Start with the end goal in mind. Understand the calling of Jesus Christ for us and commit to pursuing it with all our hearts. Embrace the courage to take necessary actions, learn from failures, and adjust our strategies. Focus on the finish line and let go of past failures, allowing God to lead us towards our life's purpose. Our journey may have obstacles and setbacks, but we can adapt our pace and strategy to reach the finish line. Remember, our ultimate goal is not material success or recognition from others, but fulfilling Jesus' divine calling and leaving a good legacy for future generations. Starting with the end goal in mind will prioritize what truly matters in our lives and give us the strength and passion to achieve it.
Seringkali, kita terjebak dalam rutinitas sehari-hari dan melakukan kegiatan yang menguras energi, hingga membuat kita lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya. Kita dapat terfokus pada kesenangan dan kenyamanan semata, sementara tujuan jangka panjang kita terabaikan. Rasul Paulus sendiri sudah mengetahui tujuan akhir yang hendak ia capai akan seperti apa. Hal ini ia katakan sendiri secara langsung dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi 3:13-14. Tujuan akhir yang dimaksud di sini adalah panggilan Tuhan Yesus bagi kita. Ketika kita memusatkan perhatian kita pada panggilan-Nya, kita dapat mengabaikan apa yang telah berlalu dan berlari menuju tujuan hidup kita dengan tekad dan semangat yang lebih besar.
Filipi 3:13-14 “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus"
Bagaimana cara kita memulai dari tujuan akhir? Pertama-tama, kita harus memiliki visi yang jelas tentang tujuan akhir kita. Kita harus memahami panggilan Tuhan Yesus bagi kita dan berkomitmen untuk mengejar panggilan itu dengan sepenuh hati. Kemudian, kita harus memiliki keberanian untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup kita. Ini mungkin termasuk mengubah kebiasaan buruk, meningkatkan keterampilan, dan mengambil risiko yang diperlukan untuk mencapainya. Kita juga harus bersedia belajar dari kegagalan dan menggunakan pengalaman itu untuk tumbuh dan berkembang. Kegagalan tidak harus menghentikan kita, melainkan harus memotivasi kita untuk terus mencoba dan terus berjuang menuju tujuan akhir kita.
Mungkin terkadang, kita dapat terjebak dalam perjalanan menuju tujuan hidup kita dan merasa lelah, kehilangan semangat, atau bahkan merasa putus asa. Namun, sekali lagi dalam Filipi 3:13-14 mengajarkan kita bahwa kita harus melupakan apa yang telah berlalu dan mengarahkan diri kita pada apa yang ada di depan kita. Dalam konteks kehidupan Kristen, hal ini berarti kita harus membiarkan Tuhan menjadi pusat hidup kita dan mengarahkan diri kita pada panggilan-Nya. Hal ini mungkin memerlukan pengorbanan dan penyesuaian dalam kehidupan kita, tetapi ketika kita berkomitmen untuk hidup dengan cara yang menghormati dan memuliakan Tuhan, Dia akan memimpin kita menuju tujuan hidup kita.
Photo by Wikipedia Commons
Bayangkan, kita adalah seorang pelari marathon dan telah berlatih selama berbulan-bulan, berjuang melalui cedera, lelah, dan pengorbanan. Namun, pada saat hari perlombaan, tiba – tiba kita merasa kelelahan dan mulai meragukan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan lomba. Di saat seperti itu, kita harus memusatkan perhatian kita kepada garis finish dan mengabaikan rasa lelah kita karena sudah mengetahui tujuan akhir yang hendak dicapai. Kita tidak memikirkan apa yang telah berlalu, tetapi mengarahkan diri kita pada apa yang ada didepan mata.
Dengan fokus pada tujuan akhir, kita dapat memperhitungkan, kapan harus berlari secara cepat, kapan harus melambat, kapan harus berhenti sejenak, dan kapan harus melanjutkan larinya kembali. Kita dapat menyesuaikan ritme dan strategi untuk mencapai garis finish tersebut. Kita juga perlu menerima bahwa perjalanan kita menuju garis finish mungkin tidak selalu mulus, dan mungkin akan mengalami kegagalan dan rintangan di sepanjang jalan. Walaupun pada akhirnya kita kalah dalam lomba tersebut, kita dapat menikmati perjalanan dari garis start menuju garis finish dan kita dapat belajar dari pengalaman tersebut dan tumbuh sebagai individu yang lebih kuat dan lebih baik.
Image by Pat Guiney on flickr
Kita juga perlu mengingat bahwa tujuan akhir hidup kita bukan hanya tentang kesuksesan material atau pengakuan dari orang lain, melainkan tentang memenuhi panggilan Tuhan Yesus bagi kita dan meninggalkan warisan yang baik bagi generasi mendatang. Dengan memulai dari tujuan akhir, kita dapat memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup kita dan menikmati perjalanan kita menuju pencapaian tujuan hidup kita. Pada akhirnya, hidup kita harus didorong oleh tujuan hidup yang jelas, yaitu panggilan ilahi dari Tuhan Yesus Kristus bagi kita. Ketika kita memulai dari tujuan akhir dan memusatkan perhatian kita pada panggilan Tuhan, kita akan merasa lebih fokus, bertenaga, dan penuh semangat untuk mencapai tujuan hidup kita.
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: