Perubahan dalam komunitas tidak akan pernah terjadi jika tidak ada orang yang bersedia berubah atau mengubah (NN)
Belum lama ini, sebuah film yang dirilis di bioskop Indonesia berjudul Jesus Revolution mengundang perhatian warganet khususnya umat Kristiani. Film ini menceritakan bagaimana awal mula sebuah gereja di California Selatan yang mengalami penurunan jumlah jemaat, bahkan hampir seluruh jemaat adalah warga senior. Di sisi lain, kaum Hippies memiliki pengikut anak muda yang sangat banyak, kebanyakan dari mereka menganggap komunitas di gereja adalah komunitas yang terlalu formal, kurang menarik perhatian kaum muda. Pada akhirnya kerendahan hati yang menjadi kunci, bukan melulu mengenai siapa yang “memiliki hak terbesar” namun sejatinya setiap individu memiliki “kesetaraan hak” yang sama atas diri sendiri maupun di hadapan Allah. Ketika kita bersedia merendahkan hati dan menyerahkan semua kepada Tuhan maka Dia yang akan mengambil alih.
Pada kesempatan kali ini, aku ingin membagikan bagaimana pandanganku mengenai Film Jesus Revolution. Sharing ini akan aku pilah menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara pribadi dan pandangan tentang komunitas. Semoga bisa menjadi berkat bagi Ignite People, ya 😊
Pandanganku secara pribadi:
Sebagaimana diceritakan dalam Alkitab sejak zaman penciptaan kita semua telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3 : 23). Dalam film ini diceritakan dalam dua kelompok subjek. Subjek pertama adalah kelompok anak muda masih memiliki keterbatasan dalam hal penguasaan diri/emosi, terlalu luas dalam mengartikan “kebebasan” sehingga akhirnya jatuh kedalam pelarian yang salah (mengkonsumsi obat-obatan terlarang, narkoba, dll). Maupun dari subjek kedua yaitu anggota jemaat gereja juga memiliki keterbatasan dalam mengikuti perkembangan jaman yang berdampak pada perbedaan pandangan kehidupan kaum muda. Tidak ada orang yang sempurna, yang ada hanyalah orang yang mau saling melengkapi.
Tidak peduli seberapa besar kesalahan kita, Tuhan tetap hadir 24 jam dalam tujuh hari kehidupan kita. Dunia memperhitungkan apa yang kita miliki, apa yang bisa kita berikan, dan begitu banyak kriteria yang disyaratkan. Namun, kabar baiknya adalah Tuhan merangkul kita semua dengan kasih-Nya yang nyata tanpa tuntutan apapun.
Image by Jackson David on Unsplash
Kita hidup di dunia yang fana di mana selalu ada kebaikan dan keburukan. Hal-hal yang bersifat duniawi sebenarnya adalah sebuah “tawaran”, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita setuju untuk mengikuti atau menolak demi diri sendiri? Kebebasan ibarat sebuah pedang, jika kita bijak menggunakannya maka akan menolong kita untuk semakin bertumbuh menjadi lebih baik.
Pandanganku tentang komunitas:
Komunitas adalah sebuah “wadah” yang terdiri dari berbagai macam sifat, karakter, latar belakang, perilaku, dan semuanya memiliki keterbatasan masing-masing. Komunitas sejatinya dibedakan menjadi dua yaitu komunitas yang sehat (memiliki arah tujuan perilaku yang positif) dan komunitas yang tidak sehat (memiliki arah tujuan perilaku yang negatif), pilihan ada pada kita. Tidak selalu bisa kita memaksakan keadaan komunitas 100% sempurna, yang ada yaitu anggota yang saling percaya, bersedia berubah dan mendukung untuk mencapai tujuan bersama. Bergabunglah dengan komunitas yang bisa semakin membawamu ke dalam relasi dengan-Nya.
Image by Hannah Bussing on Unsplash
Pertemuan yang besar dan melibatkan orang banyak misalnya dalam sebuah Ibadah Minggu kurang bisa menciptakan interaksi yang intens antar personal, untuk tujuan itulah komunitas diciptakan. Ibadah bertujuan membangun spiritualitas sedangkan komunitas bertujuan membangun interaksi.
Image by Redd F on Unsplash
Sebuah komunitas diisi oleh orang-orang yang pada waktunya akan berganti, setiap orang memiliki ide tersendiri dan selama ide itu sejalan dengan tujuan dan nilai-nilai dalam komunitas maka sangat layak untuk dipertahankan bahkan diwujudkan. Meskipun mungkin disampaikan dengan cara yang berbeda tetapi marilah kita belajar menghargai sesama. Perubahan dalam komunitas tidak akan pernah terjadi jika tidak ada orang yang bersedia berubah atau mengubah.
Semua yang aku sampaikan mengenai film ini kurang lebih secara umum, bisa saja sedikit berbeda tergantung dari sisi kultur, budaya masing-masing gereja dan negara. Dari semua poin dapat ditarik satu kesimpulan yaitu : Revolusi/perubahan yang Tuhan Yesus ajarkan tidak hanya mengubah komunitas, melainkan juga orang-orang di dalamnya. Tuhan hadir melalui cara yang sederhana, Ia sangat dekat dengan kita melalui pengalaman hidup sehari-hari dan memberi bukti iman adalah sesuatu yang tidak dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga namun timbul di hati. Bukankah ini panggilan hidup kita sebagai orang percaya? Menjadikan semua bangsa murid-Nya (Matius 28:18-20) tanpa membedakan semata.
Yesus mendekati mereka dan berkata: ”Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” - Matius 28:18-20
Kiranya kita semua mengalami perubahan positif baik dalam diri kita sampai ke komunitas, sehingga dampak baik yang dihasilkan semuanya kembali demi kemuliaan nama-Nya. Tuhan Yesus memberkati.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: