Kita kerja sama-sama, sama-sama buat Tuhan Kerjamu, kerjaku, sama-sama buat Tuhan
“Kerja” dalam perspektif beberapa orang memiliki makna negatif. “Kerja” kerap diasosiasikan sebagai kegiatan duniawi yang berorientasi pada cuan, cuan, dan cuan.
Namun, sebenarnya “kerja” adalah sebuah kata yang sangat Kristen. Ya, kekristenan memiliki keterkaitan dengan “kerja”. Setidaknya, itulah yang saya refleksikan dan yang ingin saya bagikan kepada Ignite People.
“Kerja” adalah kata yang duniawi sekaligus rohani. Kejadian 1 ayat 1 berbunyi: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Ayat pertama dalam Alkitab ini dengan gamblang mengatakan bahwa Allah bekerja mencipta dunia. “Menciptakan” jelas merupakan kata kerja.
Allah pun ingin kita bekerja di dunia dengan cara merawat dunia (Kejadian 1: 26-30), menjadi garam dan terang dunia (Matius 5: 13-16), hingga memberitakan Injil bagi dunia (Matius 28: 18-20).
“Kerja” juga menjadi bidang tersendiri dalam lingkup teologi, yakni “teologi kerja”. Saya tidak akan membahas konsep tersebut, tetapi saya ingin mengutip pendapat Timothy Keller dari salah satu penelitian soal teologi kerja. Keller memaknai kerja sebagai pelayanan manusia kepada Allah dalam merawat dunia. Kelestarian dunia inilah yang menjadi titik temu antara pekerjaan manusia dan pekerjaan Allah.
Syukur kepada Allah, karena kita dipilih dan dimampukan untuk menjadi mitra kerja-Nya.
Hubungan mitra kerja Allah-manusia dapat kita lihat juga dalam Roma 8 ayat 28: … Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan … Kata “turut” saya maknai sebagai ketersalingan atau kerja bersama antara Allah dan manusia. Lalu, kata “segala sesuatu” saya maknai bahwa campur tangan Allah dapat kita lihat dan rasakan melalui beragam peristiwa pun pertolongan dari orang lain.
Ora et Labora. Foto: Mercedes Rey Aguirre via Pinterest.
Setelah membaca sampai di sini, mungkin Ignite People akan teringat dengan ungkapan Ora et labora 一 berdoa dan bekerja 一 yang terkenal itu. Seolah tidak ada yang salah dari ungkapan tersebut, tetapi setelah saya membaca buku Labirin Kehidupan yang ditulis oleh Pdt. Joas Adiprasetya, terlihat ada kekeliruan yang cukup mendasar.
Dalam ungkapan “Berdoa dan Bekerja” terlihat ada pemisahan bahwa berdoa bukanlah saat untuk bekerja dan bekerja bukanlah saat untuk berdoa. Pdt. Joas membahasnya secara khusus di bab 6 pada buku tersebut. Ia mengkritik bahwa sesungguhnya kita membutuhkan sudut pandang spiritual yang memampukan kita melihat yang satu dalam yang lain.
Pdt. Joas menawarkan alternatif: Laborare est orare 一 bekerja adalah berdoa 一 yang mengingatkan kita untuk melakukan sesuatu sebagai doa kita. Frasa tersebut membuka pikiran saya dan menolong saya. Saya pun langsung teringat dengan Kolose 3 ayat 23 yang berbunyi “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Ayat tersebut menuntun saya ke sebuah pemikiran bahwa bekerja itu adalah hal integritas dan integrasi. Integritas berarti kita harus jujur dan memiliki etos dan kualitas kerja yang baik, sebab kita bekerja tidak hanya untuk tuan yang di dunia, tetapi juga Tuan segala tuan. Sementara, integrasi berarti ada kesatuan antara bekerja dan berdoa (Laborare est orare), bekerja tak terbatas pada urusan keuntungan, tapi juga pelayanan.
Jadi, “bekerja” jangan lagi kita maknai secara sempit untuk mendapatkan profit, tetapi juga sebagai ungkapan syukur dan pelayanan kepada Allah. Satu lagi! Bekerja juga mengajarkan kita untuk bersifat aktif, tidak tinggal diam. Mungkin selama ini kita cenderung pasif dan nyantai karena telah menerima jaminan keselamatan dari Allah, tetapi Filipi 2 ayat 12 menegur kita untuk mengerjakan keselamatan. Bagaimana caranya? Laborare est orare!
Saya merefleksikannya begini, kita sudah mendapatkan lapangan pekerjaan dari Allah, maka kita harus mengerjakan pekerjaan tersebut dengan sungguh sebagai syukur karena kita telah menerima pekerjaan dari-Nya. Di tengah lingkungan kerja pun, kita bisa menjadi representasi Allah dengan menjadi garam dan terang.
Dalam sebuah khotbah di gereja saya, seorang pendeta berkata demikian, “Doakan apa yang kamu kerjakan dan kerjakan apa yang kamu doakan.” Melalui kalimat ini saya kembali diperlihatkan bahwa berdoa dan bekerja bukanlah sebuah kegiatan yang terpisah melainkan saling berkelindan.
Selamat bekerja untuk Allah!
Selamat bekerja bersama Allah!
Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke: