Jangan Khawatir untuk Khawatir!

Going Deeper, God's Words, 10 November 2022
Kekhawatiran bukanlah musuh yang perlu dibasmi. Bagaimana jika kita merangkulnya saja? menjadikannya katalisator untuk memeriksa diri, pada siapa dan pada apakah diri ini bergantung? mungkin saja, di balik kekhawatiran itu ada pintu untuk masuk dalam pengharapan kepada Dia yang selalu berkata, “Jangan takut, Aku menyertaimu”.

Gak usah khawatir, semua akan baik-baik saja. Santai saja. Take it easy. Udah, berdoa aja.

familiar dengan ungkapan tersebut? mungkin anda pernah mendengar atau mengucapkannya untuk orang lain, maupun bagi diri sendiri.

Ya, sering kali ungkapan ini dilontarkan bagi kawan atau bagi diri sendiri yang sedang merasa khawatir akan sesuatu hal. Umumnya dengan maksud, untuk menghibur atau menguatkan orang yang sedang khawatir. Namun, ungkapan demikian tidak selalu menolong. Karena, bisa saja membuat orang yang mendengarnya (setidaknya saya pernah mengalaminya) merasa atau berpikir bahwa kekhawatirannya dianggap sepeleh, seolah dianggap tidak valid, atau bahkan merasa bahwa perasaannya tidak dihargai.


Sejatinya, perasaan-perasaan atau emosi kita (apapun bentuknya) adalah hal yang valid. Oleh karena, manusia memiliki kemampuan untuk berespons, yang salah satunya melalui emosi. Kekhawatiran sendiri, merupakan salah satu reaksi emosi yang bisa muncul atas kejadian atau situasi yang tidak pasti, tidak jelas, atau tak bisa diprediksi. Dalam situasi yang demikian, seseorang lebih mudah untuk khawatir. Namun, kekhawatiran dapat pula hadir dalam situasi kelimpahan, seperti tercatat dalam Ayub 20:22, bahwa seseorang bisa dipenuhi kekhawatiran di tengah kemewahan yang berlimpah-limpah. Hal ini berarti, kekhawatiran itu tidak akan hilang meskipun kita memiliki harta atau sesuatu yang kita bisa banggakan. Kekhawatiran adalah hal yang terhindarkan dalam perjalan kehidupan manusia.


Photo by MARK ADRIANE on Unsplash 


Akan tetapi, kekhawatiran sering kali dianggap sebagai hal negatif yang harus dihindari, atau tidak boleh ada dalam diri kita. Tak jarang pula, seseorang anak Tuhan yang sedang khawatir, kadang dipandang sebagai pribadi yang kurang beriman atau imannya sedang lemah. Mungkin, pemikiran ini muncul karena firman Tuhan sendiri berkata, “jangan khawatir” (Mat. 6:25-34, Fil. 4:6). 

Memang benar, firman Tuhan berkata demikian. Bahkan, ada alasan di balik perintah untuk tidak khawatir. Mat. 6:27, misalnya, menyebutkan bahwa kekhawatiran tidak akan menambah satu hasta dalam jalan hidup kita. Artinya, hidup kita tidak bisa bergantung pada kekhawatiran, sebab kekhawatiran pada dasarnya tidak akan serta-merta mengubah jalan hidup kita. Bagian Alkitab lain, yakni Amsal 25:26, menuliskan bahwa orang benar yang khawatir (menyerah) di hadapan orang fasik, bagaikan mata air yang keruh dan sumber yang kotor (sumur yang tidak berguna). Hal ini berarti, kekhawatiran itu dapat melemahkan kesaksian kita sebagai orang percaya, utamanya bagi orang-orang yang tidak percaya.


Lalu, apa memang kita tidak boleh khawatir?

Pertama-tama, kita perlu memahami konteks perintah Tuhan Yesus untuk tidak khawatir dalam Mat. 6:25-34. Kekhawatiran yang disorot dalam bagian ini adalah kekhawatiran sehubungan dengan kebutuhan dasar (basic needs) sebagai manusia, yaitu makanan, minuman, dan apa yang akan dipakai. Tuhan Yesus melarang untuk khawatir mengenai hal-hal tersebut, karena mengindikasikan bahwa kita tidak mengenal Allah yang sanggup menyediakan segala yang diperlukan oleh umat-Nya.  Senada dengan itu, Paulus juga menasihatkan Timotius untuk tidak memusingkan diri (khawatir) dengan soal-soal penghidupannya (kebutuhan pribadi), sebagaimana seorang prajurit yang sedang berjuang, agar dia berkenan kepada komandannya (2 Tim. 2:4). 


Jika ada hal yang tidak perlu dikhawatirkan, apakah berarti ada hal yang bisa dikhawatirkan? Tuhan Yesus memberi perintah untuk tidak khawatir akan kebutuhan dasar, tetapi menasihatkan untuk mencari kerajaan Allah dan kebenarannya. Kerajaan Allah dan kebenarannya, itulah yang perlu menjadi perhatian kita. Seorang prajurit hanya perlu fokus berjuang, tidak perlu memusingkan penghidupannya. Artinya, kita boleh khawatir kalau-kalau kita tidak sanggup melakukan pekerjaan Tuhan dengan baik. Dengan kata lain, yang perlu kita khawatirkan adalah relasi kita dengan Tuhan. Kita perlu khawatir tentang sejauh mana kita mencari Dia di tengah carut-marut kehidupan kita. Kita juga boleh khawatir tentang apakah kita masih bersedia untuk bergantung pada-Nya dalam segala situasi hidup kita, termasuk saat menghadapi situasi yang tidak pasti.


Photo by Zac Durant on Unsplash 


Jadi perintah firman Tuhan untuk tidak khawatir, tidak serta-merta perlu dimengerti bahwa kita sama sekali tidak boleh khawatir. Lagi pula, kendati firman Tuhan berkata “jangan khawatir”, tapi bagian firman Tuhan yang lain tidak berkata: “kamu tidak boleh khawatir sama sekali”. Firman Tuhan justru berkata: “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau.” (Maz. 55:23a). Fil. 4:6 juga tidak berhenti hanya pada perintah untuk “jangan khawatir”, tetapi dilanjutkan dengan petunjuk untuk menyatakan segala keinginan kita kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Kita diminta untuk menyerahkan dan mempercayakan kekhawatiran kita kepada Allah saja.


Alih-alih menjadi tidak khawatir sama sekali, mungkin justru kita tidak perlu khawatir untuk khawatir. Kekhawatiran bukanlah musuh yang perlu dibasmi. Bagaimana jika kita merangkulnya saja? menjadikannya katalisator untuk memeriksa diri, pada siapa dan pada apakah diri ini bergantung? mungkin saja, di balik kekhawatiran itu ada pintu untuk masuk dalam pengharapan kepada Dia yang selalu berkata, “Jangan takut, Aku menyertaimu”.


Di tengah ketidakpastian hidup, saat kekhawatiran mendera, mari berdiam dan temukan Dia yang dengan tenang menemani di sana, sembari menuruti perintah-Nya untuk menyerahkan segala kekhawatiran dalam doa pada-Nya.

LATEST POST

 

Hari ini, 10 November, adalah Hari Pahlawan. Sebagai orang Kristen kita juga diajak untuk meneruskan...
by Christo Antusias Davarto Siahaan | 10 Nov 2024

Akhir Oktober biasanya identik dengan satu event, yaitu Halloween. Namun, tidak bagi saya. Bagi saya...
by Immanuel Elson | 31 Oct 2024

Cerita Cinta Kasih Tuhan (CCKT) Part 2 Beberapa bulan yang lalu, saya mengikuti talkshow&n...
by Kartika Setyanie | 28 Oct 2024

Want to Submit an Article

Untuk menjadi bagian dari gerakan generasi
muda Kristen Indonesia. Kirimkan karyamu ke:

[email protected]

READ OTHER