapan yang sama sekali tidak adil di mata Habakuk. Allah berkata bahwa Ia akan menggunakan bangsa Kasdim – atau Babel – yang sangat terkenal kekejamannya pada waktu itu untuk menghukum bangsa Israel yang jahat. Solusi dari Allah tidak menjawab petisi Habakuk. Allah masih membiarkan orang-orang benar dianiaya oleh orang-orang jahat. Habakuk sama sekali tidak puas dan mempertanyakan di manakah kekudusan Allah yang tidak bisa melihat kejahatan (Habakuk 1:12-13)?
Allah pun menjawab Habakuk kembali di dalam Habakuk 2. Allah menyatakan bahwa Ia tetap akan menghukum segala kejahatan yang dilakukan oleh Babel yang kita bisa lihat di dalam Habakuk 2:6-20. Di sini Allah ingin menunjukkan bahwa sekalipun Ia menggunakan bangsa Babel yang jahat, Keadilan Allah akan tetap dan tidak berubah. Cepat atau lambat keadilan Allah pasti akan terjadi.
Dengan mengetahui bahwa Allah keadilan Allah tidak berubah, lahirlah song of faith yang Habakuk tulis di dalam Habakuk 3 tersebut. Jika membaca Habakuk 3 dengan lebih teliti,- maka kita akan melihat sebuah penggambaran exodus bangsa Israel dari Mesir menjadi exodus di masa depan di mana Allah akan menghancurkan kejahatan, membawa keadilan untuk semua orang, dan menyelamatkan yang tertindas. Keadilan Allah tetap untuk selama-lamanya dan pasti akan nyata.
Meskipun keadilan Allah adalah suatu hal yang membuat Habakuk lega, hal ini tidak sama dengan pemahaman tentang keadilan Allah pada masa kini. Keadilan Allah sering kali digambarkan sebagai sesuatu yang mengerikan. Kita sering mendengar pernyataan-pernyataan “karena anugerah Allah, maka kita akan luput dari penghakiman Allah; karena anugerah, maka kita diselamatkan dari keadilan Allah.” Kedua pernyataan ini betul, tidak ada kesalahan dari pernyataan-pernyataan tersebut. Namun, kita perlu ingat bahwa keadilan Allah juga adalah anugerah Allah. Tanpa keadilan Allah, orang jahat akan berkuasa atas orang benar. keadilan akan muncul terbalik, orang jahat akan terus menerus menganiaya orang benar, orang benar tidak akan pernah keluar dari penganiayaan, dan perbuatan dan niat baik kita selalu akan kembali melukai kita.
Image by NiseriN on iStockPhoto
Justru karena ada keadilan Allah, kejahatan tidak akan selama-lamanya berkuasa. Karena keadilan Allah, Ia memusnahkan segala yang jahat dan melakukan peperangan kosmik dengan Kerajaan Si Jahat. Lalu bukankah karena peperangan tersebut Kristus harus mati dan menjadi “korban” dari peperangan tersebut? Bukankah karena cinta Allah kepada kita, Kristus harus diperlakukan tidak adil? Sekalipun Kristus adalah orang benar dan tidak ada kesalahan apa pun di dalam diri-Nya namun dihukum sebagai penjahat sehingga kita yang dulunya adalah anggota kerajaan si Jahat berpindah menjadi anggota kerajaan terang dan menjadi orang-orang benar di hadapan Allah.
Ignite People, pernyataan Allah bahwa Ia adalah Allah yang adil melahirkan song of faith yang terdapat di dalam Habakuk 3. Habakuk tahu betul bahwa Allah itu adil dan keadilannya tidak akan berubah untuk selama-lamanya. Maka dari itu, meskipun di dalam hidup kita kelihatannya banyak ketidakadilan yang terjadi saat ini, biarlah kita terus bernyanyi. Meskipun lagu hati kita saat ini diwarnai nada ratapan, biarlah apa pun kondisinya, apa pun keadaannya, kita menyanyikan lagu iman kita:
17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga,
pohon anggur tidak berbuah,
hasil pohon zaitun mengecewakan,
sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,
kambing domba terhalau dari kurungan,
dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan,
beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
19 Allah Tuhanku itu kekuatanku:
Ia membuat kakiku seperti kaki rusa,
Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
-Habakuk 3: 17-19
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: